Trio "Thousands of Memories" Melawan Julidan Kakak Kelas
Jam istirahat tiba, dan seperti biasa, kantin menjadi pusat keramaian. Namun, Aya Parker, Cho Chang, dan Ginny Weasley memilih untuk berjalan-jalan di koridor. Mereka sedang asyik mengobrol tentang perkembangan klub masing-masing.
"Aku sudah dapat beberapa ide desain baru buat klub fashion," kata Cho bersemangat. "Kita bisa bikin koleksi yang terinspirasi dari gaya sporty kamu, Aya!"
"Wah, seru banget!" timpal Ginny. "Kalau aku di Klub STEM kemarin berhasil merakit robot kecil yang bisa menari. Lumayanlah buat nambah skill."
Saat mereka melewati kelas XII, sekelompok kakak kelas perempuan yang sedang duduk-duduk di depan kelas langsung menatap sinis ke arah mereka. Mereka dikenal sebagai "The Vipers", sekelompok siswi populer yang hobi meremehkan adik kelas.
"Eh, ada adek-adek gemes lewat," bisik salah satu dari mereka, suaranya sengaja dibuat keras agar terdengar. "Duh, yang satu bendahara killer, yang satu lagi pacar badut kembar, terus yang satunya... oh, itu yang mau jadi model tapi gayanya kayak habis lari maraton, ya?"
Aya, yang paling sensitif soal penampilan dan interaksi sosial, langsung terdiam. Wajahnya memerah karena malu. Ia menunduk, mencoba mengabaikan cibiran itu.
Melihat Aya terdiam, Cho dan Ginny langsung memasang wajah serius.
"Kenapa, Kak?" tanya Ginny dengan nada tenang namun menusuk. "Tumben, kok, pada ngumpul di sini. Apa lagi pada bikin planning buat jadi public figure di social media?"
Para kakak kelas terkejut. Mereka tidak menyangka Ginny akan membalas dengan sindiran yang tepat sasaran.
"Sok pinter, deh, kamu!" balas salah satu dari mereka. "Pacar kamu tuh, si Harry, di belakangnya ada banyak yang ngincer lho!"
Saat itulah, Cho Chang maju selangkah, menatap mereka dengan tatapan yang sama seperti saat ia menagih uang kas. Tatapan "Ibu Cho" yang membuat semua orang ketakutan.
"Maaf, Kakak-kakak," ucap Cho dengan nada dingin. "Kalau kalian cuma mau komentar yang tidak penting, saya sarankan kalian fokus saja. Masih banyak waktu yang bisa dipakai untuk belajar, daripada nyinyirin orang lain."
"Yaelah, galak amat sih, Bu!" ejek salah satu kakak kelas.
"Betul. Kalau ada urusan uang kas yang belum lunas, saya bisa bantu tagih," kata Cho, membuat wajah-wajah kakak kelas itu pucat. Mereka tahu reputasi Cho yang tak pandang bulu dalam urusan uang.
Aya, yang tadinya menunduk, kini mengangkat kepalanya. Sifat kompetitifnya bangkit. Ia tahu ini bukan pertarungan fisik, melainkan pertarungan mental.
"Maaf, Kak," ucap Aya dengan suara lantang dan percaya diri. "Kalau soal fashion, aku akui aku masih belajar. Tapi setidaknya, aku punya gaya sendiri dan enggak cuma ngikutin tren yang sama kayak yang lain."
Aya menunjuk salah satu kakak kelas yang mengenakan pakaian yang sama dengan temannya. "Lagian, menurutku, pakaian itu harusnya bikin kita nyaman. Bukan bikin kita insecure cuma karena ada yang ngasih komentar."
Seketika, koridor menjadi hening. Para kakak kelas itu terdiam, tidak bisa membalas. Mereka terkejut melihat adik kelas yang selama ini mereka anggap remeh ternyata bisa melawan dengan begitu cerdas dan berani.
Cho dan Ginny tersenyum bangga. "Tuh, kan, aku bilang juga apa? Aya jago kalau udah serius," bisik Ginny kepada Cho.
Mereka bertiga kemudian melanjutkan langkah, meninggalkan para kakak kelas yang terdiam seribu bahasa. Sambil berjalan, Cho merangkul Aya.
"Hebat banget, Ay!" kata Cho. "Mereka langsung diam, kan?"
"Aku... aku enggak tahu harus ngomong apa lagi," jawab Aya, masih sedikit terkejut dengan keberaniannya sendiri.
"Itulah gunanya teman, Ay," kata Ginny sambil merangkul pundak Aya yang lain. "Kita lawan bareng-bareng."
Mereka bertiga tertawa, merasa lebih solid dari sebelumnya. Ketiga gadis dari Thousands of Memories itu membuktikan bahwa kebersamaan dan keberanian jauh lebih kuat daripada sekadar julidan.
ulang tahun untuk Draco Malfoy.
