Pada pagi hari yang cerah, aku terbangun pada pukul 05.00 WIB. Aku langsung menatap sinar matahari pagi dengan memegang secangkir kopi, dengan mengenang suatu peristiwa dan suatu kisah yang mungkin terdengar mustahil bagi orang lain tapi itu benar-benar terjadi padaku.
(Flashback 5 tahun yang lalu) Pada saat itu, aku adalah pemain sepakbola untuk sebuah klub lokal profesional bernama Sawojajar FC. Aku sudah lama berada di klub ini. Bisa dibilang klub inilah yang telah membimbing dan membesarkanku menjadi pemain sepakbola profesional.
Usiaku sekarang sudah menginjak 28 tahun, dan aku sudah berada di tim senior selama 8 tahun. Pada tahun ini aku ditunjuk sebagai salah satu anggota tim pemandu bakat pada seleksi yang dilaksanakan di stadion Manggala Putra, stadion kebanggaan Sawojajar FC.
Karena ini adalah kali pertamaku sebagai tim pemandu bakat, maka tugasku hanya mengamati setiap pemain di pinggir lapangan. Aku mengamati setiap pemain dengan cermat.
Semua pemain terlihat bermain dengan bagus tetapi ada satu pemain yang mencuri perhatianku. Pemain tersebut bermain dengan sangat bagus dan memiliki skill yang indah. Aku langsung kagum dengan permainannya. Melihat hal tersebut, aku langsung berbicara dengan rekanku yang menjadi kepala tim pemandu bakat bernama Anton. Anton mengatakan kalau pemain tersebut bernama Ali. Mendengar hal tersebut, Aku langsung memintanya untuk mengamati skill dan permainan yang bagus dari pemain tersebut. Awalnya Anton tidak percaya, tetapi setelah diamatinya selama hampir 2 jam ia pun setuju denganku.
“Jadi bagaimana skillnya? Oke kan?” Ujarku pada Anton. “Ya lumayanlah untuk seorang pemain seleksi.” Ujar Anton. “Heleh, ngaku aja kamu juga kagum dengan permainannya hahaha. Jadi apa kita bisa memberinya nilai lebih?” Ujar diriku lagi dengan tertawa. “Tunggu dulu, jangan tergesa-gesa. Kita perlu memastikan apakah dia benar-benar konsisten dengan skillnya apa ngga.” Timpal Anton dengan tegas.
Hari penentuan seleksi akhirnya tiba. Sebanyak 75 pemain seleksi mengikuti bagian seleksinya masing masing. Untuk seleksi ini aku tidak diikutkan sebagai selektor pemain. Tapi aku yakin skill dan konsistensi dari Ali, bisa meloloskannya pada seleksi tahun ini.
Dan itu benar, penilaian seleksi yang diadakan 5 hari diselesaikan dengan sangat baik oleh Ali, Bahkan dia menjadi peringkat 1 pada tahap seleksi tahun ini dengan nilai yang hampir sempurna.
2 minggu setelah seleksi, Ali menjalani pertandingan pertamanya sebagai pemain akademi Sawojajar FC. Aku bersama rekan-rekan ku Ilham, Anton, Budi bersemangat untuk menonton pertandingan tersebut.
“Coba tebak, di pertandingan ini Ali dapat cetak berapa gol?” Tanyaku dengan mantap. “Mungkin 1 gol cukup, karena ini adalah pertandingan pertamanya.” Jawab Anton sambil meremehkan. “2 gol, mungkin. Mungkin lho ya… mungkin.” Jawab Ilham. “Lihat kawan, dia berposisi jadi gelandang serang bukan striker. Mungkin sebuah assist sudah cukup bagiku.” Jawab Budi dengan ekspresi datar.
“Kalau kau sendiri, menurutmu berapa, Mat?” Tanya balik Anton. “Menurutku, dia bisa saja cetak 3 gol di pertandingan ini.” Jawabku dengan ekspresi serius. “Hahaha, oke gini aja. Yang tebakannya salah harus mentraktir makan siang buat yang tebakannya bener, gimana?” Tantang Anton. “Okee siap.. deal.” Jawabku bersamaan dengan Budi dan Ilham.
Dengan sangat mengejutkan, Ali berhasil mencetak 3 gol pada pertandingan pertamanya. Dan membuat Sawojajar FC memenangkan pertandingan dengan skor 4-2.
“Nah nah nah….. apa aku bilang, hahaha. Ali bisa cetak 3 gol kan. Aseekk makan siang gratis nih.” Ujarku dengan senang. “Batal batal… perjanjiannya batal.” Jawab Anton dengan suara kesal. “heii, perjanjian tetaplah perjanjian. Jangan iri jangan dengki hahaha.” Timpal balik dariku dengan tertawa.
2 tahun berselang, aku mendapat kabar mendadak dari pelatih bahwa Sawojajar FC diikutsertakan dalam turnamen nasional SGC (Super Gold Cup). Aku berpikir bahwa Ali tidak akan ikut turnamen, dikarenakan dia masih menjadi pemain akademi junior. Tetapi betapa terkejutnya aku ketika Ali menjadi bagian dalam pemain yang mengikuti turnamen. Aku pun langsung menelepon pelatih terkait hal tersebut.
