Namaku Tiara, umurku 20 tahun dan sedang kuliah di salah satu kampus di kota tempatku tinggal, Surabaya. Aku besar dalam keluarga keturunan orang-orang yang katanya pintar. Keluarga paranormal.
Mom adalah pewaris kekuatan supranatural dari kakek, auranya yang mencolok tidak bisa disembunyikan secara keseluruhan. Bakat yang sepertinya diturunkan penuh pada putranya, yaitu kakakku yang bernama Alaric.
Aku sendiri tidak merasa memiliki bakat ataupun kemampuan istimewa seperti mereka, mungkin darah dad yang notabene orang biasa lebih dominan mengalir padaku daripada darah orang pintar dari pihak mom.
Satu-satunya hal yang mungkin dibilang sedikit spesial dariku adalah : aku memiliki intuisi yang sangat kuat terhadap segala hal, bahkan aku bisa membaca masa depan seseorang dengan tepat.
Bukan hal yang bisa dibanggakan, aku malah sering ketakutan ketika melihat kerlipan kejadian yang bakal terlewati oleh orang-orang yang dekat dengan keluargaku.
Awalnya aku merasa senang punya banyak teman yang ikut memanfaatkan kemampuanku meramal mereka, apalagi ramalanku tidak pernah meleset–selalu tepat … terjadi persis sama seperti yang aku katakan.
Namun, saat ramalan burukku terjadi pada mereka, aku mulai disalahkan dan dihakimi. Bahkan dianggap perempuan terkutuk karena sudah menyumpahi orang yang minta dibaca masa depannya. Mereka bilang, ucapan adalah doa dan aku sudah mendoakan hal buruk terjadi pada teman-temanku.
Sejak saat itu aku menutup kemampuanku dan hidup normal layaknya orang yang tidak pernah melihat apa-apa. Aku mengabaikan semua firasat dan kerlipan yang selalu aku dapatkan. Aku tidak ingin melihat apapun mengenai masa depan orang lain, sama seperti aku yang tidak bisa melihat sedikitpun masa depanku sendiri.
Di hari pertama kali teman kampusku yang bernama Selia datang ke rumah untuk urusan kuliah, aku mendapatkan banyak sekali kerlipan masa depannya yang sangat bahagia dengan kakakku, Alaric.
Aku benar-benar larut dalam euforia kebahagiaan mereka berhari-hari. Aku mendukung penuh dua orang yang kebetulan saling suka itu. Aku lalu mendekatkan keduanya agar menjadi pasangan paling serasi abad ini. Aku cepat sekali berharap Selia segera menjadi bagian keluarga, menjadi kakak iparku.
Berbeda lagi saat aku melihat Wulan yang juga temanku –sang primadona kampus yang entah bagaimana ceritanya juga terlibat hubungan dekat dengan kakakku, Wulan memiliki masa depan yang sangat suram dan gelap.
Anehnya, aku pernah memimpikan Wulan mati di rumahku dalam kondisi sangat mengenaskan yaitu karena santet ilmu hitam. Santet yang membuat lantai rumahku banjir oleh darahnya dan juga darah lain yang aku tidak tau milik siapa.
Aku juga tidak bisa menepis bayangan mimpi buruk itu berhari-hari, dadaku sesak dan aku merasakan hawa mistis selalu ada di sekitarku. Aku melihat kerlipan masa depan lagi, Wulan bersama Alaric sesaat sebelum melihat kakakku itu berada di kamar pengantin yang mewah bersama Selia.
Pagi ini, aku pergi mendatangi mom setelah selesai sarapan. Aku mendapatkan mimpi yang tak biasa, bukan lagi soal Wulan ataupun Selia, tapi soal diriku sendiri.
“Mom … Ara mimpi aneh, rasanya mimpi itu nyata sekali!”
“Ohya? Coba ceritakan apa mimpinya!” Mom meletakkan koran pagi dan menyuruhku mengambilkan teh herbalnya sebelum duduk santai di teras.
“Awalnya Ara itu jalan di tempat terang, tiba-tiba semua gelap kayak sedang mati lampu, trus Ara disergap dari belakang oleh beberapa orang. Ara nggak bisa lihat siapa mereka karena Ara langsung dibungkus daun dan digulung di dalam tikar, Mom!"
Aku bercerita dengan seluruh bulu tubuh meremang. Jujur saja aku masih ketakutan dengan mimpi misterius itu. Aku bahkan berkeringat dingin dan merasa sakit di seluruh tubuh ketika membicarakannya.
Mom menghembus nafas berat sebelum menjawab, "Lalu? Apa kamu selamat?"
"Ara tidak tau selamat atau tidak. Ara hanya bisa teriak keras dan berontak sekuat tenaga, sampai akhirnya ada satu tangan yang menarik Ara dari dalam bungkusan," jawabku gusar.
Bukan apa-apa, aku hanya merasa seperti kue lemper saat menggambarkannya, aku memang dibungkus daun pisang sebelum digulung dengan tikar dan diikat kencang oleh beberapa tangan-tangan cekatan berkuku hitam panjang. Tangan setan.
