Setibanya Aku di ruangan kelas, Aku langsung ditarik oleh dua orang temanKu, Nabila dan Marwan ke tempat dudukKu. Mereka menatapKu dengan tatapan penuh tanya.
"Ceritakan kepada kami mengenai rumah lama kalian?,"tanya Nabilla penasaran.
"Maksudmu?,"Aku balik bertanya, hati-hati.
"Apa benar cerita yang kami dengar?," imbuh Marwan.
"Aku masih tidak mengerti "
"Syerli memberitahu kami kalau rumah lama kalian angker dan makhluk penghuninya sangat jahat. Itulah mengapa kalian hanya tinggal tiga bulan saja di rumah itu. Apa benar begitu?," lanjut Marwan.
Aku tidak menyangka Syerli memberitahukan rahasia keluarga kami kepada Nabila dan Marwan. Aku dan Syerli memang akhir-akhir ini tidak akur tapi, mengapa juga ia harus membocorkan rahasia di balik rumah itu?.
"Eh, malah melamun. Benar, nggak?,"Marwan ternyata masih penasaran.
"Istirahat nanti ajak aku menemui Syerli di kelasnya biar kalian dengar sendiri kebenarannya."
...
"jelaskan apa maksudmu mengatakan kalau rumah lama kami banyak jin jahatnya?!,"tanyaku dengan nada tinggi.
Kami saat ini sedang berada di depan ruangan kelas Syerli yang berjarak dua ruangan kelas dari ruangan kelas kami.
"Kalau tidak benar, kenapa juga kamu tersinggung?. Atau benar kalau rumah lama kalian berhantu?," jawab Syerli sembari menyilangkan kedua tangannya ke depan dada, tanpa rasa bersalah.
Aku menarik napas berat dan mengusap wajahKu dengan telapak tangan.
"Masalahmu itu denganku. Kenapa juga kamu menyeret-nyeret rumah lamaku?!. Mereka berdua jadi tahu sekarang!."teriaKu frustasi.
"Ngaku berarti. Makannya, jangan pernah main api denganku."
"Aku tidak pernah mencari masalah denganmu. Pacarmu yang selalu menguncarku tapi, aku masih waras karena mengingat persahabatan kita. Kami tidak pernah jadian."
"Omong kosong. Jadi, bagaimana?, kamu mahu buktikan atau tidak kalau omonganku kepada mereka benar?,"Syela melirik ke arah Nabila dan Marwan.
"Di luar masalah pribadi kalian berdua, ayolah antar kami ke sana. Sudah lama hidupku nggak tertantang" desak Nabila.
"G*la kamu, ya?. Cewek kok nggak takut sama setan."
"Makanya ayo. Bagaimana kalau malam minggu?. Kita janjian bertemu di rumah Airah"putus Marwan.
Aku menarik napas panjang dan terpaksa mengikuti keinginan mereka.
"Jangan salahkan aku jika hal buruk menimpa kalian. Aku sudah memperingatkan kalian."
"Dan terima kasihlah padaku atas apa yang akan kalian temukan pada dirinya,"imbuh Syerli sembari melirik ke arahKu.
"Aku akan tunjukkan siapa dirimu sebenarnya,"lanjutnya berbisik kepadaku.
...
"Wah!. Rumahmu besar banget!," kagum Nabila menatap rumah megah tiga bertingkat di hadapannya dengan mata berbinar.
"Jangan terlalu kagum. Kamu belum tahu isi di dalam sana" sindir Syerli membuatKu berpikir apa sebenarnya niatnya membuat mereka ingin datang kemari?.
"Ayo masuk. Aku ingin meninggalkan kenangan indah di malam minggu ini,"lanjutnya.
Akupun melangkah terlebih dahulu ke depan. Aku membukakan gerbang yang terbuat dari besi berukir bunga dan kuda nan menjulang. Kami berjalan di atas rumput-rumput hijau yang telah meninggi se mata kaki.
"Besar juga rumahmu, Aira"puji Marwan yang melangkah tepat di samping kiriku.
