**"Jadi... aku kandidat Presiden Multiverse karena... spam vote dari fanbase idol grup?"**
"Akurasi 98%. Dua persen sisanya karena kau suka selfie pakai filter telinga kelinci. Itu meningkatkan elektabilitas lintas dimensi."
Yurika Hanazawa, siswi SMA biasa dari Distrik Nerima, Tokyo, berdiri kaku di tengah panggung melayang berwarna pastel neon. Di sekelilingnya, delegasi dari ratusan dunia berkepala aneh—ada yang berbentuk awan, ada yang hanya tangan melayang, bahkan ada yang mirip tahu bulat—menatap dengan rasa ingin tahu, ngeri, dan... lapar?
"Aku cuma iseng klik polling online ‘Siapa yang Pantas Jadi Pemimpin Dunia’," gumam Yurika, memandangi hologram besar bertuliskan *“Welcome to the 777th Interdimensional Presidential Election”*.
Di sampingnya, muncul makhluk setengah kucing-setengah printer bernama **Kibu**, sekretaris resmi Komisi Pemilu Multiverse.
"Menurut hukum dimensi ke-4 pasal 1 ayat 3: jika satu entitas mendapat lebih dari 1.000.000.000 suara, mereka otomatis dicalonkan, terlepas dari spesies, IQ, atau jam tidur mereka semalam."
"Kenapa dunia nyata bisa ikut milih?"
"WIFI bocor, Mbak."
Yurika menghela napas. Ini pasti mimpi. Mimpi aneh karena kebanyakan makan karage malam-malam.
Tapi saat seorang delegasi dari *Planet Taring Ganda* tiba-tiba melempar bunga ke arahnya dan berteriak, "AKU DUKUNG CALON MANUSIA BUMI!", Yurika sadar… ini jauh lebih kacau dari sekadar mimpi.
---
### Babak I: Kandidat Tanpa Program
Yurika segera diberi kantor kampanye pribadi—yang lebih mirip balon udara dengan mesin espresso dan satu rak penuh buku panduan: *“Debat Politik Antar-Dimensi untuk Pemula”* dan *“Sihir Pemikat Suara: Dari Orc ke Elf”*.
"Yurika-san," ujar Kibu, muncul sambil mencetak brosur dari perutnya, "ini daftar lawanmu:"
1. **General Krurgh** dari Dunia Api – bisa mengendalikan magma dan debat sambil membakar podium.
2. **Putri Lolina** dari Kerajaan Glittera – penyihir senior dan ahli diplomasi berbasis puisi.
3. **Slime Kosmik 303** – makhluk transparan dengan follower terbanyak di Multinet.
4. **Batu** – ya, batu literal, yang dipuja sebagai dewa sunyi di 17 dunia.
"Kita harus menyusun program andalan," kata Kibu.
"Tapi aku nggak tahu apa-apa soal multiverse!"
"Tenang. Platformmu sudah cukup jelas."
"Apa itu?"
Kibu menatap serius.
"**Kebetulan.**"
---
### Babak II: Tur Kampanye Dimensi
Dalam 7 hari, Yurika dan tim kampanyenya (yang terdiri dari Kibu, seekor burung yang bisa meramal polling, dan kakek naga pensiunan penyair) melintasi dunia-dunia absurd untuk menggalang suara:
* Di **Dunia Terbalik**, dia harus jalan dengan tangan dan pidato terbalik. Skornya naik drastis karena tidak sengaja mengumpat dalam bahasa lokal yang ternyata artinya "Mari bersatu".
* Di **Planet Permen**, Yurika membuat kebijakan: “Gratis permen tiap hari Jumat.” Dielu-elukan seperti dewi.
* Di **Dunia Cermin**, dia debat dengan *refleksi dirinya sendiri*. Sayangnya, refleksi itu lebih karismatik dan nyaris mengalahkannya.
