"Sialan! Kenapa harus gue?!" Teriak Risa, cewek 17 tahun dengan rambut bob sebahu dan bandana merah, sambil ngaduk-ngaduk bubur ayam di kantin sekolahnya. Dia itu anggota tim travel paling muda, yang tugasnya cuma nganter-nganterin barang buat klien lintas waktu. Tapi, entah kenapa, pagi ini dia malah yang kepental ke masa depan.
"Sistem bilang... gue harus nolongin anak gue sendiri?" Risa baca pop-up di smartwatch hologramnya. "Anak gue... umur 17 tahun? Masa depan? Hah?!"
Otaknya mendadak blank. Baru juga semalem dia galauin nilai Fisika, sekarang disuruh jadi emak-emak time-traveler. Ya kali!
Kehidupan SMA Risa itu standar abis. Datang pagi, ngantin, godain guru olahraga, pulang. Cita-citanya cuma satu: lulus tanpa remidi. Dia gak pernah mikir bakal jadi pahlawan, apalagi pahlawan buat anak sendiri.
Tapi, begitu sampai di gedung sekolah yang asing itu, smartwatch-nya makin gila. Layar hologramnya nunjuk ke seorang cowok dengan rambut gondrong sebahu, lagi duduk manyun di bangku taman. Dia pakai seragam yang aneh, kayak seragam robot.
"Itu anak gue?" Risa melongo. Smartwatch bilang namanya Arjuna.
"Gila,modelan kaya gini sih bukan anak gue, ini mah lagi cosplay Conan!"
Arjuna kelihatan lagi galau banget, sampai-sampai dia nabrak Risa. Buku-bukunya jatuh berserakan.
"Eh, maaf, Kak!" Arjuna buru-buru mungut bukunya. Matanya merah, kayak habis nangis.
Risa ngeliatin mukanya, terus bandingin sama foto di smartwatch. Mirip banget! Cuma beda di rambut sama ekspresi galau akutnya.
"Lo kenapa, Dek?" Risa nanya, pura-pura peduli.
"Kok kayak habis nangis gitu?"
Arjuna mendesah. "Aku baru habis di tolak , Kak. Udah yang kesekian kalinya. Padahal aku udah ngasih boneka beruang segede gaban!"
Risa ngerasa kepala dia langsung berasap. Anak dia sendiri kok sebego ini dalam urusan cinta?! Ini sih bukan cuma bego, tapi butuh guru les privat.
"Haduh... dengerin gue baik-baik nih," kata Risa, mencoba bicara setenang mungkin padahal jantungnya deg-degan.
"Gue ini... Mamah lo."
Mata Arjuna langsung melotot.
Ekspresinya mendadak blank, kayak komputer yang nge-lag.
"Ma... Mama? Tapi... Mama kan... Mama udah nggak ada sejak aku lahir..." Suaranya pelan banget, kayak bisikan, antara gak percaya dan otaknya lagi berusaha memproses informasi segila ini.
"Iya, Nak," kata Risa lagi, mengangguk pelan. Air matanya mulai menggenang.
"Hemm...Gue tahu ini kedengeran gila. Gue juga gak ngerti kenapa,Bisa Lo bilang Gue ini penjelajah waktu, Gue terlempar dari masa lalu ... dan Gue punya misi,sistem di jam ini bilang, Gue mesti bantu lo soal cinta." Risa mengangkat smartwatch di tangannya yang layarnya udah mati.
Arjuna mundur selangkah, menggeleng-gelengkan kepala. "Ini... ini gak mungkin. Kakak pasti salah orang. Atau Kakak ini Robot,emh atau... hantu?"
"Robot ndasmu! Hantu ndasmu!" celetuk Risa spontan, reflek kebiasaan ngomong sama temen-temennya.
"Mana ada hantu secantik ini, Nak! Dengerin Mamah, ya. Semua yang terjadi ini aneh, bahkan buat Gue sendiri. Tapi, Gue itu beneran mamah Lo,lebih tepatnya Ibu lo yang masih 17 tahun." Risa menatap mata Arjuna lurus.
"Dan Gue di sini karena Lo butuh bantuan Gue, biar gak terus-terusan bego soal cinta."
Arjuna masih buffering, tapi ada sedikit kilau di matanya. "Jadi... Mama datang khusus buat aku?"
Risa tersenyum lembut. "Lebih tepatnya, terlempar karena harus nolongin Lo, Anakku yang clueless."
Sejak hari itu, Risa jadi "Kakak" paling aneh di sekolah itu. Dia ngekorin Arjuna ke mana-mana. Setiap Arjuna naksir cewek, Risa langsung ngajarin strategi.
"Juna, dengerin Gue! Cewek itu gak butuh boneka segede gaban kalo lo gak bisa diajak ngomong serius!" Risa ngomong sambil nyomot kentang goreng Arjuna.
"Tapi, Ma, kata teman-teman aku, cewek suka hadiah yang mahal!"
"Itu namanya matre, Sayang! Jangan ngaco! Inget Lo itu harus dengerin KLO dia lagi ngomong, liat matanya,jangan liat lainnya. terus sesekali puji rambutnya. Bilang, 'Rambut lo bagus banget, kayak habis keramas pake sampo iklan!'"
Arjuna cuma ngangguk-ngangguk bego.