"Lebih besar penunggu yang di dalam"ucap Syerli pelan.
"'ra, siapa itu?,"tunjuk Nabila ke atap rumah dengan jari telunjuknya.
Aku menengadahkan wajahku ke arah dituju Nabila. Aku melihat Arj berdiri di sana menatap kami dengan mimik marah.
"Nggak ada apa-apa di sana. Kamu salah lihat," bohongku.
Akhirnya kami menapaki lantai teras dan dengan tenangnya Aku mencoba membuka daun pintu itu. Kamipun menyalakan senter dari hp kami masing-masing.
"Jangan ada yang sok pintar dan masuk ke ruangan manapun tanpa aku."
"Memangnya kenapa?,"tantang Syerli.
"Kalian mahu ke ruangan yang mana duluan?," tanpa memperdulikan pertanyaan Syerli, Aku berpaling kepada Nabila dan Marwan.
"Terserah kamu. Kamu kan, tuan rumahnya"jawab Marwan
"Ok, ikuti aku."
Di lantai dasar ini terdapat ruangan tamu, ruangan keluarga, ruangan makan dan dapur. Di pojok kanan dapur terdapat pintu kayu yang menuju taman belakang dan jika kita melewatinya bisa tembus ke halaman depan yang tadi kita lewati.
"Sejak tadi aku nggak melihat penampakkan apapun. Hay Syerli!. Kamu bohong, ya?!."Marwan mulai merasa bosan.
"Kita kan, masih di lantai satu. Siapa tahu penunggunya sedang bersarang di lantai dua atau tiga," Syerli membela diri.
"Benar yang dibilang Syerli. Aku tadi melihatnya ada di atap saat kita baru saja tiba," bela Nabila.
Aku capek mendengar perdebatan mereka. Entah bagaimana mulanya rumor horor mengenai rumah peninggalan nenek kami tersebar di masyarakat.
Jujur sih, rumah ini ada penunggunya dan itu hal lumrah bagi rumah atau gedung yang tidak terpakai. Serta, tidak lamanya kami menepati rumah ini dikarenakan Aku seorang indigo yang hanya diketahui oleh Syerli selaku sahabatku Sedari kecil dan keluarga terdekat saja . OrangtuaKu tidak tahan melihatku mengobrol akrab dengannya...dan sesegera mungkin membeli rumah dan pindah dari sini.
Tidak terasa kami telah menapaki lantai dua. Di sini hanya ada barisan kamar tidur yang saling berhadapan dengan jumlah 5 pintu.
"Kamar yangmana ada penghuninya?,"Nabila rupanya masih penasaran.
"Pasti yang ini", tebak Marwan sembari membuka kamar kedua sebelah kanan.
"JANGAAANNN!!!,"teriakku yang tidak sempat mencegatnya . Sedang, Syela tersenyum puas.
Makhluk tinggi besar dengan mata merah, rambut panjang selutut serta kuku-kuku kaki dan tangan yang panjang lagi hitam menatap kami dengan penuh amarah dan kebencian.
"Per..gi..kalian..da..ri..sini!!!!,"usir makhluk itu dengan suara menggema seantero ruangan.
Suaranya serasa menggetarkan lantai pijakkan kami dan merontokkan dinding rumah ini.
"Aira bawa mereka dari sini!," lanjutnya membuat Nabila dan Marwan spontan mengarahkan senter hpnya ke wajahku.
"Arj, aku minta maaf telah menggagu ketenanganmu. Mereka hanya ingin membuktikan rumor itu. Aku sudah menyembunyikan keberadaanmu dari siapapun tapi, aku tidak tahu kabar keberadaanmu mereka dengar dari siapa,"aku mencoba melindungi teman-temanku dari murka Arj.
Aku tahu persis bagaimana Arj kalau sedang marah. Dia akan mengganggu orang itu.. hingga orang tersebut hilang akal sehatnya atau meninggal tanpa alasan medis. Sama persis seperti saudari kembarku.
