Lanjut lagi nih cerita tentang Draco, Fred, George, dan Ron yang diam-diam jadi akrab gara-gara hukuman.
Misi Rahasia "Pembersihan Piala"
Hukuman membersihkan piala di ruang trofi tanpa sihir selama seminggu penuh ternyata punya efek tak terduga. Awalnya, mereka berempat canggung banget. Draco cuma nyentuh piala dengan ujung sarung tangannya seolah itu benda kotor, sementara Fred dan George sibuk ngerjain Ron dengan ngumpetin lapnya.
"Sumpah, ini konyol banget," gerutu Draco sambil menggosok piala perunggu. "Tangan gue bisa kapalan."
"Makanya, jangan gampang emosi," balas Fred santai, sambil menggosok piala lain. "Lagian, lo pikir kita gak pegel apa?"
Ron yang dari tadi diem, tiba-tiba nyolek bahu Draco. "Eh, Drac. Lap lo tuh kotor banget, kayaknya habis buat ngepel lantai."
Draco langsung melotot. "Enak aja! Ini lap bersih!"
"Bersih apanya!" sahut George sambil nyengir. "Liat, nih, lap gue lebih kinclong!"
Akhirnya, suasana kaku itu pecah. Mereka mulai saling ngelempar candaan, ngegosok piala dengan gaya aneh, sampai lomba siapa yang paling cepet bersihin piala. Hukuman yang awalnya terasa berat, perlahan berubah jadi momen seru buat mereka berempat.
Di hari ketiga, mereka lagi asik ngobrol sambil nyanyi-nyanyi gak jelas. Tiba-tiba, pintu ruang trofi kebuka. Muncul Cho Chang sama Pansy Parkinson bawa nampan berisi sandwich dan minuman.
"Hai!" sapa Cho dengan senyum. "Kami bawain kalian makan malam."
Seketika, suasana langsung berubah 180 derajat. Fred dan George langsung minggir ke pojokan, pura-pura fokus ngegosok piala. Ron masang muka datar, dan Draco langsung balik ke mode sombongnya.
"Ngapain kalian di sini?" tanya Draco dengan nada dingin. "Gak usah sok baik."
Pansy mendengus. "Ya ampun, Drac. Kami cuma mau bantuin. Lo kan pasti capek."
"Gue gak butuh bantuan," jawab Draco singkat, tanpa menatap Pansy.
Cho menaruh nampan di meja. "Ini buat kalian. Jangan lupa dimakan, ya."
Setelah Cho dan Pansy keluar, pintu tertutup lagi. Ron langsung melahap sandwichnya. "Gila, hampir aja ketahuan. Untung gue jago akting."
"Akting apaan?" kata Fred sambil mengambil sandwich. "Muka lo tadi kayak nahan berak."
Mereka berempat ngakak terbahak-bahak. Ternyata, selama Cho dan Pansy datang, mereka harus pura-pura musuhan. Itu jadi semacam sandiwara yang seru buat mereka. Rahasia kecil yang cuma mereka berempat yang tahu.
Malam-malam berikutnya, hal yang sama terus berulang. Fred dan George sering ngajakin Draco sama Ron main tebak-tebakan atau cerita hantu. Draco yang awalnya dingin, sekarang jadi sering ketawa. Ron juga mulai berani ngejahilin Draco.
"Eh, Drac, coba tebak," kata Fred. "Apa bedanya piala ini sama lo?"
Draco dengan malas menjawab, "Apaan?"
"Kalau piala ini cuma berharga di sini," lanjut George, "Kalau lo, berharga di hati Pansy!"
Draco langsung ngelempar lapnya ke muka George. "Kurang ajar!"
Ron sama Fred ketawa ngakak. Tapi di balik semua candaan itu, mereka tahu kalau pertemanan mereka ini beneran tulus. Gak peduli Slytherin atau Gryffindor, mereka bisa akur. Momen membersihkan piala itu gak cuma bikin piala jadi kinclong, tapi juga membersihkan prasangka di antara mereka.
Ketika hukuman selesai, mereka balik lagi ke kelas seperti biasa. Mereka masih sering berdebat, saling ledek, dan terlihat seperti musuh bebuyutan. Tapi, kalau ada yang gak sengaja nyebut kata "piala", mereka berempat pasti langsung saling melirik, lalu tersenyum tipis. Hanya mereka yang tahu arti dari senyuman itu.
Gimana, seru gak kelanjutan ceritanya? Kira-kira, apa lagi nih rahasia yang bakal mereka berempat simpan?