[“Emangnya kriteria cowok kamu yang kayak gimana sih, Na?”]
“Yang kayak Gus Azmi kali ya? Pokoknya tipe cowok islami, yang kalau ngomong santun, ada adabnya gitu lah.”
[“Kalau musik kamu suka denger lagunya siapa?”]
“Oh, aku paling suka dengerin sholawat, apalagi kalau yang bawain Adzando Davema!”
[“Wow, selera kamu keren banget! Kalau kajian Ustadz Hanan Attaki suka nggak?”]
“Iya, suka banget. Kamu juga suka sama kajian UHA?”
[“Suka dong. Aku sering ikut kajian beliau di YouTube, bisa dibilang UHA itu idolaku.”]
Begitulah awal perkenalanku dengan Ricky. Hanya berupa chat ringan di fitur personal message salah satu aplikasi baca novel online. Namaku Hasna, dan inilah kisahku.
Waktu itu aku baru bergabung ke grup pembaca dan penulis, yang kadang membahas novel pemenang lomba, atau hanya sekedar haha-hihi dan berbagi gosip seputar hubungan antar pembaca atau penulis semata.
Dari perkenalan singkat itu, aku merasa tertarik dengan Ricky. Bukan karena dia tampan—aku sendiri belum pernah melihat wajahnya, tapi lebih karena sosoknya terasa paling keren dan bercahaya di tengah banyaknya akun cowok lain, yang kadang lebay banget atau malah kegenitan sama cewek.
Obrolan kami selalu mengalir, nyambung dalam berbagai topik diskusi karena Ricky juga ternyata cowok cerdas. Jujur, aku merasa sangat nyaman dengannya.
Begitulah cara Ricky masuk ke dalam hidupku yang sepi ini. Lewat kata-katanya yang hangat dan romantis, juga lewat perhatian dan prioritasnya padaku di grup chat.
Pokoknya Ricky itu cowok cool, dewasa, agamis dan sangat cocok dijadikan imam, titik!
Kami makin sering chattingan, setiap hari malah. Ricky tipe cowok yang sangat terbuka. Dia banyak bercerita tentang hal-hal pribadi dan keluarganya. Hingga di satu momen di masa lalunya, Ricky mengatakan memilih jadi mualaf, setelah masalah berat menghantam hidupnya secara bertubi-tubi.
[“Aku gak mau main-main lagi, Na. Udah cukup masa laluku sama mantan toksik. Aku ingin punya hubungan baru dengan cewek yang lebih ngerti aku. Entahlah, aku malah ngerasa tenang dan nyaman ngobrol sama kamu begini.”]
Pelan tapi pasti, aku pun ikut membuka diri. Bercerita masa laluku yang pernah diselingkuhi, menceritakan latar belakang keluargaku, juga apa saja keseharianku di rumah dan di kantor tempatku bekerja.
Ricky ternyata pendengar yang sangat baik. Bagiku, dia seperti malaikat yang dikirim semesta khusus untuk menyembuhkan luka batin yang ditorehkan oleh mantan pacarku yang belum lama ini menikah dengan cewek lain.
[“Kita gak usah pacaran ya, Na! Tapi aku minta izin untuk suka dan mencintaimu dalam sunyi. Kalau nanti waktunya tiba, aku langsung lamar kamu aja, gimana? Trus kita nikah deh!”]
“Kita kan belum pernah ketemu, Rick?”
[“Tapi hati kita saling mengenal di sini, kamu gak suka sama aku ya? Gak mau aku lamar?”]
Saat itu, dengan bodohnya aku percaya saja dengan semua kata-kata manisnya. Aku mau jadi pacar onlinenya setelah dia ngomong cinta dengan sangat meyakinkan.
Malam ini, aku menangis lagi. Bukan karena rindu pada Ricky, tapi karena akhirnya aku sadar kalau aku cuma dimanfaatkan olehnya. Demi Allah, aku menyesal, sangat-sangat menyesal jika ingat apa yang telah aku lakukan di masa itu.