Yurika mulai merasa bahwa sebenarnya... dia suka ini. Aneh, tapi menyenangkan. Dunia ini gila, tapi semua orang—dan makhluk—benar-benar peduli.
Dan saat malam hari, Yurika membuka video call (pakai sinyal portal) dengan sahabatnya di Tokyo:
"Aku nggak ngerti lagi, Aoi. Mereka pengen aku debat dengan naga vegan dan elf kapitalis."
"Yuri, lo diomongin di Twitter. Viral. Orang Jepang nyangka ini campaign viral buat anime baru."
---
### Babak III: Debat Akbar Multiverse
Hari debat final tiba. Seluruh dimensi menonton lewat portal, siaran psikis, dan... live YouTube.
Kandidat pertama, General Krurgh, membakar podium sambil teriak, “Dunia perlu tangan besi!”
Putri Lolina tampil dengan sajak manis, membuat semua elf menangis.
Slime Kosmik hanya memancarkan gelombang *“vibe damai”*.
Batu... tetap diam.
Yurika melangkah ke tengah panggung, napasnya bergetar.
"Semua kandidat hebat. Tapi izinkan aku jujur. Aku—nggak ngerti politik, nggak bisa sihir, bahkan nggak punya pengalaman jadi ketua OSIS."
Semua hening.
"Tapi aku tahu satu hal... semua dunia ini indah karena keanehannya. Kalian butuh seseorang yang *tidak berasal dari sini*, agar bisa melihat semuanya dengan mata yang jernih."
"Dan... kalau kalian pilih aku, aku janji nggak akan larang kalian pakai stiker telinga kelinci di ID multiverse."
Penonton terguncang.
Delegasi dari Dunia Marshmallow pingsan karena haru.
---
### Babak IV: Penghitungan Suara
Yurika duduk gelisah di Kantor Komisi Pemilu Multiverse, mengunyah biskuit rasa dimensi ke-9 (agak seperti rasa semangka dicampur kenangan masa kecil). Suara masuk dari jutaan dunia, melalui portal, sihir, dan... router WiFi.
"Kibu," bisiknya, "aku beneran ada peluang menang?"
Kibu mencetak kertas polling terbaru: **Yurika unggul tipis 0.2%** dari Slime Kosmik.
"Bagaimana bisa? Si Slime itu literally seleb dimensi!"
Kibu mengernyit.
"Yurika-san… suara dari duniamu meningkat drastis sejak tadi pagi."
"Tokyo?!"
"Ya. Dan sebagian Osaka. Juga Makassar dan Bandung."
Tiba-tiba muncul hologram besar bertuliskan:
> **“404: Jaringan Pemilu Multiverse Bocor ke Server Dunia Nyata.”**
**TWIST MENGGELEGAR.**
Orang-orang di dunia nyata ternyata ikut nyoblos karena server pemilu multiverse nyambung ke jaringan WiFi terbuka di kafe-kafe. Beberapa mengira itu polling idol, lainnya mengira game baru.
Total suara dari dunia nyata: **1,2 miliar suara.**
Yurika menang.
Dengan telak.
---
### Epilog: Presiden yang Tak Disangka
Upacara pelantikan berlangsung di atas awan, dengan pelangi holografik dan marching band dari 12 ras.
Yurika menerima mahkota multiverse (berbentuk headphone raksasa), lalu berdiri di podium.
"Sebagai Presiden Multiverse, aku hanya punya satu permintaan..."
Semua menanti.
"…bisa nggak kita geser rapat mingguan ke jam 10 siang aja? Aku masih anak SMA, lho. Ujian Matematika Senin depan."
---
Dan sejak saat itu, Multiverse dijalankan oleh Presiden paling absurd, paling manusiawi... dan paling dicintai. Karena kadang, yang kita butuhkan bukan pemimpin paling kuat—tapi yang paling tahu cara membuat semua tertawa.
**Dan tentu saja... tahu cara pakai filter telinga kelinci.**