Ada seorang remaja perempuan bernama Rara. Saat ini, Rara sedang menempuh pendidikan tingkat SMA. Rara merupakan siswa kelas dua belas di SMAN 11 Surabaya. Tahun ajaran ini merupakan tahun yang cukup sulit bagi Rara. Rara harus siap untuk melaksanakan berbagai ujian, seperti UNBK, SBMPTN, Tes masuk kedinasan, dan masih banyak yang lainnya. Selain itu, Rara juga harus bisa menjaga kondisi tubuhnya, mengingat di tahun ajaran ini, ia akan melaksanakan UNBK (Ujian Nasional Berbasis Komputer).
Rara adalah seorang murid yang pintar dan rajin. Sehingga, ia berkesempatan untuk mendapat kuota SNMPTN atau jalur undangan untuk masuk PTN. Ketika Rara melihat pengumuman bahwa ia mendapat SNMPTN, Rara sangat bahagia. Rara sangat ingin masuk PTN melalui jalur SNMPTN, mengingat ayahnya sudah tidak bekerja lagi karena sudah pensiun dari pekerjaannya. Ketika, pemilihan PTN dan jurusannya, Rara dan teman-teman yang lainnya mengalami kendala. Mereka mengalami kendala pada saat akan mengirim pilihan PTN beserta jurusannya ke pusat. Mereka baru bisa mengirimnya setelah beberapa jam kemudian. Setelah berhasil mengirim, Rara mendapat kartu peserta SNMPTN.
Beberapa hari telah berlalu, hari ini adalah hari pengumuman kelulusan SNMPTN. Rara sangat tidak sabar menunggu hasilnya. Setiap hari Rara selalu berdoa agar pengumumannya nanti baik. Ketika melihat pengumumannya, Rara mendapatkan hasil yang buruk. Ia dinyatakan tidak lulus SNMPTN. Akan tetapi, Rara masih tidak percaya dengan hasil tersebut. Rara menganggap hasil tersebut palsu dan tidak benar. Kemudian, Rara bertanya ke teman-temannya mengenai hasil mereka. Ternyata hampir seluruh teman-temannya mendapatkan hasil yang sama dengan Rara. Hanya beberapa anak saja dari kelasnya yang mendapat hasil baik. Mendapat hasil yang diluar ekspektasinya, Rara merasa sedih. Rara sedih karena ia merasa sudah kehilangan kesempatan untuk melanjutkan kuliah tanpa biaya yang besar. Namun, Rara akhirnya kembali berpikir positif lagi. Rara berpikir mungkin Allah SWT memiliki rencana yang lebih baik dari ini. Sehingga, Rara perlahan-lahan bisa menerimanya.
Kegagalan dalam seleksi SNMPTN, tidak membuat Rara putus asa. Rara kembali mencoba jalur SBMPTN atau jalur masuk PTN melalui tes secara nasional. Akan tetapi, Rara kembali mengalami kegagalan untuk kedua kalinya. Rara tidak lulus masuk PTN melalui jalur SBMPTN tersebut. Namun, Rara masih ingin mencoba jalur tes masuk kedinasan. Rara ingin masuk STAN (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara). Dimana, ketika lulus dari STAN, ia akan langsung menjadi PNS. Akan tetapi, Rara kembali lagi mengalami kegagalan untuk ketiga kalinya. Akhirnya, Rara memutuskan untuk melanjutkan kuliah tahun depan. Karena untuk tahun ini, sepertinya tidak mungkin untuk Rara melanjutkan ke jenjang kuliah. Rara tidak ingin masuk kuliah melalui jalur mandiri. Rara tidak ingin membebani orangtuanya dengan biaya kuliah yang besar.
Melihat Rara yang mengalami kegagalan dalam seleksi masuk PTN, orangtua Rara akhirnya bertanya kepada Rara. Orangtuanya bertanya mengenai kesungguhan Rara dalam berkuliah. Karena, jika Rara bersungguh-sungguh, maka orangtuanya akan berusaha untuk mebiayai kuliahnya meskipun melalui jalur mandiri. Mengingat, hanya Rara satu-satunya anak yang bisa diandalkan untuk bisa lulus menjadi seorang sarjana. Kemudian, orangtua Rara menyarankan agar Rara berkuliah di UINSA (Universitas Islam Negeri Sunan Ampel), dan untuk perihal jurusan, orangtuanya menyerahkan sepenuhnya kepada Rara. Jika Rara yakin pada satu jurusan, maka orangtuanya akan selalu mendukungnya. Karena Rara adalah anak yang penurut, akhirnya ia mengikuti saran orangtuanya untuk melanjutkan kuliah di UINSA.
