---
Di ujung dunia yang diselimuti cahaya bintang abadi, berdiri sebuah kerajaan terapung bernama Aeravelle—tanah para penjaga langit. Di sanalah seorang gadis bernama Lyria menjalani tugasnya: menjaga lentera langit agar tidak padam.
Lyria bukan manusia biasa. Rambutnya berwarna biru gelap seperti malam, dan matanya berkilau seperti bintang jatuh. Tapi meski dikelilingi cahaya dan keabadian, hatinya selalu menanti sesuatu… atau seseorang.
Seseorang bernama Kael—penjelajah langit yang pernah menyelamatkannya saat meteor menghantam Aeravelle tujuh tahun silam.
Sejak hari itu, Kael pergi menjelajahi dunia untuk mencari “Bintang Terakhir”, kristal kuno yang diyakini dapat menyatukan semua dunia langit dan bumi.
Setiap malam, Lyria duduk di menara tertinggi, menatap cakrawala. Tangannya menggenggam liontin kristal pemberian Kael, satu-satunya kenangan yang tersisa.
Hingga suatu malam…
Langit berguncang.
Cahaya menyilaukan membelah langit, dan sebuah kapal terbang tua muncul dari pusaran cahaya. Dari dalamnya, sosok laki-laki berambut cokelat keperakan melompat turun, membawa tombak bercahaya.
“Kael?” suara Lyria gemetar.
“Maaf… aku terlambat,” jawab Kael dengan senyum lelah. Bajunya sobek, wajahnya penuh debu bintang.
Lyria berlari menuruni menara dan memeluknya erat. Lentera-lentera langit mulai bersinar lebih terang, seolah merayakan pertemuan itu.
Kael membuka tangannya, memperlihatkan kristal kecil berbentuk bintang. “Ini… Bintang Terakhir. Sekarang, dunia langit tak akan pernah padam.”
Namun, Bintang Terakhir hanya bisa menyala jika dua hati yang tulus memegangnya bersama. Maka, saat Lyria menggenggam kristal itu bersamanya, kilatan cahaya mengalir ke seluruh kerajaan. Aeravelle bersinar, tak lagi sendu, tak lagi sepi.
Di langit malam, dua nama terpahat dalam cahaya bintang:
Kael & Lyria.
Penjaga cahaya dan penjelajah langit, bersatu kembali.
---