Aku bertanya lirih, "Apa itu pertanda datangnya kematian, Mom?"
"Garis kematian seseorang sudah ditentukan dari sejak dia belum dilahirkan, Ara! Yang penting kamu selamat – diselamatkan." Mom tersenyum menenangkan meski aku tau kalau beliau juga kepikiran.
Esok paginya aku kembali mendatangi Mom, bercerita mimpiku yang lain. Entahlah … akhir-akhir ini aku selalu mendapatkan mimpi yang menurutku aneh.
Aku bermimpi bertemu kakek–ayah mom yang sudah tiada dari sejak aku belum hadir di dunia. Dalam mimpiku, kakek mengajakku bepergian dengan menggunakan kereta api.
Namun, rute yang aku lewati sama sekali belum pernah aku lihat di dunia. Pemandangan indah dan hawa sejuk menerobos kaca jendela kereta, yang uniknya tidak tertutup.
"Apa maksud mimpi Ara, Mom?" tanyaku penasaran.
Mom mengunci kalimat yang hampir keluar dari bibir tipisnya. Beliau hanya tersenyum manis dengan pandangan teduh. "Mungkin hanya bunga mimpi, Ara! Jangan terlalu dipikirkan!"
Aku bukan anak kecil yang bisa menerima alasan mom dengan mudah, aku orang yang berfirasat dengan tepat dan aku sedang mendapatkannya sekarang. Meski aku tidak bisa melihat masa depanku sendiri, tapi aku merasa ada hal buruk akan terjadi padaku tak lama lagi.
Benar saja, tiga hari setelah pernikahan dadakan kakakku dengan Wulan … aku merasa rumah sangat gelap dan hawa santet bertebaran dimana-dimana.
Dad sedang keluar kota bersama Alaric, sementara aku ada di rumah bersama mom dan kakak iparku–Wulan.
Mendadak malam menjadi sangat panas, dan aku merasa ada sesuatu keluar dari lantai rumah. Sesuatu itu masuk ke dalam tubuhku dengan kecepatan cahaya. Merajam dan merusak perutku seperti sebuah belati tajam.
Aku tau yang merasuk kedalam tubuhku adalah ilmu hitam. Tapi aku tidak mampu melawan. Terlalu banyak makhluk halus yang membawa benda-benda tajam sudah masuk ke dalam tubuhku. Mereka pun mulai melukai dan menyerangku dari dalam, di seluruh bagian tubuh.
Bukan hanya aku, hal yang sama juga terjadi pada Wulan. Persis seperti yang pernah aku mimpikan, Wulan meregang nyawa di rumahku, dengan darah membanjir keluar dari mulut, hidung, telinga dan matanya. Cairan merah pekat yang keluar dari tujuh lubang kepalanya itu akhirnya menggenang di lantai.
Kekuatan supranatural mom tidak mampu menahan serangan dari tujuh paranormal yang tergabung dalam sebuah paguyuban. Dan semua ini terjadi lantaran dendam masa lalu terhadap mom. Aku mengenal salah satu dari tujuh paranormal itu adalah penggemar mom di masa muda.
Cinta ditolak, santet bertindak!
Aku batuk darah, membasahi pangkuan mom, dan sebagian juga mengalir di lantai karena saking banyaknya. Darah orang lain yang aku lihat dalam mimpiku ternyata adalah darahku sendiri.
Mataku mulai kabur, dan aku juga mulai kehilangan kesadaran. Aku bisa melihat banyak makhluk gaib dengan wajah sangat buruk datang menangkapku.
Aku berteriak keras memanggil nama mom bersama semburan darah dari mulut. Spontan, aku menyebut nama Yang Maha Hidup. Jika aku mati, aku minta untuk diselamatkan dari perangkap makhluk halus penghuni neraka.
Hingga dalam batas tubuhku yang semakin melemah, aku melihat sinar terang dan tangan cahaya yang menggapaiku–membebaskanku dari cengkraman tangan-tangan hitam yang mulai membelenggu.
Tangan cahaya itulah yang membebaskan segala rasa sakit dan siksaan yang sedang terjadi dalam ragaku.
Suara teriakan mom yang memanggil namaku terdengar semakin jauh. Huh, aku lupa kalau aku belum pamit padanya untuk perjalanan panjang ini. Perjalanan menuju alam yang belum pernah kutemui sebelumnya–alam tempat kakek berada.
Aku baru tau sekarang, kenapa aku hanya melihat kebahagiaan kakakku bersama Selia, juga mom dan dad bersama tiga cucunya tanpa ada aku dan Wulan di sana. Karena kami sudah berpulang lebih dulu ke hadapan Tuhan malam ini.
Tapi aku yakin, kematianku menjadi sejarah kelam keluarga. Sejarah yang menjadi cikal bakal lahirnya bakat-bakat terbaik dalam keluarga. Bakat yang lahir untuk memberantas ilmu hitam ke depannya.
Cerita lengkap bisa dibaca di novel karya Al Orchida yang berjudul Selikur LANJARAN dan Rhapsody Cinta Selia.
End
***