"Kalau begitu pergilah kalian!."usir Arj
"Tidak akan!,"tolak Syela
Syela melemparkan bubuk garam ke wajah Arj hingga Arj berteriak karena matanya perih.
Sembari menutup kedua mata merahnya dengan telapak tangan kirinya. Sedang, tangan kanannya meraba-raba ke sekitar mencari keberadaan kami.
"Cepat kabur!."perintahku
Kami berlari bersamaan menuruni anak tangga. Namun, kami belum tiba juga di lantai dasar. Entah karena perasaan takut yang mencengkram atau Arj yang diam-diam membuat rutenya sendiri.
AAAAKKKHHH!!
...
Entah bagaimana caranya, saat ini Aku sedang berada di dalam ruangan kamar yang ditempati oleh Arj. Aku kenal betul kamar ini. Dahulu ketika kami masih kanak-kanak, mendiang nenek melarang kami memasukinya tanpa memberi alasan yang pasti. Namun, Laila dengan usilnya masuk ke dalam dan tidak kembali lagi sampai jasadnya ditemukan tergeletak di depan pintu yang ada di pojok dapur setelah empat hari ia hilang. Aku mengintip diantara tubuh ibu,nenek,dan anggota keluarga lainnya yang berdiri berkerumun melihat ayah mengangkat jasad Laila. Aku melihat Arj untuk pertama kalinya di samping jasad Laila sedang menoleh kepadaku.
Setelah peristiwa itu, ayah mengajak kami pindah. Namun, kami kembali lagi tahun lalu tapi, kami tidak bertahan lama karena, kedua orangtuaku mengetahui hubungan pertemananku bersama Arj dan mereka khawatir Aku akan disesatkan oleh Arj. Kalian tahu kan, kesesatan seperti apa maksudku?. Yup, dijadikan d**un seperti mendiang nenekku.
"Ku pikir kamu tidak akan kembali lagi?,"tanya Arj dengan nada suara yang diubahnya ramah seperti ketika kami masih berteman.
"Aku memang tidak kembali lagi."jawabku tegas kepadanya yang berdiri di samping kursi yang ku duduki.
"Seperti yang ku jelaskan tadi....,"lanjutku.
"Teman-temanmu telah ku kirim ke dimensi lain seperti yang ku lakukan kepada tumbal-tumbal nenekmu sebagai hukuman kejahilan,keusilan dan rasa ingin tahu tentangku yang tidak seharusnya."
"Kemana kamu mengirim mereka?,".
"Kamu tidak perluh tahu. Demi nenekmu dan pertemanan kita di masa lalu, pergilah dari sini dan jangan pernah kembali lagi dengan alasan apapun. "
"Jangan jadikan mereka tumbalmu. Mereka tidak ada hubungannya dengan nenek,"mohonku
"Tenang saja. Aku sudah memiliki majikan baru yang memberikanku makan. Pulanglah dan tunggulah teman-temanmu. Mereka tidak akan ku apa-apakan hanya ku beri sedikit pelajaran dan mereka tidak akan mengingat ini semua,"
"Baiklah. Selamat tinggal,"pamitku.
...
Senin.
"Aira!,"panggil Nabila
Aku berbalik badan dan melihatnya dalam keadaan tidak kurang satu apapun.
"Apa yang kau lakukan?!. Seragamku jadi basah?!,"omel Syela kepada Marwan tepat di depan gerbang sekolah.
Aku dan Nabila langsung berlari menghampiri mereka.
"Ada apa?,"tanyaku
"Orang ini menjatuhkan kue lapisnya ke seragamku. Bagaimana aku nggak kesal?,"Syela menjelaskan duduk permasalahannya.
"Aku nggak sengaja, aku minta maaf."
"Maafkan saja dia. Aku kebetulan membawa seragam cadangan, pakai saja punyaku dan kembalikan besok."
Aku menemaninya ke toilet untuk berganti seragam. Syukurlah kalau Arj telah menghapus ingatan mereka.
...