Shyrezia membuka matanya, ia menatap langit-langit kamar itu dengan mengernyitkan dahinya. Matanya melirik setiap sudut kamarnya. Shyrezia tak mengenali kamar itu.
'Dimana ini?'
'Ini bukan kamarku kan?'
'Bukankah ... seharusnya aku ada di perbatasan? '
'Mengapa bisa ada disini?'
Berbagai pertanyaan muncul dalam benaknya. Ia mengangkat tubuhnya, menyenderkan punggungnya pada dinding kasur. Shyrezia masih memperhatikan kamar itu dengan tatapan yang bingung. Sampai ia tak menyadari langkah seseorang yang masuk kedalam kamarnya.
"Yang Mulia, anda sudah sadar?" suara yang begitu familiar di telinganya. Shyrezia berbalik, itu Emmy. Pelayan pribadinya.
Shyrezia langsung menatap Emmy dengan tatapan yang lekat, aura intimidasinya sangat terasa. Segera, ia membuka mulutnya untuk bertanya.
"Emmy, dimana aku?" Nadanya yang dingin dan begitu berwibawa. Sontak membuat Emmy membulatkan matanya, menutup mulutnya yang terbuka akibat terkejut. Binar matanya begitu terlihat setelah mendengar nada bicara itu.
"Yang Mulia ... nada bicara ini, apa anda telah mengingat diri anda ...?" Emmy tak menjawab pertanyaan majikannya, yang jelas ia merasa sangat senang mendengar nada bicara majikannya yang ini.
Dingin dan berwibawa, seperti Shyrezia 4 tahun lalu. Putri yang beringas nan kejam dari Kekaisaran Linell, ancaman abadi benua Utara.
Shyrezia mengernyitkan dahinya, tak mengerti. Sejak kapan Emmy berani tak menjawab pertanyaannya? Dan malah berbalik bertanya seperti ini.
"Emmy, aku tidak mengajarkanmu untuk seperti ini. Jawab pertanyaanku sebelum kau bertanya, " nadanya yang datar tanpa emosi ini, membuat suasananya begitu mencekam.
Emmy menelan salivanya susah, ia lupa. Majikannya yang satu ini bisa saja melenyapkannya detik ini juga. Ia segera memperbaiki posisinya, menunduk hormat pada Shyrezia.
"Maafkan saya Yang Mulia, saya lancang. Saya terlalu kegirangan mendengar nada suara anda yang begitu saya rindukan, "
Emmy menarik nafasnya yang sedikit tercekat, keringat dingin mulai membasahi pelipisnya. Kini Shyrezia menatapnya sedikit tajam. Ia masih tak mengerti dengan apa yang terjadi.
"Baik Yang Mulia, saya akan menjawabnya. Anda, kini sedang berada didalam kamar Anda, kamar Pemaisuri Kekaisaran Arwen. Yang Mulia adalah Pemaisuri, Pemaisuri Kekaisaran Arwen. " Emmy sedikit terbata-bata menjawabnya. Jujur, ia takut dengan Shyrezia yang ini.
Shyrezia menetralkan tatapannya, tatapannya beralih ke bawah. Ia sedikit mengernyitkan dahinya. Baginya, Arwen adalah musuh Linell. Ya, walaupun berada di benua yang sama.
'Bagaimana bisa dua kekaisaran ini melakukan pernikahan politik? Untuk melakukan perdamaian, hah?!'
'Ck, kalau begitu ... kenapa harus aku?!'
'Jadi pewaris saja sudah membuatku muak, dan sekarang malah menjadi Pemaisuri?!'
Shyrezia kembali berbalik ke arah Emmy, tanpa ekspresi. Wajahnya yang datar menyembunyikan pertanyaannya. Kini, ia hanya perlu meminta Emmy untuk menceritakan apa yang telah terjadi selama ini. Ia harus tahu, tentu itu harus.
"Emmy, ceritakan padaku apa yang telah terjadi selama ini. Ceritakan dengan penuh kejujuran, dan lengkap. Terkecuali, jika kau benar-benar lupa dan tidak mengingatnya. " perintah Shyrezia dengan nadanya yang datar namun mencekam.
