---
Karakter:
Haruto – Seorang pemuda yang tulus dan pekerja keras, penuh dedikasi, tetapi merasa selalu kurang dibandingkan orang lain.
Yui – Gadis yang ceria dan cerdas, namun menyimpan rahasia besar di balik senyuman manisnya.
---
Paragraf 1–10:
Haruto tak pernah merasa lebih hidup daripada saat bersama Yui. Mereka bertemu saat SMA, ketika Yui, yang duduk di sebelahnya di kelas, pertama kali tersenyum padanya. Sejak itu, dunia Haruto hanya berputar di sekitar Yui.
Yui selalu memiliki impian besar: melihat dunia luar yang indah sebelum waktu mereka habis. Haruto, yang berjanji untuk melindungi Yui, menganggap ini sebagai misi hidupnya. Namun, tanpa dia tahu, ada satu rahasia yang disembunyikan Yui—sebuah penyakit jantung langka yang membuatnya hanya memiliki waktu satu tahun lagi untuk hidup.
Paragraf 11–20:
Setiap hari, Haruto menghabiskan waktu dengan Yui. Mereka pergi ke taman untuk melihat bunga sakura yang sedang mekar, duduk berdua di bangku taman, bercakap-cakap tentang masa depan yang penuh harapan. Haruto menuliskan puisi-puisi cinta yang ia baca setiap kali Yui terlihat lelah atau sedih.
"Aku akan selalu ada di sini, Yui. Jika kamu merasa lelah, beristirahatlah pada bahuku," katanya dengan senyum tulus. Yui hanya tertawa, meski matanya sering kali menyimpan kesedihan yang tak terucapkan.
Paragraf 21–30:
Hari-hari mereka dipenuhi tawa dan kebahagiaan sederhana. Mereka merencanakan masa depan yang seakan tak ada batasnya—menyusun daftar impian: perjalanan ke pantai, berfoto di bawah pohon sakura di musim gugur, hingga menonton matahari terbenam bersama. Namun, setiap kali Yui mengungkapkan harapannya, Haruto merasa seakan ada kekosongan yang tak bisa ia pahami.
"Haruto, aku ingin melihat laut lepas sebelum aku mati," kata Yui suatu hari. Haruto tak tahu mengapa kalimat itu terdengar begitu berat, namun ia hanya tersenyum dan mengangguk, berjanji akan memenuhi setiap harapan Yui.
Paragraf 31–40:
Namun, setelah bulan-bulan berlalu, Yui mulai sering menghindar. Pesan-pesan Haruto sering dibiarkan tanpa balasan. Yui tiba-tiba menjadi sangat sibuk, dan bahkan untuk sekadar berbicara, Yui tampak enggan. Haruto yang awalnya hanya menganggap ini sebagai hal biasa mulai merasa khawatir.
Suatu malam, setelah beberapa hari tak bisa menghubungi Yui, Haruto pergi ke apartemen Yui. Di sana, ia menemukan Yui terbaring lemah di ranjang rumah sakit. "Kenapa tidak memberitahuku, Yui?" Haruto menangis, menyentuh tangan Yui yang dingin. Yui tersenyum lemah, matanya mulai berkaca-kaca. "Aku… aku tidak ingin kamu melihat aku seperti ini, Haruto. Aku hanya punya waktu sedikit… dan aku ingin menghabiskannya dengan bahagia."
Paragraf 41–50:
Yui mengatakan bahwa ia hanya memiliki waktu satu tahun lagi untuk hidup. Haruto terdiam. Dunia terasa runtuh. Namun, di mata Yui, ia hanya melihat ketulusan. "Aku ingin kita menjalani hari-hari yang tersisa ini sebaik-baiknya. Jangan khawatirkan aku, Haruto. Aku ingin kamu bahagia."
Namun, setelah operasi dan proses pemulihan, Yui akhirnya sembuh—sebuah keajaiban yang tak pernah mereka harapkan. Tapi justru saat itulah hidup mereka berubah selamanya.
Paragraf 51–60:
Beberapa bulan setelah Yui pulih, Haruto merencanakan kejutan. Dia membeli cincin pernikahan dan berniat melamar Yui di taman tempat mereka sering berdua. Namun, saat ia datang, sesuatu yang mengejutkan terjadi.
Yui tidak datang. Bahkan, saat Haruto mencari ke rumahnya, Yui sudah tidak ada di sana. Haruto bertanya pada teman-temannya, dan akhirnya seorang teman mengatakan bahwa Yui telah menikah diam-diam dengan Ryou, seorang pria yang ia temui selama masa pemulihan di rumah sakit.
Paragraf 61–70:
Haruto merasa hatinya seperti diremukkan. Yui telah memilih orang lain. Surat yang ia terima dari Yui hanya berisi kata-kata penyesalan. Yui menjelaskan bahwa ia menikah dengan Ryou karena dia merasa sudah waktunya untuk memulai hidup baru, jauh dari bayang-bayang masa lalu yang sakit.
"Aku tidak bisa menunggu, Haruto. Aku tahu kamu mencintaiku, tapi aku tidak bisa membuatmu terus menunggu. Aku juga tidak bisa terus memegang janji kita. Aku harus melangkah," kata Yui dalam suratnya.
Paragraf 71–80:
Haruto berdiri di bawah pohon sakura yang sedang bermekaran, membaca surat itu dengan mata yang basah. "Kenapa, Yui? Kenapa kamu memilih dia?" Tapi di dalam hatinya, dia tahu jawabannya: Yui bukan hanya memilih Ryou, tapi juga memilih kebahagiaannya sendiri, meski tanpa Haruto di sisinya.
Paragraf 81–90 (Ending):
Hari itu, Haruto melepaskan cincin yang dia persiapkan untuk Yui, melemparkannya ke sungai yang mengalir di bawah pohon sakura. "Sakura akan gugur, seperti aku yang perlahan menghilang dari hatimu," bisiknya pelan. Ia memandang langit yang cerah, tetapi hatinya kosong.
Walaupun cinta itu tak terbalas, Haruto tahu, Yui akan selalu ada di dalam kenangannya—seperti sakura yang indah, yang meskipun gugur, tetap meninggalkan keindahan yang abadi di hati.
---