Langit tengah menangis. Awan hitam itu masih menyelimuti kota. Butiran-butiran kristal bening turun serentak menyerbu kota. Pohon dan dedaunan basah terkena serangan bertubi-tubi. Burung-burung mengepakkan sayapnya cepat terbang kalang kabut, berusaha menghindar.
Aku mengarahkan tangan pada jendela cafe yang turut terkena serangan. Kugerakkan jemari membentuk sebuah pola abstrak, menari di atas permukaan jendela yang seakan berembun. Netraku menatap lurus ke depan, mengamati jalanan kota yang diterjang hujan. Cafe yang tengah Kutempati ini, seluruhnya berdinding kaca makanya bisa leluasa menatap luar. Aku terpaksa harus mendekam lama di dalam cafe karena hujan masih sangat lebat. Lagipun sebenarnya Aku tengah menunggu seseorang, siapa tahu dia akan segera datang, semoga saja.
Suasana dingin menusuk kulit, walaupun Aku memakai sebuah hoodie tetap saja angin dingin itu mampu menembusnya. Jemariku masih setia menari-nari ria guna menghalau rasa bosan yang mendera. Bukan hanya dingin yang tercipta, suasana hujan membuatku ingin memutar memori kisah yang terjadi di tahun ini. Kisah yang sangat berarti bagiku juga mengukir sejarah baru dalam hidupku.
Flashback Aku menatap lama benda pipih yang Kuletakkan di atas meja kayu. Menunggu balasan pesan, itulah yang tengah kulakukan. Sebelumnya, Aku memang mengirim pesan pada nomor sebuah komunitas. Aku berniat ikut serta menjadi peserta dalam komunitas tersebut. Sebuah komunitas menulis online gratis yang terkenal dari Sabang hingga Merauke. Komunitas yang baru saja kuketahui keberadaannya. Aku ingin mencoba hal baru dalam hidupku yang selalu monoton. Langkah pertama yang ku ambil adalah dengan belajar bagaimana rasanya menjadi seorang pengarang atau penulis.
Ting! +62xxx: Terimakasih sudah mendaftar dan maaf lama menunggu. Baca baik-baik dan ikuti dan ikuti langkah pendaftaran di bawah ya: 1. Pastikan memiliki akun telegram 2. Silahkan isi data formulir di ini > bit.lyxxx
Setelah mengisi formulir, balas pesan ini dengan Done. Aku segera mengisi formulir yang diberikan, lalu membalas pesan sesuai yang diperintahkan. Mereka mengatakan bahwa akan mengabariku secepatnya terkait dengan kelas tersebut.
‘Semoga saja, Aku bisa mengikuti kelas ini dengan baik,’ batinku.
Detik berganti menit, menit per menit terlewati, hari-hari berlalu dengan sangat cepat. Waktu berjalan seperti biasanya. Sudah satu minggu berlalu setelah Aku mendapat balasan pesan tersebut. Ada pesan masuk baru dari nomor tak terdaftar, pemilik nomor mengatakan bahwa ia adalah salah satu penanggung jawab atau yang biasa disingkat dengan PJ yang diberi tugas oleh komunitas menulis online itu. PJ tersebut biasa disapa dengan nama Arunika. Aku biasa memanggilnya Kak Aru.
Kata Kak Aru, pembelajaran kelas menulis akan dilakukan di sebuah aplikasi pesan yang mampu menampung banyak akun di dalam satu grup. Aplikasi tersebut mempunyai nama Telegram. Sebelumnya, Aku memang sudah mengetahuinya karena pihak admin komunitas itu sudah memberitahu. Peserta yang mengikuti kelas ini terbilang banyak makanya pembelajaran dilaksanakan di Telegram. Saking banyaknya, peserta dibagi menjadi beberapa kelompok agar memudahkan para kakak-kakak PJ mengatur. Dan Aku masuk ke kelompok satu bersama dengan empat puluh empat peserta lainnya, total ada empat puluh lima peserta di kelompok satu.
Kelas akan dimulai nanti malam, peserta diperkenankan absen terlebih dahulu di grup kelompok. Peserta yang melewatkan absen akan mendapat satu poin. Mengenai poin, pihak kelas membuat aturan bahwa selama kelas berlangsung peserta memiliki tiga poin yang harus dijaga layaknya sebuah nyawa. Apabila peserta kehilangan ketiga poinnya maka peserta akan di diskualifikasi dari kelas.
Melewatkan absen dan tidak mengerjakan tugas yang diberikan dua alasan itu yang harus peserta hindari atau siap-siap saja akan ditendang dari kelas. Aku tak menyangka ternyata kelas menulis ini cukup ketat aturan. Namun, walaupun begitu Aku tidak akan berhenti, justru merasa tertantang untuk melanjutkannya.