Emmy segera mengangguk, siap menceritakannya dengan rinci. Karena ia tak lupa sedikitpun dengan apa yang telah terjadi. Emmy menghela nafasnya terlebih dahulu, lalu menceritakannya.
Dimulai dari 4 tahun yang lalu, Shyrezia yang diserang oleh seseorang ketika ia sedang lengah. Serangan itu membuat ia kehilangan ingatannya, dan dibawa kembali ke ibukota kekaisaran Linell.
Shyrezia disambut dengan hormat, karena ia merupakan salah satu pewaris tahta kekaisaran. Kekaisaran Linell mempunyai 5 pewaris tahta, satu diantaranya adalah perempuan—Shyrezia.
Sampai suatu ketika, keadaan benua Selatan yang mereka tempati terasa terancam. Membuat dua kekaisaran besar harus melakukan pernikahan politik untuk perdamaian. Agar mereka bisa mengalahkan Benua Utara bersama.
Kekaisaran Arwen menikahkan Putra mahkotanya—Alaric Rodriguez De Arwen dengan Pewaris tahta ketiga Kekaisaran Linell—Shyrezia Leone Del Linell.
Setelah pernikahan politik itu terjadi. Shyrezia langsung dipindahkan ke kekaisaran Arwen, dan menjadi Putri mahkota.
Namun, hubungan Shyrezia dan Alaric tidak begitu dekat. Alaric melakukan pernikahan ini dengan terpaksa, tidak dengan Shyrezia yang sukarela. Karena gadis itu, ternyata jatuh cinta dengan Alaric pada pandangan pertama.
Waktu terus berlalu, Kaisar jatuh sakit dan sulit untuk diobati, sehingga ia mengundurkan diri dan mengangkat Alaric sebagai Kaisar yang baru. Lalu Alaric mengangkat saudara lelakinya—Eldrick sebagai Ajudan terpercaya.
Alaric juga mengangkat beberapa selir, dan semakin mengabaikan Shyrezia. Padahal, Shyrezia selalu berusaha keras untuk dekat dengannya. Hanya dekat, tidak lebih.
Banyak cara yang ia gunakan untuk bisa dekat dengannya, namun tetap saja Alaric selalu mengabaikannya. Sampai-sampai, Shyrezia selalu dihina oleh selir-selir Alaric. Bahkan, sampai sekarang.
Namun, dibalik sifat Alaric yang selalu mengabaikannya. Saat ia terjerat masalah dengan para Selir, Alaric selalu bersikap adil dan bijaksana.
Emmy menceritakannya dengan lengkap dan penuh emosi, ia mengeluarkan unek-uneknya pada Shyrezia saat Shyrezia dihina oleh selir-selir rendahan itu. Betapa tak terimanya ia, Majikannya yang terkenal bengis dan kejam dihina dan diremehkan oleh para wanita murahannya Kaisar!
Emmy menarik nafasnya dengan kasar setelah ia bercerita. Ia tak peduli jika harus dihukum, karena ia seperti ini juga untuk membela majikannya.
Shyrezia mendengarkan dengan cermat, ia tak melewatkan satu katapun yang diucapkan oleh Emmy. Diam-diam, salah satu sudut bibirnya terangkat, dengan tatapan remehnya yang begitu merendahkan, ia bergumam sangat pelan.
"Mari kita bermain, selir-selir Alaric ... "
———
Ingatan Shyrezia tentang dirinya memang kembali, namun sayangnya ia tak mengingat kejadian yang menimpanya selama 4 tahun ini. Dan hal itu membuatnya harus kembali berkeliling istana, seperti pertama kali ia datang.
Shyrezia dipandu oleh Emmy selama berkeliling. Setiap ruangan dan tempat yang ia lewati, Emmy menjelaskannya dengan rinci.
Shyrezia hanya melirik setiap ruangan dan tempat yang ditunjuk, ia tak menengok dengan antusias seperti sebelumnya. Karena hal itu, bukanlah etika seorang Pemaisuri Kekaisaran. Langkah gadis itu juga terlihat santai dan berwibawa, begitu anggun dan sangat enak untuk dilihat.