Suatu hari, Risa ngeliat Arjuna lagi ngedeketin seorang cewek. Ceweknya cantik, rambutnya ikal, senyumnya manis.
"Oke, Juna, ini kesempatan lo!" bisik Risa dari balik pohon. "Kasih dia bunga mawar, terus bilang puisi yang udah Gue ajarin!"
Arjuna maju dengan langkah mantap. Dia nyodorin bunga mawar merah ke cewek itu. "Ehmm... kamu... mawar itu indah, tapi kamu lebih indah dari mawar itu... soalnya kamu gak ada durinya!"
Risa langsung facepalm. "Junaaa! Bukan begitu!"
Cewek itu cuma ketawa sambil senyum senyum malu. "Makasih, ya. Kamu lucu banget."
"Nah, Juna! Itu namanya kemajuan!" Risa bertepuk tangan pelan di belakang pohon.
"Setidaknya dia gak langsung lari!"
Arjuna mulai agak mendingan. Dia udah mulai bisa ngajak ngobrol cewek, gak cuma diem terus nyodorin hadiah aneh. Tapi, yang bikin Risa ngakak itu kalo Arjuna mulai melontarkan Gombalan dan rayuan hasil ajarannya.
"Kamu tau gak bedanya kamu sama bintang?" kata Arjuna ke cewek lain.
Gadis itu tersenyum malu sambil menggelengkan kepalanya.
"Bintang di langit cuma satu, tapi kamu... banyak banget di hatiku!"
Risa langsung nyumpal mulutnya sendiri biar gak ketawa. Anak siapa sih ini?!
Selain ngajarin cinta, Risa juga ngalamin banyak kejadian aneh. Misalnya, pas dia nyoba pakai mesin fotokopi, eh, yang keluar malah print-out muka dia sendiri pakai kumis. Atau pas dia nyoba microwave, malah keluar pizza yang rasanya kayak sandal jepit. Anak-anak di sekolah masa depan ini juga sering ngomongin hal-hal yang gak dia ngerti, kayak "drone pengantar tugas" atau "kelas VR". Risa cuma bisa cengengesan.
"Buat apa gue ke sini kalo cuma buat jadi guru cinta gratisan?!" keluh Risa suatu sore, sambil selonjoran di sofa robotiknya Arjuna.
"Mamah kan emang guru terbaikku," kata Arjuna polos, sambil nyeruput minumannya.
Tiga bulan berlalu...
Arjuna sekarang sudah punya pacar. Cewek yang waktu itu ketawa denger rayuan "mawar tanpa duri" itu. Dia keliatan bahagia banget. Risa diam-diam bangga. Misi dia berhasil.
Tiba-tiba smartwatch Risa nyala. Pesan dari sistem: MISI SELESAI. WAKTU KEMBALI: SEKARANG...!
Risa langsung panik. "Juna,emh.... karna misi Gue udah selesai di sini,kayanya udah waktunya Gue balik deh."
Arjuna yang lagi asyik nge-game langsung noleh. "Balik ke mana, Ma?"
"Ya Ke masa lalu lah,Ke waktu di mana seharusnya Gue ada!"
Mata Arjuna berkaca-kaca. "Mama mau pergi,ninggalin aku gitu?"
Risa ngangguk. "Ya,Gue harus balik..karna Gue di sini juga karna misi,sekarang misi nya udah selesai dan Gue mesti balik,Juna." Air matanya juga ikutan tumpah. Dia udah terlanjur sayang sama anak anehnya ini.
"Tapi... siapa yang bakal ngajarin aku kalau diputusin lagi?" Suara Arjuna bergetar.
Risa ketawa miris. "Lo udah pinter, Jun. Udah bisa jaga diri sendiri. Ingat pesen Gue, jangan pernah takut jatuh cinta, tapi jangan juga terlalu bego dalam cinta. Udah, ya, jangan nangis. Nanti gantengnya ilang!"
Arjuna memeluk Risa erat. Pelukan terakhir dari Mama yang tiba-tiba muncul dan tiba-tiba menghilang.
"Mama... jaga diri baik-baik di masa lalu, ya. Semoga nanti Mama ketemu Papa yang baik, biar Papa gak kayak aku, bego soal cinta!"
Risa cuma bisa senyum, air mata netes deras. Tiba-tiba, tubuhnya mulai memudar. Ruangan di sekitarnya jadi buram. Samar-samar dia masih bisa denger suara Arjuna.
"Mamaaa!"
Dan, whuss, Risa kembali ke kantin sekolahnya. Bubur ayamnya masih hangat, sendoknya masih di tangan. Seolah gak ada yang terjadi. Dia ngelirik smartwatch-nya. Layarnya kosong.
Risa diem, matanya kosong. Dia ngerasa kehilangan. Kehilangan anak yang baru dia temuin, yang dia ajarin cinta, yang bikin dia ngerasa jadi seorang "Mamah".
Ia Kehilangan kesempatan untuk benar-benar jadi ibu untuknya, bahkan untuk sesaat Risa merasakan ikatan batin yang kuat dengan Arjuna.
Dia ngehela napas panjang. Mungkin dia harus mulai nyari pacar yang bener biar nanti anaknya gak jadi sebego Arjuna. Tapi, air mata di pipinya masih belum kering.
"Maaf ya, Nak," bisik Risa pelan. "Mamah belum sempet ngajarin lo caranya ngeles dari guru Fisika..."