Hai, kenalin, namaku Anyelir Febiola. Cantikkan namanya? Sayangnya, aku tak secantik nama itu. Kalau mendengar nama Anyelir,pasti yang kebayang tuh, cewek cantik, tinggi semampai, body goals, pokoknya semua yang indah-indah. Tapi, gengs, seriously, i'm not that perfect. Tinggi badanku, bahkan hanya 150 cm lebih dua atau tiga centimeter, entah, aku pun kurang tahu. Karena aku musuhan Sama meteran, semenjak badanku gak tumbuh-tumbuh. Benar-benar tidak sesuai dengan namanya kan? Karena setelah aku cari-cari dan kulik-kulik, ternyata bunga Anyelir itu sangat indah dan dapat tumbuh tinggi Sampai sekitar 2 meter. Mengetahui hal ini, aku langsung berpikir, 'kayanya mamaku salah kasih nama nih,' mamaku yang salah, atau pertumbuhanku yang salah, aku juga bingung.
Kalau biasanya bunga Anyelir bisa bertahan hidup sekitar 18-20 bulan, aku beda lagi. Aku kini sudah berumur 23 tahun, hebat kan? bisa memecah rekor, bunga Anyelir paling lama bertahan hidup di dunia dan layak untuk dibudidayakan. Tapi, tunggu dulu! aku kan bukan bunga ya? aku hanya seorang wanita yang berharap bisa secantik bunga anyelir.
"Nyir, tahu nggak hari ini ada karyawan baru,cowok dan katanya tampan." Kalian dengar sendiri kan, teman sekantorku manggil apa tadi? Ya, nama indahku mereka plesetin dengan begitu sadis menjadi Anyir. Seakan mereka mengganggap kalau aku tidak pantas untuk menyandang nama 'Anyelir'. Coba bayangin jika kalian jadi aku. Gak usah dibayangin deh, nanti kalian semua jadi sedih juga. Biarkan saja hanya aku yang merasakan ini.
Aku hanya bisa tersenyum kecut, dan tidak memberikan tanggapan apa-apa pada informasi yang sama sekali tidak ada pentingnya bagiku. Coba tadi kalau dia bilang, "Nyir, gaji kamu katanya naik lho bulan depan," pasti akan aku langsung tanggapi dengan 'Amin' yang kencang.
Pria itu, yang katanya karyawan baru dan tampan, akhirnya datang juga. Wah, kalian pasti bisa membayangkan, situasi terkini yang terjadi, di kantor. He to the boh, alias 'heboh'. Dan tentu saja itu tidak berlaku buatku, kenapa? ya karena itu tadi, karena aku merasa kalau aku juga ikutan heboh, itu sama saja sama buang-buang tenaga. Toh gak bakal diperhatikan juga, hehehe.Tapi, kalau dilihat-lihat pria itu memang sangat tampan. Dengan tubuh tegap dan tinggi, ehm, mungkin sekitar 180-an lah. soalnya pas dia lewat di sampingku, aku masih sempat ngukur tingginya pakai alat ukur manual. Apa lagi coba kalau bukan dengan tangan. Dan apa kalian mau tahu hasilnya? fantastis! Aku hanya setinggi pundaknya, Gengs.Udah kebayangkan mininya aku bagaimana. Sekali lagi aku mau bilang, nggak usah dibayangin.
Hidung pria itu juga menonjol ke depan, bukan kaya hidungku yang super minimalis kaya pemiliknya. kalian tahu nggak gengs? Walaupun aku terkesan 'B' aja, atau biasa aja, hatiku yang tidak bisa bohong, walaupun sudah aku paksa untuk bohong. Nih hati tetap saja mengakui, kalau pria itu memang tampan dan bahkan sudah mampu membuat hatiku cenat-cenut tidak karuan.
Hidupku memang serba minimalis. gak badan, hidung, bahkan wajan, panci dan piring hadiah dari deterjen di kos-kosanku juga minimalis. Beruntungnya ada sesuatu yang gak minimalis, benda kenyal mirip gunung yang ada di dadaku, hahahaha! Hayo bayangin apa? jangan membayangkan yang tidak-tidak ya, gengs.
Oke, kita lanjut lagi.