Auranya yang memancarkan kewibawaan, membuat para pelayan dan selir yang ia lewati langsung menunduk dan tak berani untuk melirik. Banyak dari mereka yang tak sadar, bahwa itu adalah Pemaisuri Kekaisaran. Karena sebelumnya, langkah Shyrezia selalu tergesa-gesa dan jauh dari kata anggun.
Dari kejauhan, seorang selir diam-diam memperhatikan punggung seseorang yang tadi melewatinya. Ia sedikit mengerutkan keningnya, lalu bergumam.
"Bukankah ... itu Pemaisuri?"
———
"Lalu disebelah sini, adalah jalan menuju istana Kaisar. Apa Yang Mulia juga ingin berkunjung ke istana Kaisar? " tawar Emmy dengan ramah.
Shyrezia menatap jalan itu tak minat, lalu melirik ke arah Emmy. Melihat ekspresinya seolah-olah Shyrezia selalu ingin kesana.
"Tidak Emmy, aku tidak tertarik. " Shyrezia langsung berbalik arah ke jalan yang lain. Shyrezia kembali melanjutkan langkahnya, lalu diikuti oleh Emmy dan memandunya kembali.
"Wow! Yang Mulia Pemaisuri, aku tidak menyangka anda akan terbangun dari tidur yang panjang. Bukankah seharusnya anda ada di kamar? Dan masih harus diperiksa oleh dokter? Mengapa anda ada disini? Atau jangan-jangan ... anda mau bertemu dengan Yang Mulia Kaisar? Dan menggodanya kembali? "
Shyrezia sontak menghentikan langkahnya, apa maksudnya dengan kalimatnya yang meremehkan itu? Apa dia sudah bosan hidup? Shyrezia ingin sekali merobek mulutnya itu, namun ia tahan. Karena diam dan tetap tenang lebih mengerikan bukan?
Shyrezia perlahan membalikkan badannya 30° dengan wajahnya yang tenang dan senyum ramahnya, ia berucap, "Mulutmu tidak bisa diam, ya? Mau ku robek? "
Emmy segera mendekat kearah Shyrezia, lalu berbisik di telinganya, bahwa orang yang meneriakinya itu adalah Selir kesayangan Kaisar—Victoria Deriaz Cleir.
Shyrezia mengangkat salah satu sudut bibirnya, hanya Selir kesayangan Kaisar? Berani sekali menantang Pemaisuri. Victoria bergeming mendengar pertanyaan Shyrezia, ia mengernyitkan keningnya.
"Yang Mulia, apa maksud anda dengan kalimat itu?! Aku akan mengadukannya pada Yang Mulia Kaisar!! "
Shyrezia masih terlihat tenang, tak acuh samasekali. Ia kemudian memutar badannya sampai berhadapan dengan Victoria, ia melangkah kearahnya secara perlahan.
"Ingin mengadu? Anda sangat manja, ya? Aku akan membantumu mengadu dengan alasan yang lebih logis, "
Victoria semakin bergeming mendengar tutur kata itu, perasaannya mulai tak enak. Aura Shyrezia membuatnya terlihat sedikit ketakutan.
"Emmy, berikan aku belati ... eh, tidak ... cambuk saja. Jika aku memotong lidahnya, nanti dia tidak bisa mengadu, " titah Shyrezia yang langsung dilaksanakan oleh Emmy.
Shyrezia mencekram salah satu bahu Viktoria dengan kuat, membuat suara retakan tulang begitu terdengar. Victoria meringis kesakitan menahan tangis.
"Karena anda begitu tidak memiliki sopan santun, aku akan memberimu hukuman agar mau belajar. Juga ... agar alasan mengadumu logis, "
Tak lama kemudian Emmy datang membawa cambuk, ia langsung memberikannya kepada Shyrezia, dan Shyrezia menerima cambuk itu. Ia menjatuhkan Victoria ke lantai, oleh tangannya yang mencekram.
Victoria semakin meringis, tubuhnya gemetar. Tak biasanya ia mendapatkan perlakuan seperti ini. Shyrezia kemudian melayangkan ekor cambuk itu, mengenai lapisan kulit Victoria.