Setelah kedekatan kami masuk bulan ketiga, chattingan kami semakin pribadi dan dalam. Membahas hal-hal yang tabu dan dewasa. Aku sebenarnya malu, tapi entah mengapa tak menolak topik pembicaraan mehsum yang Ricky lemparkan.
Bahkan, aku tak menyadari bagaimana akhirnya Ricky malah meminta chattingan ke arah yang lebih privasi lagi. Dia mengatakan kalau dirinya adalah tipe cowok yang lemah dalam menghadapi godaan gairahnya.
[“Ya gimana ya, Na? Nafsu kan datangnya suka tiba-tiba. Lah aku ini cuma manusia biasa. Gak mungkin syahwat ini aku salurkan ke cewek lain. Kalau aku lampiaskan lewat kamu, itu malah aman. Gak dosa kan Na, kalau chat segz sama yang kita niatkan jadi istri?”]
Saat itu aku ragu, tapi Ricky terus saja membujuk. Dengan ungkapan cintanya yang manis dan romantis, dengan harapan dan janji pernikahan yang akan diberikan padaku, dan dengan kesan tersirat jika aku menolak chat seperti itu, artinya aku tidak cukup sayang padanya.
Aku yang naif, yang termakan omongan manisnya, yang ingin jadi wanita spesial yang paling dicintainya, yang ingin membuat dia bahagia, akhirnya menuruti apa maunya.
“Gimana caranya, Rick? Aku kan belum pernah chat aneh seperti itu,” tanyaku waktu itu.
[“Kamu tinggal chat nakal aja, Na! Tulis semua fantasi segz yang ada di kepalamu. Biar gampang, bayangin aja kalau kita lagi melakukan hubungan suami istri. Yang hot ya sayang chatnya!”]
Kami bertukar kalimat mesra dan sangat nakal. Sesekali ia akan mengarahkan apa yang harus kutulis, sampai akhirnya aku mendapatkan foto bagian bawahnya yang basah berlendir karena terpuaskan oleh chat meshumku, di akhir chattingan.
Aku terhenyak mendapati fakta kalau tombak pusaka Ricky ternyata masih memiliki kulit penutup, alias tidak disunnat.
Aku tertampar, bertanya dalam hati bagaimana bisa cowok yang tampak sangat paham agama seperti dia tidak menjalankan perintah Allah? Jadi yang diceritakan kemarin soal dia kesakitan saat dikhitan dan menyembelih dua kambing itu bohong belaka?
Lagi-lagi aku bersikap bodoh, aku mau menerima kondisinya yang seperti itu, dan semua alasan dibaliknya–yang sebenarnya tak masuk akal. Sungguh, aku tak menaruh curiga. Aku benar-benar buta karena merasa dicintai. Aku bahkan percaya dengan semua bualan dan cinta palsunya.
Oke, aku akan ceritakan betapa manipulatifnya Ricky, juga sikapnya yang selalu playing victim saat kami ada masalah.
Berkali-kali aku menemukan dia aktif haha-hihi dengan cewek di grup lain setelah pamit offline padaku. Aku juga akhirnya tahu kalau dia menjalin hubungan online dengan cewek lain.
Tentu saja aku tidak tinggal diam, aku langsung konfrontasi kebenaran itu dengannya.
[“Kamu tuh curiga terus sama aku, dikit-dikit cemburu. Mereka itu teman diskusi biasa, Hasna. Ada yang nganggep aku kakak, jadi aku juga anggep dia adik.”]
[“Kok kamu jadi kayak gini sih? Kamu gak percaya lagi sama aku? Jadi cewek itu yang punya pikiran positif, jangan negatif terus! Bedain mana urusan grup chat mana urusan pribadi kita.”]
[Hasna sayang, kamu itu cewek spesial buat aku. Kamu itu istimewa, mana mungkin aku selingkuh dari kamu?”]