Sudah lebih dari sebulan waktu berlalu. Bayangin gengs, selama itu aku nggak bertegur sapa dengan pria itu. Tapi, asal kalian tahu, kalau ada kesempatan, aku selalu curi-curi pandang padanya. Ihh aku kok jadi malu-malu gini ya? ish, jadi jijik melihat kelakuan diri sendiri.
"Semuanya, aku duluan ya," suaraku aku sengaja buat selembut mungkin saat pamit pulang duluan. Kenapa? Kalian pasti bisa tebak kenapa. Ya, that's right, karena ada cowok itu di sana. kan nggak lucu kalau aku tunjukkan suara tarjanku. Bisa-bisa dia ilfeel nanti. walaupun memang aku yakin kalau dia sudah ilfeel duluan dari awal masuk ke kantor ini, hehehe.
Oh ya, Gengs, aku belum nyebutin nama tuh cowok ya? Sini aku bisikin, namanya 'Arjuna'. Keren kan? iya dong. Namanya bikin aku ingat salah satu tokoh Pandawa Lima yang ahli memanah itu. Sekali dia melepaskan anak panah dari busurnya, jleb ... Beuhh langsung tepat pada sasaran. Pasti sama juga, ketika dia menembak panah asmaranya padaku, aku langsung Otw kejang-kejang dan tanpa pikir panjang langsung jawab 'yes, i do'. Idih ngebayangin aja aku udah bahagia banget, gengs. Tapi apalah dayaku, aku hanya mampu menghayal, tanpa berharap dapat balasan, miris.
Duarrr ....
Aduh, ban si pinky motor kesayanganku, (kesayangan, ya karena memang atu-atunya) pecah gengs. Ini nih saking asik menghayal, sampai tidak lihat ada paku di jalan. Udah bengkelnya masih jauh lagi. Jadilah aku, duduk berjongkok di tengah jalan meminta sedekah, eh salah, minta keajaiban maksudku.
Di saat aku putus asa, dan hampir menangis, tiba-tiba sebuah motor besar berhenti tepat di dekatku. Kalian tahu siapa dia gengs? ya, tebakan kalian benar, dia adalah pangeran Arjuna kesayangan hatiku. Gak kebayang bagaimana kondisi hatiku sekarang di dalam sana. Pasti sedang berdisko ria.
"Kenapa dengan motornya, Anyelir?" nyesss, hatiku terasa hangat begitu bibir seksi Arjuna memanggilku 'Anyelir'. Rasanya seperti ketika lagi meriang tiba-tiba dipeluk dengan hangat gitu deh. Eh, tunggu dulu! bagaimana dia bisa tahu namaku ya? aku kan nggak pernah nyapa atau ngajak kenalan dia? tapi apapun itu, bodo amat. Aku tidak mau menghancurkan kebahagiaanku, karena hanya karena rasa penasaran yang unfaedah.
"Tidak tahu nih, Pak. Tiba-tiba bannya meletus," pura-puranya, aku panggil dia, Pak.Berharap dia bereaksi seperti di novel-novel, yang tidak mau dipanggil, Pak maunya dipanggil, Mas ( hihihi, ngarep). Tapi, lagi-lagi bibirku melengkung ke bawah gengs, dia tidak bereaksi apa-apa. Huaaaaa! pengen nangis rasanya.
"Oh, gini aja deh kamu naik aja ke motor kamu, nanti biar aku dorong pakai kaki dari belakang, sampai kita ketemu bengkel, gimana?" Hadehh, aku kirain dia bakal bilang, 'kamu naik aja ke boncenganku, dan peluk pinggangku dengan erat. Motormu tinggal aja, nanti aku belikan yang baru, yang lebih bagus dari motormu ini'. Kalau dia bilang begitu, aku rela deh, ninggalin si pinky demi motor baru, eh, demi babang tampan.
Selama didorong dari belakang, mulutku tidak berhenti komat-komit. Bukan lagi baca mantra Lo ya. Tapi, lagi merapalkan doa agar ketemu bengkelnya lama. Kan lumayan bisa lebih lama berduaan walaupun, gak beriringan. Setidaknya aroma maskulin dari tubuhnya masih tercium oleh ku. Itulah hebatnya hidungku, walaupun minimalis, aroma-aroma dari cowok tampan masih bisa tercium. Hahahaha!