Dalam sekali cambukan, Victoria berteriak histeris, cambuk itu langsubg merobek kulitnya. Shyrezia kembali melayangkan cambuknya, dengan sangat sengit dan bengis.
Shyrezia terus menyambuknya lebih gila lagi, teriakan Victoria juga semakin keras terdengar. Namun, ia tak menggubrisnya samasekali.
"AHKKK!!! YANG MULIA, TOLONG BERHENTI, AKU TIDAK AKAN MENGULANGINYA LAGI, AKU MOHON ... "
Tangisan Victoria semakin pecah, ia terus berteriak memohon meminta ampun. Namun, Shyrezia tak acuh, ia terus menyambuknya berulangkali lebih gila, kejam, dan bengis.
Sampai teriakan dan suara cambukan itu begitu terdengar sampai penjuru istana, beberapa Selir, Pelayan, dan juga beberapa Ksatria pergi menghampiri asal suara itu.
Alangkah terkejutnya mereka setelah melihat, terutama para pelayan yang langsung memohon memintanya untuk berhenti menyambuk Victoria. Shyrezia tetap tak acuh, sampai suara yang begitu familiar ditelinganya terdengar.
"Hentikan itu Yang Mulia Permaisuri!"
Shyrezia bergeming, tangannya mendadak berhenti. Suara ini, jelas ia mengenalnya.
Mereka langsung menunduk hormat, tatkala melihat siapa yang telah berteriak. Terkecuali Shyrezia, yang enggan berbalik untuk melihatnya.
Binar mata Victoria tak bisa membohongi siapapun, ia bergegas mendekati seseorang yang berteriak itu dengan mengubah ekspresinya menjadi ekspresi yang menyedihkan.
"Yang Mulia ... tolong aku, lihat apa yang telah dilakukan oleh Permaisuri ... dia berani mencelakaiku seperti ini, huhuhu ... " Victoria langsung memeluk pria itu—Kaisar Alaric Rodriguez De Arwen.
Shyrezia segera membenarkan posisinya, ia kembali bersikap tenang. Lalu memberi hormat pada Kaisar Alaric.
"Hormat pada Yang Mulia Kaisar, saya hanya memberi hukuman pada Selir Victoria ... karena berani bersikap seperti binatang, " ucapnya lugas tanpa basa-basi.
Dibalik ekspresi Alaric yang datar, ia menyimpan keterkejutannya. Tak biasanya Shyrezia bersikap lugas seperti ini, dan berani mengakui terlebih dahulu. Karena biasanya, ia akan mengelak. Seperti, "Aku tidak bermaksud melakukan hal itu, " atau mungkin ... "Aku tidak melakukannya! " Kini jelas berbeda.
"Permaisuri, Selir Victoria, ikuti aku ..., " titahnya dengan bijaksana. Shyrezia segera mengangguk dan mengikutinya dari belakang, sedangkan Alaric memapah Victoria yang kesakitan.
Para pelayan yang melihat itu, mereka langsung bergosip, menebak-nebak apa yang akan terjadi pada Permaisuri, mereka juga baru tersadar bahwa bangsawan yang melewatinya tadi adalah Permaisuri.
Alaric membawa Victoria dan Shyrezia ke ruang kerjanya, untuk diinterogasi antara keduanya tentunya. Seperti biasa, saat keduanya bertengkar.
———
"Bisa dijelaskan apa yang telah terjadi, Permaisuri? Mengapa anda menghukum Selir Victoria? " tanya Alaric dengan tegas.
Shyrezia mengangguk hormat dengan tenang, "Baik, Yang Mulia ... seperti yang tadi saya katakan, bahwa saya hanya menghukum Selir Victoria karena bersikap seperti binatang, ia terus menggonggong seperti anjing dan tak memiliki sopan santun terhadap orang yang lebih tinggi, " jelasnya lugas.
"Tidak! Yang Mulia!! Aku tidak menggonggong! Permaisuri saja yang ingin menyiksaku! " elak Victoria.
"Lihat Yang Mulia, dia kembali menggonggong, " ujarnya sembari menunjuk Victoria dengan kelima jarinya dengan anggun.