“Pak, ini Ali beneran ikut turnamen? Bukannya itu tindakan ilegal dengan mengikutkan pemain akademi junior.” Ujarku dengan penasaran “Peraturan baru turnamen mengizinkan untuk membawa maksimal 2 pemain akademi junior.” Jawab pak pelatih
Hari turnamen pun tiba. Pada hari itu juga tim Sawojajar FC langsung menjalani pertandingan pertama pada babak penyisihan grup. 3 pertandingan awal pada penyisihan grup berhasil dijalani dengan mudah dengan masing-masing skor kemenangan 1-0, 2-1, 2-0.
3 minggu berlalu, fase babak 16 besar, perempat final berhasil dimenangkan dengan mudah oleh Sawojajar FC. Setelah itu, Sawojajar FC kembali tampil sangat mengejutkan dengan berhasil lolos ke partai final setelah mengalahkan salah satu klub raksasa di turnamen, yaitu Galaktika FC dengan gol semata wayang yang dicetak oleh Ali.
“Ini adalah hasil yang sangat mengejutkan untuk tim ini. Tapi jangan lengah. Masih ada satu pertandingan final yang akan kita jalani minggu depan, dan sudah dipastikan lawan kita di final adalah tim yang kuat.” Ujar Pak pelatih di ruang ganti.
Dan benar saja. Sehari kemudian, diumumkanlah bahwa lawan Sawojajar FC di partai final adalah tim kuat dan tangguh, yaitu Sriwijaya Star. “Kalau lawannya aja tim yang kayak gini, aku ngga yakin Sawojajar FC bisa juara dengan mudah. Bukannya pesimis sih, tapi memang kenyataannya gini.” Ujar Anton “Yang penting dicoba dulu, usaha keras dulu. Hasil akhir itu belakangan.” Ujarku dengan semangat
Hari-hari sebelum final berjalan baik-baik saja. Tetapi 2 hari sebelum pertandingan final, tiba-tiba aku mendapat kabar yang sangat mengejutkan dari pak pelatih. “Ada apa pak? Kok bapak terlihat sangat cemas dan memanggil saya kesini?” Ujarku “Ini sangat sulit, tapi ini harus kukatakan padamu. Eee.. ibunya Ali meninggal dunia kemarin malam.” Ujar pak pelatih “Heh heh… jangan ngomong aneh-aneh pak, ini mau final lho.” Ujarku dengan nada keras “Ini beneran, ngga main-main. Jam setengah 4 pagi tadi dia sudah ijin ke aku dan Anton. Katanya dia mau pulang pakai kereta yang langsung ke Pekalongan.” Ujar pak pelatih sembari menunjukan bukti perizinan dari Ali. Dan setelah berita itu diumumkan, seluruh pemain dan staff mendadak heboh dan ruangan klub pun menjadi tidak kondusif
Aku kemudian berinisiatif untuk mendatangi rumah Ali dan berbincang dengannya bersama Pak Pelatih. Setelah 5 jam perjalanan kami tempuh, akhirnya kami pun sampai di rumah Ali dan langsung menemui ayah Ali. Setelah berbincang cukup lama dengan ayah Ali, kami diperbolehkan untuk menemui Ali.
“Ali, sebelumnya kami ikut berbela sungkawa atas kematian ibumu. Tapi kami kemari membutuhkan konfirmasi darimu apakah kamu ikut bertanding di final besok atau tidak.” Ucapku pada Ali. “Hal ini untuk konfirmasi ke pantia penyelenggara. Tapi kamu bebas memilih untuk ikut atau tidak. Tidak ada paksaan disini.” Sambung Pak pelatih. “Kalian bercanda?? Sebenarnya aku akan memesan tiket untuk kembali ke Jakarta 2 jam lagi. Tapi kalian malah datang kesini malam ini, Jadinya aku akan tetap akan ikut dengan kalian di pertandingan final.” Ujar Ali dengan tegas. “Kau yakin? Ya tapi jika itu memang pilihanmu kita harus meminta izin ke ayahmu dulu, apakah kau diizinkan atau tidak.” Ujar pak pelatih.
Kami berbincang kembali dengan ayah Ali. Dan setelah melalui diskusi yang panjang dan alot, akhirnya ayah Ali mengizinkan Ali untuk mengikuti pertandingan final.
Singkat cerita pada esok hari, Pertandingan final dimulai. Tubuhku setengah lelah karena bolak-balik Pekalongan-Jakarta untuk mendapatkan konfirmasi penting dari Ali. Tapi tetap kupaksakan untuk bermain dari menit awal karena ini adalah pertandingan final.
5 menit sebelum pertandingan, aku sempat berkata kepada Ali di ruang ganti. “Kamu ngga dimainkan dari menit awal. Ini bukan perintah Pak pelatih atau dariku tapi dari perintah langsung ayahmu sendiri.” Ujarku.
1 hari sebelum pertandingan final. “Mas, tolong nanti Ali jangan dipaksa buat main terlalu keras ya. Saya khawatir mentalnya masih belum kuat disaat seperti ini.” Ujar ayah Ali dengan nada pelan. “Iya Pak siap. Saya tahu Ali masih terguncang pada situasi seperti ini. Tetapi saya akan berusaha untuk tetap untuk menenangkan dan menguatkan Ali di lapangan nanti.” Ujarku dengan tegas.
Ali pun hanya termenung diam di ruang ganti tanpa sepatah kata apapun.
45 menit pertandingan berjalan, semua permainan terasa amburadul dan tidak beraturan. Alhasil 3 gol berhasil dijebloskan ke gawang Sawojajar FC di menit ke 24, 35, dan 43
Cerpen Karangan: Muhammad Raka Harvestya Kautsar Blog / Facebook: Raka
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 3 Januari 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com