ada dua orang sahabat yang sangat terkenal. Mereka adalah Ucup dan Neng Rina. Keduanya adalah teman sejak kecil, meskipun sifat mereka sangat berbeda. Ucup itu cenderung ceroboh dan selalu penuh ide gila, sementara Neng Rina adalah gadis pintar yang selalu berpikir logis. Suatu hari, mereka mendapat ide untuk membuat sesuatu yang berbeda: sebuah lelucon di pasar tradisional!
Di suatu hari ucup dan rina berkunjung ke pasar tradisional,dan ingin melakukan sesuatu yang konyol disana.
“Rina, kita harus melakukan sesuatu yang berbeda! Bagaimana kalau kita bikin lelucon biar semua orang di pasar ketawa?” Ucup bersemangat.
“Ucup, kamu pasti punya ide konyol lagi, kan?” Neng Rina menjawab dengan senyum skeptis.
“Dengar! Kita harus menyewa seekor kambing dan menyuruhnya berlari di sekitar pasar! Kita sebut kambing itu dengan nama 'Bapak Sapi'!”
Rina langsung tertawa. “Kambing kok dipanggil Bapak Sapi? Kamu mau bikin orang bingung?”
“Justru itu! Semakin bingung, semakin lucu!”
Setelah perdebatan panjang, Neng Rina pun setuju. Mereka pun pergi mencari kambing ke pasar hewan.
Di pasar hewan, mereka menemukan seorang peternak kambing bernama Pak Darto. “Pak, saya mau beli kambing yang paling nakal!” Ucup berteriak sambil melompat-lompat.
“Ini nakal, ini juga nakal,” kata Pak Darto sambil menunjuk kambing-kambingnya yang berlarian.
“Yang paling lucu lah, Pak! Yang bisa bikin orang ketawa,” jawab Rina, berusaha menjaga keseriusan.
Setelah beberapa menit mencari, mereka akhirnya menemukan kambing yang terlihat sangat ceria. “Ini dia! Dia terlihat seperti bisa jadi bintang!” Ucup bersorak.
Dengan harga Rp300.000, akhirnya mereka membawa pulang kambing tersebut. Mereka menamainya 'Bapak Sapi' dan merencanakan lelucon mereka.
Hari itu pun tiba. Ucup dan Neng Rina membawa 'Bapak Sapi' ke pasar tradisional. Mereka sudah menjelaskan rencana ini kepada beberapa teman mereka agar bisa merekam momen-momen lucu.
Di tengah keramaian pasar, Neng Rina mulai mendekati kerumunan. “Wah, lihat Bapak Sapi! Kambing yang bisa berkebun!” teriak Neng Rina.
Tentu saja, semua orang di pasar menoleh. Ucup pun dengan percaya diri memanggil kambingnya untuk berlari. “Bapak Sapi, lari!”
Namun, alih-alih berlari, kambing itu malah duduk di tempat yang sama, tampaknya menikmati suasana pasar.
“Oi! Bapak Sapi, mau nggak ikut joget?” Ucup berusaha menggoda kambing tersebut. Namun, kambing hanya mengeluarkan suara “baa…” yang membuat semua orang terbahak.
Sementara itu, salah seorang penjual sayur, Bu Tini, mendengar bahwa ada kambing lucu di pasar. Ia pun berlari mendekat. “Eh, itu kambingnya kenapa? Koq diam saja?”
“Bu, namanya Bapak Sapi! Kambing ini bisa bicara!” Ucup berkata, seolah kambing tersebut sedang berada dalam pertunjukan.
“Bisa bicara? Hahaha! Tapi kayanya lebih baik bilang selamat pagi, Bapak Sapi!” Bu Tini berusaha ikut menghibur.
Kemudian, Neng Rina berinisiatif. “Mari kita buat Bapak Sapi joget!” Ia mulai memainkan musik dari ponselnya.
Dengan irama dangdut mengguncang pasar, Ucup menjadikan kambing itu sebagai pusat perhatian. Ia menggoyangkan kambing itu seakan-akan kambing tersebut benar-benar ikut goyang.
Tiba-tiba, dari arah belakang, datang sekelompok anak-anak yang penasaran dengan keramaian itu. “Apa itu? Kenapa ada kambing lucu?” tanya salah seorang anak.
“Ini Bapak Sapi! Kambing yang bisa joget!” Ucup menjawab sambil melompat-lompat.
Anak-anak tersebut langsung berlari menghampiri dan ikut meramaikan suasana. Mereka mulai menari, dan Ucup mengajak mereka semua untuk berjoget bersama.
Hilaritas terjadi ketika salah satu anak kecil, yang bernama Joni, malah terpeleset dan jatuh, membuat kambing itu terkejut dan berlari ke arah kios dagangan Bu Tini.
“Eh, Bapak Sapi! Jangan makan sayuran saya!” teriak Bu Tini sambil berlari mengejar kambing itu.
Pasar semakin gaduh dengan suara tawa orang-orang yang melihat kejadian tersebut. Ucup dan Neng Rina tak henti-hentinya tertawa. “Gagal fokus, Bapak Sapi!” seru Ucup.
Setelah semuanya kacau, Ucup dan Neng Rina mulai menyadari bahwa mereka harus bertanggung jawab. Kambing itu berdiri santai sambil mengunyah sayuran Bu Tini.
“Ucup, kita harus bantu membersihkan ini semua!” Rina ucap serius.
“Baiklah, tapi bagaimana cara kita menjelaskan ini kepada Pak Darto?”
Rina tersenyum. “Kita bilang saja, Bapak Sapi menambah keseruan pasar! Dan kita akan mengganti sayuran Bu Tini!”
Mereka pun mulai membantu Bu Tini merapikan kiosnya. Sembari melakukan itu, mereka terus bercerita dan semua orang tetap tertawa mengingat kejadian lucu tersebut.
Setelah kejadian itu, Ucup dan Neng Rina menjadi terkenal di desanya. Banyak orang datang ke pasar hanya untuk melihat 'Bapak Sapi'. Dan setiap kali ada acara, mereka selalu diundang untuk menghibur dengan kambingnya.
Dari pengalaman itu, mereka belajar bahwa tidak semua lelucon berjalan mulus, tapi selama ada tawa dan kebersamaan, itulah yang paling penting.
Dan siapa sangka, 'Bapak Sapi' menjadi simbol lucu di pasar tradisional, mengingatkan setiap orang untuk selalu menemukan humor dalam setiap kejadian, tidak peduli seberapa konyolnya.
Setiap hari bisa menjadi lucu jika kita mau melihat dari sudut pandang yang berbeda. Jangan takut untuk membuat sesuatu yang konyol, karena terkadang hal itu bisa membawa kebahagiaan bagi banyak orang!