Tak terasa waktu begitu cepat bagaikan angin yang kuat, kutatap langit malam begitu dalam mengharap dia akan datang kembali.
Rasanya hampa, sungguh aku merindukan mu, tapi...... Kau malah memilih yang lain?
Apa aku egois mengharap kau kembali lagi?
Sampai-sampai suatu hari aku melihat sesrorang....... Itu kau? Apa bukan?
Tanpa sadar pandangan kami bertemu, lantas ku alihkan ke yang lain, mukaku berubah seperti kepiting rebus.
Padahal kau pergi meninggalkanku tanpa bercerai denganku.
Apa aku kurang? Kau itu jahat kenpa kau memilih dia sedangkan aku istrimu? Kenapa kau pergi dengan kejam tapi anehnya aku malah mengharap kau kembali.
Mas..... Apa salah ku, bukan kah yang nama nya rumah tangga ada pasang surutnya? Terus kenapa kau pergi lari begitu saja. Aku masih tetap akan mencintai mu.....
Pria itu berjalan ke arahku, dengan nada polos nya ia bertanya padaku.
"Maaf, mbak nya kenal saya? Ada keperluan apa ya, dari tadi kayaknya mbak ngelihat ke arah saya."
Lantas aku terkejut, iya terkejut. "Itu Mas Ziyyan kan? Terus kenapa dia bertanya seperti itu ke aku, seolah-olah dia tidak mengenaliku."
Dengan tatapan yang kosong aku tak menjawab pertanyaan lelaki yang wajah nya mirip dengan suamiku itu, sekali lagi pria itu menanyaiku.
"Mbak... Jangan bengon Halo, ada apa mbak? Dari tadi sepertinya menatap saya?"
Sebelum aku sempat mengucapkan sepatah kata, datang lah seorang wanita nan cantik bagaikan barbie berjalan, ia menghampiri lelaki yang mirip dengan suamiku itu.
Dia mengucapkan sesuatu yang, begitu romantis membuat dadaku sesak seperti di tusuk-tusuk mendengar kata-kata seperti itu di lontarkannya pada seorang lelaki yang kukira suamiku, mungkin juga bukan.... Namun wajah mereka mirip sangat mirip.
Dengan tatapan kosong aku segera meninggalkan lelaki dan wanita asing itu.
Aku berlari sejauh mungkin, dan aku menahan benda bening yang ingin keluar namun.. Tetesan air bening itu tak bisa ku tahan ia keluar begitu saja dengan deras, tak mau berhenti aku terus menghapus air mataku itu namun tetap saja rasa sakit yang ada di hatiku tak mau hilang walau air yang ada di mataku berhenti.
Beberapa saat kemudian aku pun sampai di rumah, ku buka rumah dan aku segera memasuki rumah nan sunyi itu. Tak ada orang hanya aku yang tinggal di sana.
Aku kunci pintu kamar tak berselang lama air mataku kembali turun dengan deras, rasa nya begitu sakit. Mas Ziyyan..... Kamu jahat!! Tangis wanita itu dengan pilu membayangkan Ziyyan yang tadi seperti orang asing.