Saat itu, rasanya aku sudah tak kuat lagi menghadapi sikap flamboyan Ricky. Apalagi dia juga cuma datang padaku di saat tertentu saja, yaitu saat libiidonya sedang naik, saat dia butuh aku untuk menuliskan chat nakal, mesum dan liar yang akan membantunya berfantasi.
Aku muak diperlakukan seperti cewek murahan walaupun hanya lewat chat online. Aku malu pada diriku sendiri, pada kebodohanku, pada harapan semu yang dia berikan. Aku juga benci diriku karena tak bisa pergi darinya dengan mudah.
Kami selalu rujuk setelah putus. Aku tidak bisa menolak ketika Ricky chat minta balikan, dan berujung minta aku chat nakal lagi untuk kepuasannya. Oh Tuhan, betapa rendah dan munafiknya diri ini!
Pada akhirnya, aku benar-benar seperti orang yang memiliki sakit kepribadian. Depresi berat karena mencintai Ricky setulus hati, tapi imbal baliknya tak sesuai ekspektasi.
Aku dipermainkan. Aku hanya dimanfaatkan. Aku tak dihargai, juga tak diakui sebagai pacar. Ricky selalu mengaku dirinya jomblo di depan cewek lain di dalam grup baca, baik di grup itu ada aku atau tidak. Ya, dia membuat aku cemburu dan sakit hati setiap hari.
“Aku mau kita putus!”
[“Hasna, kenapa sih kamu ini dikit-dikit minta putus, kayak anak kecil aja! Aku itu cinta banget sama kamu! Ayo kita mulai lagi dari awal. Kasih aku kesempatan untuk memperbaiki diri.”]
[“Aku janji gak akan ngecewain kamu lagi, aku akan berubah demi kamu! Tapi kamu juga harus janji gak minta putus terus, harus janji gak dekat lagi sama suami orang, harus janji gak berteman sama si itu!”]
Sayangnya, aku tak percaya lagi dengan janji manisnya. Aku sudah terlalu lelah dengan drama-dramanya. Lelah dengan kebohongannya. Lelah dengan sikap manipulatif dan playing victimnya. Jadi, aku pilih mundur dari pacar onlinenya.
Bagaimana tidak? Peluk dan ciumnya tak pernah terasa, tapi sakit hatiku sampai dunia nyata. Lagipula Ricky tidak sebaik yang aku kira, bukan juga pria sholeh yang aku harapkan jadi imamku di dunia nyata! Ricky tak lebih dari bunglon sosial yang memakai topeng agama untuk memanfaatkan wanita.
Dan tahu apa fakta akhir yang paling menyakitkan hatiku? Ketika aku sadar hanya aku yang jatuh cinta dalam hubungan tak jelas ini. Ricky sendiri tak pernah mencintaiku. Dia hadir dalam hidupku hanya untuk mendapatkan manfaat dan memanipulasi perasaanku.
Hari ini, semua chat Ricky aku hapus. Akunnya pun sudah aku blokir. Aku tak sudi dihubungi Ricky lagi. Aku butuh tenang. Untuk itu, aku tak lagi ikut grup baca manapun di aplikasi ini.
Aku hanya ingin sendiri, ingin sembuh dari sakit hati, ingin waras dari segala kegilaanku selama beberapa bulan ini.
Intinya, aku ingin menjadi diriku lagi. Seperti dulu, saat sebelum menjadi pacar onlinenya Ricky.
T A M A T
Teruntuk : wanita-wanita yang sedang terjebak hubungan PO (pacar online) dengan master manipulator.
Jaga hati kalian ladies, sayangi mental kalian, klo bukan kamu sendiri sapa lagi???
Spesial thanks to, Allah SWT, kedua kakakku, buu nyai dan tak lupa aku ucapkan thanks buat someone, my boy friend yg selalu membersamaiku.
Best Regard
LM
24/07/2025