Kukuruyukk, tepat pukul tiga subuh Naira terbangun dari tidur panjangnya. Ia bergegas menuju dapur yang berukuran kecil. Ia langsung membuat kue bolu untuk dijual di pasar sebelum berangkat ke sekolah.
Pukul empat pagi bolu yang akan ia dagangkan sudah siap di atas sepedanya. Sebelum berangkat ke pasar dibangunkannya dua adik kembarnya yang baru berusia tujuh tahun untuk mandi. Kemudian Ia langsung mengayuhkan sepedanya menuju pasar. Tak butuh waktu lama Naira telah tiba di pasar. Ia langsung menawarkan kue bolu ke para pedagang sayur dan tukang parkir.
“dek ira bapak beli tiga ya bolunya sisanya ambil adek aja” ucap pak Ero tukang parkir yang selalu membeli bolu dan memberikan uang lebih. “Iya pak terimakasih banyak pak” ucap Naira sambil tersenyum manis. “Ira, ini juga ada sayur sisa kemaren tidak habis, masih segar” ucap Bu Roro pedagang sayur di pasar. “Wah terima kasih bu” Tak butuh waktu lama buat Naira untuk menjual kue bolunya.
Naira adalah seorang yatim piatu yang mengurus dua orang adik kembar dan neneknya yang sakit. Karena itu banyak para pedagang di pasar dan tukang parkir merasa iba padanya. Mereka sering memberikan uang lebih jika membeli kue bolunya dan memberi beberapa sayur-sayuran. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa kue bolu buatan Naira juga sangat enak membuat siapa saja yang memakan kuenya akan merasa ketagihan.
Pukul lima pagi ia mengayuh sepeda menuju apotek untuk membeli obat neneknya yang sudah habis. Perjalanan dari pasar ke apotek lumayan jauh. Dan harus melewati jalanan yang masih sepi. Jalanan akan ramai jika ia pergi ke apotek pukul enam pagi. Namun karena obat nenek benar-benar habis membuat Naira tetap menerobos sepinya jalanan.
Saat di perjalanan menuju apotek tiba-tiba Naira dicegat dua preman. “Cepat berikan uangmu kalau tidak akan aku patahkan sepeda bututmu ini.” ucap preman 1. “Jangan om ini untuk membeli obat nenek saya” ucap Naira gemetar sambil memegang erat uangnya. “Jangan banyak alasan” ucap preman 2 sambil merebut paksa uang milik Naira.
Kedua preman itu segera pergi usai mengambil semua uang Naira. Naira hanya bisa menangis karena tidak bisa melawan kedua preman itu. Naira meraba-raba saku celananya dan mendapati uang lima ribu. Ia tahu bahwa uangnya tidak cukup untuk membeli obat tapi ia tetap mengayuh sepedanya menuju apotek.
“Permisi kak, obat nyeri lima ribu ada?” tanya Naira. Apoteker diam sejenak, dan memberi obat nyeri untuk Naira. “Dek ini obat yang biasa kamu beli, udah ambil aja ya” ucap kakak Apoteker. “Terimakasih kak, saya akan membayarnya besok kak” ucap Naira sambil mengelap air matanya kasar. “Iya bayarnya kapan-kapan aja nunggu adek ada duitnya ya” “Iya kak terimakasih banyak kak” ucap Naira sambil tersenyum dan mengayuh laju sepedanya.
“Dek udah selesai belum siap-siapnya” tanya Naira. “Udah kak” ucap yuli dan juli serentak. Naira menuju kamar neneknya membawa obat dan segelas air. “Kamu siap-siap saja ke sekolah nenek bisa minum sendiri” ucap nek ina. “Iya nek, Ira siap-siap dulu ya”
Pukul enam tiga puluh menit Naira mengantar adik-adiknya ke sekolah terlebih dahulu. Karena sekolah Naira dan adiknya beda dan cukup jauh. “Belajar yang benar ya” ucap Naira “Iya kak” ucap juli dan yuli sambil menyalami tangan kakaknya.