"Apa maksudmu aku menggonggong?!!"
Alaric membuang nafasnya kasar, ia mengusap keningnya tak habis pikir. Ia mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Shyrezia sekarang. Akan tetapi, tak pantas juga seorang Permaisuri berbicara kasar. Alaric yang terlarut dalam pikirannya, dan Victoria yang terus mengoceh pada Shyrezia, sedangkan gadis itu hanya meliriknya dengan tenang. Tapi lama-lama, Alaric merasa risi.
"Cukup!! "
Victoria mengehentikan ocehannya, ia langsung berbalik kearah Alaric, dan menunduk dengan rasa bersalah. Sedangkan Shyrezia, ia hanya mengalihkan tatapannya pada Alaric, dan menatapnya datar.
Alaric membuang nafasnya dengan kasar. Lalu menatap lekat kedua wanita yang ada didepannya. Wajahnya tegas dan kharismatik.
"Selir Victoria, aku menghukummu untuk terus belajar tata krama Kekaisaran selama satu bulan penuh, dan selama itu juga ... aku tidak akan mengunjungi kediamanmu, " ucapnya lugas.
Victoria membulatkan matanya, ia tak percaya dengan hukuman berat itu, baginya. Tidak bertemu dengan Alaric selama 1 bulan penuh, adalah hukuman terberat bagi setiap selir.
*Permaisurinya bilek: 😏
"Dan untuk Permaisuri Shyrezia, karena anda berbicara kasar, memberi hukuman yang tak manusiawi pada seorang Selir, padahal anda barusaja bangun dari pingsan tujuh hari yang lalu. Jadi, Aku hanya akan mengurungmu di perpustakaan kekaisaran seharian penuh, untuk merenungkan kesalahanmu, "
Shyrezia mengangguk, "Baik Yang Mulia, " Tapi dalam hati, Shyrezia menggerutu, 'Kenapa tidak lebih lama lagi? Atau, kenapa tidak sekalian menceraikanku saja? Aku muak denganmu, Al.'
"Baiklah, kalian berdua ... silakan keluar dari ruang kerjaku, dan jangan mengulangi kesalahan yang sama lagi—"
Alaric sedikit menggantung kalimatnya, kau kembali berucap dengan penuh penekanan, "Aku tidak segan untuk menceraikan kalian. " finishnya.
Victoria membelalak, sedangkan Shyrezia menyembunyikan binar matanya. Victoria segera mengangguk lalu berpamitan dengan sopan dan beranjak pergi dari ruang kerja Alaric.
Lalu Shyrezia? Ia menunggu Victoria untuk keluar terlebih dahulu, setelah gadis itu keluar, Shyrezia kembali mengarahkan pandangannya pada Alaric dengan tatapan yang dingin. Alaric yang melihat itu, ia hanya mengangkat salah satu alisnya isyarat bertanya.
"Yang Mulia, jika anda ingin ... mengapa tidak menceraikanku saja? "
"Apa?"
Jujur, Alaric terkejut mendengarnya, tak biasanya Shyrezia seperti ini, apakah ini salah satu triknya? Agar Alaric berhenti untuk mengabaikannya.
"Permaisuri ... trik apalagi yang anda gunakan? Apa anda lupa dengan perjanjian kita sebelumnya? "
Perjanjian? Ah, Shyrezia tidak peduli perjanjian apapun itu. Intinya, ia ingin bercerai dan kembali ke perbatasan. Shyrezia menggelengkan kepalanya.
"Tidak Yang Mulia, saya serius ... ceraikan saya jika anda berkenan, " ucapnya dengan lugas, dan menatap mata Alaric dengan berani tanpa keraguan.
"Berhentilah ... sepertinya anda memang lupa dengan perjanjian kita sebelumnya, " ujar Alaric, lagi.
"Saya ingin bercerai Yang Mulia! " Shyrezia sedikit meninggikan nada suaranya, kini raut wajahnya tak setenang tadi.
"Tidak! "
"Kenapa?! Bukankah tadi anda yang bilang tidak akan segan? Kenapa anda menolaknya? Atau ... apa saya harus melakukan kesalahan yang sama agar anda mau—"
"Itu hanya Alibi! " Alaric mendekat kearah Shyrezia, lalu memegang kedua tangannya erat.