Hari ini adalah hari terakhir pendaftaran jalur mandiri di UINSA. Pagi ini, Rara pamit untuk melakukan pendaftaran ke bank kepada orangtuanya. Rara berangkan sendiri tanpa ditemani oleh siapapun. Setelah Rara membayar pendaftaran jalur mandiri di bank, Rara langsung pulang. Sesampainya di rumah, Rara langsung mengisi data pribadi dan menguplod dokumen yang diperlukan, pemilihan jurusan, serta jadwal untuk melaksanakan tes mandiri. Sebelum hari pelaksanaan tes, Rara mempersiapkan dirinya dengan giat belajar dan mencari info apa saja materi yang akan keluar pada tes mandiri nantinya.
Rara memilih jurusan KPI (Komunikasi Penyiaran Islam) di UINSA. Rara memilih jurusan itu karena, Rara ingin belajar menjadi seorang yang pandai dalam berkomunikasi. Rara juga menginginkan agar dirinya menjadi orang yang berani tampil di depan orang banyak ketika masuk di jurusan KPI. Rara juga ingin merasakan bagaimana rasanya jika bekerja di sebuah perusahaan media penyiaran. Rara ingin mengetahui bagaiamana sebuah media penyiaran dapat menyajikan sebuah acara yang menarik. Dan yang paling mendorong Rara untuk masuk di jurusan KPI adalah Rara ingin mejadi seorang penyiar yang mengisi berbagai acara di beberapa media.
Hari ini adalah hari pelaksanaan tes mandiri di UINSA. Rara berangkat dengan diantar ojek. Tidak lupa, Rara pamit dan meminta doa kepada kedua orangtuanya. Sesampainya di UINSA, Rara bertanya kepada satpam yang berjaga mengenai lokasi tes. Setelah menemukan lokasi tes, Rara langsung masuk ke gedungnya. Karena waktu tes belum dimulai dan peserta dilarang masuk ke ruangan sebelum ujian dimulai, akhirnya Rara mencoba berkenalan dengan peserta lain. Rara berkenalan dengan dua orang peserta perempuan, Bernama Kiki dan Ayu. Rara juga mengobrol bersama mereka ketika menunggu waktu ujian. Kemudian, setelah ujian Rara juga berjanjian dengan Kiki dan Ayu untuk melaksanakan sholat bersama di masjid UINSA. Rara juga tidak lupa bertukaran nomor telepon dengan Kiki dan Ayu. Menurut Rara, Kiki dan Ayu adalah teman yang baik. Mereka berdua enak ketika diajak ngobrol. Obrolan Rara, Kiki dan Ayu mengalir begitu saja, sehingga Rara merasa bahwa sudah berteman lama dengan Kiki dan Ayu. Tidak lupa juga, mereka bertiga berfoto bersama untuk mengabadikan pertemuan pertama mereka. Akan tetapi, mereka bertiga harus berpisah. Rara harus segera pulang ke rumahnya. Begitu juga dengan Ayu dan Kiki.
Pelaksanaan tes tulis mandiri telah selesai, kini Rara hanya menunggu pengumumannya. Jika Rara lulus dalam tes tulis ini, maka Rara akan melaksanakan tes lisan di kemudian hari. Selama menunggu pengumuman, Rara selalu giat belajar untuk mempersiapkan tes lisannya nanti jika ia lulus di tes lisan. Hari pengumuman tes tulis akhirnya tiba. Rara langsung mencari info mengenai pengumuman tes tulis. Kemudian, Rara mendapat info bahwa pengumuman dapat diakses melalui web resmi UINSA. Rara langsung mengakses web tersebut dan melihat pengumumannya. Hasil dari pengumuman tersebut manyatakan bahwa Rara lulus tes tulis dan harus melaksanakan tes lisan keesokan harinya. Mendapat hasil yang baik, Rara sangat senang. Rara juga tidak lupa memberikan kabar baik tersebut kepada orangtuanya.