Aku tuh sempat kecewa, ketika di depan, kita ketemu bengkel. Pengen rasanya aku, jitak kepala yang punya bengkel dan nyuruh pindah agak jauhan. Tapi gila aja kalau aku sampe ngelakuin itu, image cewek lembut yang melekat padaku kan,bisa hancur.
Rasa kecewa terobati gengs. kalian tahu kenapa? Itu karena my Arjuna nungguin sampai motorku selesai dibenerin dan pakai dibayarin lagi. Hatiku semakin melambung tinggi ketika si babang bengkel bilang, "Pacarnya kok dibiarin bawa motor sendiri sih, Bang? kok ga diboncengin aja sekalian?" My Arjuna tersenyum, dan jawab, "Dia tidak mau dijemput sama aku, Bang. Maunya naik motor sendiri karena rumah kami beda arah. Takut ngerepotin,katanya." Kalian dengar itu gengs? dia gak menyangkal sama sekali. Dia malah seakan menyetujui kalau aku ini pacarnya. Pengen rasanya aku terbang sampai ke langit ke tujuh saking bahagianya. Tapi, lagi-lagi aku yang tadi sedang terbang, dihempaskan sampai ke tanah, bunga-bunga yang tadinya bermekaran di hatiku tiba-tiba juga gugur, ketika mendengar kata maaf dari mulutnya, karena udah ngaku-ngaku kalau aku ini pacarnya. Berarti tadi dia nggak serius sama sekali, huaaaa! Jadi sedih lagi aku kan. Tapi bukan Anyelir namanya kalau tidak bisa menguasai keadaan. Aku tetap bisa tersenyum bersikap biasa saja seraya mengatakan, "Tidak apa-apa kok, Pak!"
Namun, semenjak kejadian itu,yang pasti, kita semakin dekat. Kita bahkan sering janjian untuk makan malam bareng, nonton bareng kaya orang pacaran gitu deh. Kalau istilah sekarang, 'teman tapi mesra' atau HTS ( hubungan tanpa status). Walaupun tanpa status, entah kenapa sudah buat aku senang sampai pengen koprol.
Ternyata, kebahagiaanku nggak bertahan lama, gengs. Di kantor aku digosipin udah jadi orang ketiga di antara Arjuna dan pacarnya. Seriously gengs, aku tidak tahu kalau dia sudah punya pacar. Dan yang nyebar gosip ternyata teman baik pacar, my Arjuna. Aku juga dilabrak sama pacarnya itu, melalui telepon. Berbagai nama binatang di kebun binatang dia sebut, seperti lagi sensus jumlah binatang, gitu deh. Aku sedih gengs, apalagi rata-rata karyawan, selalu menatap sinis sama aku, pengen resign rasanya.
Karena masalah itu, aku memutuskan untuk menghindar dari Arjuna. Tapi, karena terlanjur digosipin, bagaimanapun aku menghindar, tetap saja nggak bisa merubah pandangan mereka gengs. Sampai-sampai, aku ingin berteriak, "Aku bukan orang ketigaaa!" sedih ya jadi aku?
Semua akan indah pada waktunya. Motto yang aku yakini selama ini, akhirnya benaran terjadi padaku gengs. Arjuna, menarik tanganku menggenggamnya dengan erat di depan teman-teman sekantor. Tapi, bukan itu yang bikin kaget, gengs. Tapi pas Arjuna dengan lantang bilang, " Anyelir bukan orang ketiga. Aku sudah putus dengan pacarku, lebih dari setengah tahun yang lalu sebelum aku mengenal, Anyelir. Dan selama ini aku sama Anyelir tidak pernah pacaran. Tapi hari ini, di depan kalian semua, aku dengan resmi ingin melamar Anyelir sebagai pacarku." Aduh ... tolong pegangin jantungku, Gengs. Sepertinya mau copot dari tempatnya. My bebeb Arjuna gentle banget sih, ah. Aku kan jadi salting brutal, pengen menari-nari di atas awan kaya Ayu tingting.
Kalian tahu, saat itu juga semua yang sering menghujatku akhirnya minta maaf. Dan di hari itu juga, aku dan My Arjuna resmi pacaran. Setelah dua tahun pacaran, akhirnya kamipun meresmikan hubungan kami ke jenjang pernikahan, dan bahkan sekarang aku dan my Arjuna udah punya dua anak. Salah satu harapanku mudah-mudahan kedua anakku, tidak minimalis kaya aku.
The End