"Aku tidak akan pernah menceraikanmu sekalipun, karena kita ... sudah berjanji kepada mendiang Ayah Kaisar, untuk selalu bersama dan menjaga perdamaian, agar benua ini tetap aman, dan dua kekaisaran ini bisa mengalahkan benua Utara! "
Alaric menarik nafasnya gusar, ia memang terpaksa menerima perjanjian itu. Akan tetapi, entah mengapa rasanya ia sedikit sesak setelah mendengar Shyrezia yang meminta bercerai dengan nada suara yang membuatnya familiar akan seseorang.
Ah, lagi-lagi, Alaric memikirkan gadis itu. Seorang gadis yang berhasil memikat hatinya, entah mengapa nada suara Shyrezia sangat mirip dengan nada suara gadis itu saat ini. Padahal sebelumnya, jelas berbeda. Bahkan, cara menatapnya yang seperti ini ... sama seperti cara gadis itu menatapnya.
Jika seandainya Alaric tak meminum ramuan terkutuk itu, ia tak akan pernah mau menyakiti gadis yang ia cintai, bahkan melupakan wajahnya juga suaranya. Namun beruntungnya, ia tak lupa dengan cara gadis itu menatap dan berucap saat pertama kali bertemu, dan tak lupa dengan tingkah lakunya yang jarang dimiliki oleh bangsawan lainnya.
"Hanya itu? " Shyrezia mengangkat salah satu sudut bibirnya. Kemudian ia menarik nafasnya dengan pelan, lalu kembali menatap mata Alaric dengan berani dan tajam.
"Jika ingin Benua ini tetap aman, kenapa waktu itu ... kau menyerangku? Dan kini, kau bertindak seolah-olah tak mengenaliku selama 4 tahun ini. "
Alaric tertegun, apa maksudnya ini? Shyrezia membaca pikirannya? Tidak mungkin Shyrezia gadis itu, apalagi setelah ia mengenalnya selama 4 tahun ini.
"Apa yang kau maksud? " tanyanya dengan nada rendah menahan emosi.
Shyrezia tertawa hambar, tatapannya berubah sengit. "Ya, wajar kau tak mengenaliku ... karena kau pasti melupakannya. Beruntung, waktu itu aku kehilangan ingatanku. Sehingga membuatmu semakin tak mengenaliku. "
Seseorang yang menyerang Shyrezia dikala ia lengah adalah Alaric, pria itu juga yang membuatnya pertama kali jatuh cinta, begitupun sebaliknya. Dan mirisnya, ia jatuh cinta lagi dengan Alaric saat ia hilang ingatan. Tapi kini, tidak lagi, ia tidak akan jatuh cinta lagi yang ke-3 kalinya pada orang yang sama. Bahkan, tidak akan jatuh cinta pada siapapun.
Shyrezia kemudian melepaskan tangannya yang dipegang oleh Alaric sedaritadi. Ia melangkah mundur, menjauh dari Alaric. Alaric yang masih tertegun, menatap tak percaya.
"Jika perceraian tak bisa, maka ubahlah hukuman itu. Hukum aku untuk pergi ke perbatasan Benua, dan izinkan aku untuk melindungi Benua ini dari aparat Benua Utara! " pinta Shyrezia lugas.
Kini, yang ia inginkan hanyalah berperang. Melampiaskan seluruh kekesalannya pada mereka yang menjadi musuhnya. Shyrezia merindukan hal itu, saat ia menyiksa mereka dengan penyiksaan yang mengerikan.
_Selesai_
Hii, guys👋
kenalin aku Say, salam kenal ya!
By the way, ini cerita pertama aku, maaf kalo masih banyak kesalahannya, entah itu dalam alur ataupun penulisan.
Jadi ... tolong minta koreksinya, oke? Terus ... menurut kalian gimana ceritanya? Seru or garing?
Mau dilanjut atau di-stop aja?
Tolong dijawab yang gess
Papay!
Makasih juga udah mau baca🙆♡(ӦvӦ。)