Keesokan harinya, Rara melaksanakan tes lisan di fakultas Dakwah dan Komunikasi. Ketika menunggu namanya dipanggil, Rara kembali mengajak berkenalan peserta lain. Akan tetapi, Rara merasa bahwa lawan bicaranya kali ini tidak seasik Ayu dan Kiki. Lawan bicaranya kali ini adalah tipe orang yang sedikit berbicara. Sehingga, Rara merasa bahwa ia kurang nyaman jika mengobrol dengan orang yang seperti itu. Akhirnya Rara mencoba berkenalan dengan peserta lainnya lagi. Rara kemudian menemukan peserta yang enak diajak ngobrol, ia bernama Elok. Selama menunggu, Rara dan elok banyak mengobrol. Mereka saling bertanya asal tempat tinggal, memilih jurusan apa, asal sekolahnya dulu, dan masih banyak lagi.
Beberapa menit menunggu, akhirnya Rara dipanggil untuk masuk ke ruangan tes lisan. Perasaan Rara sangat cemas, gerogi, bahkan ia sampai berkeringat dingin. Penguji bertanya kepada Rara beberapa pertanyaan. Penguji bertanya nama, asal sekolah, asal daerah. Kemudian, penguji juga menyuruh Rara untuk membaca al-qur’an, membaca doa sehari-hari, serta menulis salah satu surah pendek. Setelah menjawab semua pertanyaan dari penguji, akhirnya Rara selesai melaksanakan tes lisan dan diizinkan keluar ruangan. Sebelum keluar ruangan, tidak lupa Rara bersalaman dengan penguji dan asisten penguji. Setelah selesai tes lisan, Rara bertemu dengan Kiki terlebih dahulu. Mereka berdua berjanji akan bertemu di masjid. Mereka berdua saling menceritakan kesan-kesan pada saat melaksanakan tes lisan.
Beberapa hari setelah tes lisan, akhirnya pengumuman kelulusan tiba. Rara langsung melihat pengumumannya dan akhirnya Rara dinyatakan lulus dan diterima menjadi mahasiswa UINSA jurusan KPI. Rara sangat Bahagia, akhirnya keinginannya untuk kuliah bisa terwujud. Rara langsung memberikan kabar baik tersebut kepada orangtuanya. Ibu Rara sangat senang mendengar anaknya lulus dan bisa berkuliah di UINSA. Kemudian, ayah Rara terharu ketika mendengar kabar baik bahwa anaknya diterima di UINSA.
Beberapa bulan menjalani kuliah sebagai mahasiswa UINSA, Rara mendapat informasi mengenai beasiswa. Salah satunya adalah beasiswa Generasi Emas dari Pemerintah Kota Surabaya. Karena Rara memenuhi seluruh persyaratan yang dibutuhkan untuk mendaftar beasiswa GENMAS, maka ia memutuskan untuk mendaftarkan diri. Rara dibantu oleh kakaknya dalam mengumpulkan berbagai berkas yang dibutuhkan. Setelah semua berkas terkumpul, Rara langsung menyerahkannya ke Dinas Pendidikan Kota Surabaya. Kemudian, tidak berapa lama datanglah pihak dispendik Kota Surabaya di rumah Rara untuk melakukan survey. Setelah survey dilakukan, Rara hanya perlu menunggu pengumuman hasil beasiswa. Beberapa hari menunggu, akhirnya pengumuman beasiswa keluar. Rara dinyatakan lulus sebagai penerima beasiswa GENMAS. Rara mendapat beasiswa berupa biaya UKT sampai delapan semester, mendapat uang saku dan uang kebutuhan perkuliahan setiap satu bulan.
Rara benar-benar sangat bersyukur dan bahagia atas apa yang diberikan Allah SWT kepadanya. Pada awalnya, Rara tidak menyangka bahwa ia akan mendapat beasiswa, bahkan biaya perkuliahan seluruhnya akan ditanggung oleh beasiswa. Sekarang, Rara tidak lagi membebani orangtuanya dengan biaya kuliah yang besar. Rara menjadi yakin bahwa rencana Allah SWT memang terbaik bagi hamba-Nya. Meskipun Rara masuk melalui jalur mandiri yang terkenal dengan biaya besar, namun karena kebesaran Allah SWT, orangtua Rara tidak perlu mengeluarkan biaya sedikit pun untuk kuliah anaknya tersebut. Tidak hanya itu, Rara juga menjadi yakin ketika seseorang melakukan sesuatu dengan niat yang baik, maka pertolongan Allah SWT akan selalu ada di saat yang tepat.
Cerpen Karangan: Lailatul Nafik Atusholicha Blog / Facebook: Lailatul Nafik