Naira segera melajukan sepedanya menuju sekolah. Naira nyaris terlambat, Naira menghela napas panjang. Bel istirahat berbunyi Ayu mengajak Naira ke kantin. Namun Naira memilih untuk tetap di kelas. Suasana kelas yang sepi membuat Naira teringat kejadian tadi pagi. Ia merasa sedih karena uang hasil kerja kerasnya hari ini direbut oleh preman jalanan tadi. Ia juga merasa takut untuk melewati jalanan itu di pagi yang sepi. Tapi dia ingat bahwa rejeki hari ini tidak akan sama dengan hari esok. Ia menyemangati dirinya untuk bekerja di hari esok. Hari ini memang kurang beruntung tapi hari esok pasti berbeda.
Pagi harinya seperti biasa Naira pergi menuju pasar untuk menjual kue bolunya. Bolu yang dibawanya berjumlah lima puluh. Ia mengayuh sepeda dengan semangat pagi. Namun ketika jalanannya menurun rem sepeda Naira tiba-tiba saja tidak berfungsi. Alhasil Naira tidak bisa mengendalikan sepedanya dan menabrak pembatas jalan. Semua kue bolu Naira berhamburan. Naira memungut kuenya yang berjatuhan. Tidak ada satupun kue yang bisa dijual. Naira menenteng sepedanya.
Saat perjalanan pulang Naira melihat seekor kucing yang kelaparan di tepi jalan. Naira menghampirinya dan memberikan sepotong bolu. Kucing itu langsung melahapnya. Naira merasa senang, walaupun kuenya tidak dapat dijual tapi dia bisa berbagi dengan makhluk hidup lainnya. Kemudian Naira mencari anjing-anjing dan kucing-kucing yang kelaparan. Naira pulang ke rumah sambil menenteng sepedanya.
Sudah dua hari Naira tidak mendapatkan uang dari penjualan kue bolu. Tapi hari ini lebih baik dari kemarin karena bisa berbagi dengan makhluk hidup lainnya. Kemarin ia merasa tidak beruntung dan hari ini dia kurang beruntung.
Esok harinya Naira membuat kue bolu lagi dengan bahan yang sedikit. Naira berjalan kaki menuju pasar. Karena sepedanya belum diperbaiki kebetulan hari ini hari libur jadi ia tidak perlu mengantarkan adiknya ke sekolah.
Kue bolunya laris manis. Naira ingin pergi ke toko untuk membeli bahan-bahan membuat kue. Tapi Naira harus melewati jalanan sepi yang biasanya ditunggu oleh preman-preman jalanan. Naira mengurungkan niatnya untuk berangkat sekarang tapi kalau berangkat sekarang masih ada waktu untuk buat bolu lagi dan dijual di pasar. Akhirnya Naira nekat untuk melewati jalanan sepi itu. Naira selalu melihat ke kanan dan ke kiri untuk siap siaga. Tapi untungnya selama perjalanan pergi maupun pulang Naira tidak bertemu dengan dua preman jalanan itu. Naira merasa lega ia langsung berlari pulang untuk membuat kue dan dijual di pasar.
Hari ini hasil penjualan bolunya kebih banyak dari biasanya karena Naira dua kali menjual kue bolunya. Hari ini Naila juga membayar obat yang kemaren ke apotek.
Naira merasa sangat beruntung hari ini karena hari ini semuanya berjalan dengan lancar tanpa ada halangan dan hambatan. Naira percaya bahwa Hari ini tidak akan sama dengan hari esok. Mungkin hari ini kita sedang kurang beruntung tapi hari esok tidak sama dengan hari ini. Jangan takut untuk menghadapi hari esok.
Cerpen Karangan: Dvilia Blog / Facebook: Dvilia xx Berusaha membuat cerpen yang menarik.
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 11 Januari 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com