Misi Rahasia: Ulang Tahun Draco Malfoy
Malam itu, grup chat kelas Thousands of Memories ramai tidak seperti biasanya. Subjek pembicaraan mereka kali ini adalah sesuatu yang sangat rahasia: ulang tahun Draco Malfoy yang jatuh lusa.
Fred Weasley memulai percakapan, "Guys, ini misi super rahasia. Jangan sampai bocor. Lusa, Draco ulang tahun."
"Serius?! Draco ulang tahun?" tanya Ron Weasley, terdengar terkejut. "Kita mau kasih dia kejutan?"
"Harus!" jawab Ginny Weasley dengan antusias. "Dia memang sering nyebelin, tapi dia tetap bagian dari kita. Lagian, seru juga lihat ekspresi dia kalau kaget."
Hermione Granger menambahkan, "Kita harus hati-hati. Draco itu cerdas, dia pasti akan curiga kalau ada yang aneh. Kita harus bikin rencana yang matang."
Ide-ide mulai bermunculan.
Aya Parker mengusulkan, "Gimana kalau kita bikin kue ulang tahun? Aku bisa bantu bikin, sekalian latihan dari klub memasak Ron."
Ron Weasley setuju, "Ide bagus! Aku akan siapkan bahan-bahannya. Aku jamin, kuenya bakal enak."
Luna Lovegood memberi ide yang tidak terduga, "Kita bisa hias kelas dengan tema 'bintang'. Draco kan suka banget sama bintang, kayaknya dia pasti suka."
Harry Potter, sang ketua kelas, mengambil alih kendali. "Oke, semuanya dengarkan. Ini pembagian tugasnya."
Pembagian Tugas
Harry Potter mulai membagi tugas dengan teratur.
* Seksi Dekorasi: Luna Lovegood, Cho Chang, dan Ginny Weasley.
Tugas: Menghias kelas saat Draco sedang tidak ada di tempat.
* Seksi Makanan: Aya Parker, Ron Weasley, dan Lavender Brown.
Tugas: Membuat kue ulang tahun dan menyiapkan makanan lain.
* Seksi Pengalih Perhatian: Fred dan George Weasley.
Tugas: Menjauhkan Draco dari kelas saat mereka mendekorasi.
* Seksi Hadiah: Hermione Granger, Cedric Diggory, dan Pansy Parkinson.
Tugas: Membeli atau membuat hadiah yang bermakna.
Misi Berjalan
Pada hari H, semua berjalan sesuai rencana. Fred dan George berhasil mengalihkan perhatian Draco dengan mengajaknya ke kantin untuk mencicipi 'menu baru'. Draco, meskipun curiga, tetap ikut karena dia tidak mau melewatkan kesempatan untuk mengomentari makanan yang tidak enak.
Di dalam kelas, Luna dengan dibantu Cho dan Ginny mulai menghias. Mereka menempelkan bintang-bintang di langit-langit kelas. Aya, Ron, dan Lavender sibuk membuat kue ulang tahun.
"Ron, adonannya jangan terlalu kencang," kata Aya, terlihat serius. "Nanti kuenya jadi keras."
Ron hanya tertawa. "Tenang aja, Aya. Aku udah latihan keras di klub memasak. Kuenya pasti empuk."
Hermione, Cedric, dan Pansy datang dengan membawa sebuah kotak hadiah.
"Ini hadiahnya," kata Pansy dengan bangga. "Aku bantu milih."
Hadiah itu berisi buku-buku langka tentang strategi Quidditch. Sesuatu yang sangat disukai Draco.
Tepat saat dekorasi selesai dan kue sudah siap, Fred dan George membawa Draco kembali ke kelas.
"Ada apa sih? Tumben banget semuanya pada di dalam kelas," tanya Draco, merasa ada yang aneh.
Saat pintu kelas dibuka, semua anak-anak kelas Thousands of Memories berteriak serempak, "Selamat Ulang Tahun, Draco!"
Draco terkejut. Wajahnya yang biasanya dingin, kini terlihat syok. Matanya berkedip-kedip, tidak percaya. Di depannya, ada kue ulang tahun dengan lilin menyala, dekorasi bintang, dan senyuman tulus dari teman-temannya.
"Ini... buat gue?" tanyanya pelan.
"Iya, lah!" jawab Fred sambil menepuk pundaknya. "Meskipun lo nyebelin, kita tetap teman kok."
Draco hanya bisa terdiam. Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya. Ia hanya menatap teman-temannya, lalu tersenyum tipis. Sebuah senyuman yang sangat langka dan berharga.
"Terima kasih," bisiknya. "Terima kasih banyak."
Malam itu, Thousands of Memories dipenuhi dengan tawa, cerita, dan kebersamaan. Mereka membuktikan bahwa persahabatan sejati tidak hanya tentang kebersamaan di saat senang, tetapi juga tentang saling peduli di saat-saat spesial.