Aku duduk di kursi taman, menunggu seseorang yang entah sudah ada di mana sekarang. Langit hari ini tampak cerah dan berawan, tidak seperti seseorang di ujung sana dengan ekspresi masam.
Gadis itu berjalan ke arah ku dengan kaki yang terkadang ia hentak keras. Aku menepuk kursi di samping ku, mempersilahkan nya duduk.
Aku menatap mata nya dalam. “Kenapa, kenapa? Sini cerita.”
Sembari menghembuskan napas kasar, Lia membuka suara. “Gapapa sih, gue penasaran kenapa lu belum bisa pulang ya Chan?” Sahut tanya itu membuat ku termangu. Aku diam tanpa bisa menjawab, aku juga ingin pulang.
Wajah masam nya seketika cerah, kepala Lia menggeleng ribut. “Gapapa deh Chan, temenin skripsi gue sampe selesai ya.”
Aku tersenyum dan mengangguk, manis sekali gadis ini. Aku menggenggam erat tangan kecil nya, terlihat sangat kecil dalam genggaman ku. Mungkin, gadis di samping ku ini adalah saksi bahwa aku pernah hadir di dunia.
“Mungkin kehadiran gue ini ada untuk menjaga, mungkin juga untuk menemani. Dan yang pasti, orang itu adalah elu.”
“iya, makasih ...” Lia menundukkan kepala nya, kemudian ia berucap dengan hangat dan hati-hati, “Gue selalu berdoa biar arwah lu ini tenang kok Chan.”