Di sebuah dunia yang tersembunyi dari mata umum, terdapat sebuah akademi yang tidak pernah tercatat di buku sejarah mana pun. Nama akademi itu adalah Akademi Waktu, tempat di mana hanya mereka yang dipilih oleh takdir yang bisa mengaksesnya.
Alya, seorang gadis berusia 16 tahun, tidak pernah menyangka bahwa hari itu akan mengubah hidupnya. Sebelumnya, ia hanya seorang siswa biasa yang hidup dengan rutinitas yang monoton, sekolah, belajar, dan kembali ke rumah. Namun, pada suatu malam, di tengah kegelisahannya tentang masa depan yang terasa kabur, sebuah suara terdengar di telinganya.
"Akademi Waktu membutuhkanmu, Alya."
Suara itu datang dari dalam dirinya, seolah-olah dunia di sekitarnya berbisik kepadanya. Tanpa berpikir panjang, Alya mengikuti suara tersebut, dan dalam sekejap, ia mendapati dirinya berada di sebuah aula besar yang tidak pernah ia lihat sebelumnya.
Di sana, seorang pria berjubah putih menyambutnya. "Selamat datang di Akademi Waktu. Di sini, kamu akan belajar mengendalikan waktu, memahami setiap keputusan, dan bagaimana setiap detik berharga."
Alya hanya bisa tertegun. Waktu? Mengendalikan waktu? Apa maksudnya? Namun, sebelum ia sempat bertanya lebih lanjut, pria itu melanjutkan, "Kamu telah dipilih, karena masa depanmu tidak hanya tergantung pada apa yang kamu pilih, tapi juga bagaimana kamu mempengaruhi masa lalu."
Hari pertama di Akademi Waktu, Alya diberi sebuah jam pasir kecil. Jam itu tampak biasa, tetapi ketika ia memegangnya, waktu di sekelilingnya berhenti. Semuanya, manusia, benda, bahkan suara, semuanya membeku. Dengan kebingungan, Alya berusaha mengerti kekuatan yang baru ia dapatkan.
Seiring berjalannya waktu, Alya mulai belajar tentang bagaimana cara menggunakan jam pasir itu. Setiap kali ia memutar jam pasir, ia dapat melihat kembali ke masa lalu atau bahkan melompat ke masa depan, mengubah keputusan yang telah dibuat, atau melihat bagaimana masa depan bisa berubah berdasarkan pilihan-pilihannya.
Namun, setiap kali Alya mencoba untuk memperbaiki masa lalu, ia menyadari bahwa tidak semua keputusan bisa diubah tanpa konsekuensi. Setiap perubahan yang ia buat memiliki dampak yang tak terduga, kadang baik, kadang buruk. Seperti saat ia mengubah keputusan kecil tentang apakah ia harus berbicara kepada temannya yang sedang kesepian. Ternyata, tindakan kecil itu mengubah jalannya hidup temannya secara besar-besaran, membuatnya menghadapi situasi yang lebih sulit.
Di tengah kebingungannya, Alya bertemu dengan Rian, seorang pemuda yang sudah lama berada di akademi itu. Rian mengajarkan Alya bahwa mengendalikan waktu bukanlah tentang kekuatan, melainkan tentang tanggung jawab. "Waktu bukanlah sesuatu yang bisa kita mainkan sesuka hati. Setiap detik yang kita ubah memiliki akibat. Kadang-kadang, yang terbaik adalah membiarkan waktu berjalan seperti seharusnya."
Alya mulai memahami bahwa meskipun ia bisa mengubah masa lalu, ia tidak bisa mengendalikan takdir. Pada akhirnya, ia harus menerima bahwa setiap pilihan yang ia buat, baik atau buruk, adalah bagian dari perjalanan hidupnya. Seperti jam pasir yang terus mengalirkan pasirnya, hidup pun berjalan tanpa henti.
Hari kelulusan tiba, dan Alya berdiri di hadapan jam pasir besar yang ada di tengah akademi. Ia tahu saatnya untuk kembali ke dunia nyata, tetapi kali ini dengan pemahaman yang lebih dalam tentang waktu. Ia tidak perlu lagi takut akan masa depan, karena ia tahu bahwa setiap detik yang berlalu adalah kesempatan untuk tumbuh dan membuat keputusan yang tepat.
"Alya," kata sang pria berjubah putih, "kamu telah siap untuk menghadapi dunia dengan semua yang telah kamu pelajari. Ingat, waktu bukanlah musuhmu, tetapi teman yang akan selalu membimbingmu."
Dengan senyum di wajahnya, Alya melangkah keluar dari Akademi Waktu, siap menghadapi dunia dengan penuh kesadaran, bahwa meskipun ia tidak bisa mengendalikan waktu, ia selalu memiliki kekuatan untuk memilih.