Waktu berjalan dengan cepat. Tak terasa, Aku telah mengikuti semua materi dengan baik dan tak pernah melewatkan absen juga selalu mengerjakan tugas tepat waktu. Jujur, Aku sempat mengalami kesulitan saat mengerjakan tugas materi ke dua.
Tugas ke dua yaitu menuliskan sebuah cerita pendek yang bertemakan sesuai diskusi kelompok. Kelompokku sepakat mengangkat tema self love. Cerita pendek harus dituliskan dalam bentuk dokumen dengan ketentuan-ketentuan yang membuatku bingung. Aku tidak pernah membuat dokumen sebelumnya. Aku masih buta akan bagaimana caranya membuat dokumen. Untungnya, ada salah satu teman yang satu kelompok denganku yang bersedia mengajari membuat dokumen, ia menunjukkan apa saja yang ada dalam sebuah dokumen, Aku dengan cepat memahami penjelasan.
Namun, masalahnya ia menunjukkan cara membuat dokumen di laptop sedangkan Aku tidak mempunyai sebuah laptop. Aku berasal dari keluarga cukup sederhana. Handphone yang kugunakan merupakan handphone yang biasa saja, tidak ada fitur bagus, layar ada yang retak, memori sedikit, dan tidak full layar. Aku bersyukur handphone ini masih bisa kugunakan walau dengan segala kekurangan yang ada.
‘Bagaimana bisa Aku mendapat laptop dalam waktu cepat?’ pertanyaan itu terus berenang-renang di otakku.
Saat itu, Aku frustasi, sempat ingin berhenti tapi masih ingin melanjutkan dan entah mengapa sangat yakin ada hal istimewa yang akan Aku dapatkan setelah berhasil mengikuti kelas ini hingga usai. Akhirnya, Aku memutuskan untuk mengadu pada Kak Aru. Aku mengutarakan semua kesulitan-kesulitan yang menghampiriku.
Kak Aru: Kamu punya aplikasi dokumen di hp tidak? Contohnya, Microsoft Word, atau WPS Office. Saya biasanya menggunakan aplikasi itu untuk menulis di hp.
Aku punya satu aplikasi dokumen yang Kak Aru sebutkan yaitu WPS Office. Tapi, masalahku belum berakhir. Sudah Aku sebutkan bahwa Aku tidak pernah membuat dokumen sebelumnya baik di laptop maupun di handphone. Aku mempunyai aplikasi WPS karena untuk keperluan sekolah. Aku masih berumur empat belas tahun yang sebentar lagi akan menginjak ke umur lima belas. Aku duduk di bangku kelas tiga SMP. Dan dalam kelompok, Aku dan satu teman kelompok yang paling dekat denganku yang termuda. Dia sebaya denganku tapi dia berasal dari keluarga berada.
Aku meminta Kak Aru untuk mengajarkanku membuat dokumen di handphone. Kak Aru menuruti permintaanku. Aku sebenarnya tak enak hati padanya, mungkin Aku adalah peserta dalam kelompok yang paling merepotkan. Aku berkali-kali meminta maaf pada Kak Aru dalam hati.
Masalah dokumen selesai. Aku dilanda masalah lain. Aku bingung cerita apa yang akan kutuliskan. Aku tak punya ide tentang cerita pendek bertema self love. Aku memcari informasi di internet berharap mendapat inspirasi ide. Setelah lama berselancar dalam lautan internet, Aku akhirnya mendapat sebuah ide cerita. Segera kutuangkan lewat rangkaian aksara sebelum ide tersebut lenyap. Aku menulis tanpa menerapkan PUEBI dan KBBI. Karena Aku memang tak tahu isi PUEBI juga KBBI, Aku benar-benar buta akan tata penulisan yang benar. Cerita pendek karya pertamaku selesai kutulis. Aku bergegas mengirimkannya ke Kak Aru sebelum deadline.
‘Alhamdulilah, gak jadi kehilangan satu nyawa.’ Aku menghela nafas panjang.
Sekarang, Aku tengah menjalani tantangan menulis tiga puluh hari. Tahap terakhir yang dijalani peserta sebelum akhirnya lulus. Tantangan yang mengharuskan peserta nya mempublikasikan tulisan minimal tiga ratus kata selama tiga puluh hari. Batas mempublikasikan dari jam yang sudah ditentukan oleh pihak kelas di website milik komunitas. Tetapi, karena website itu sering bermasalah maka peserta boleh mempublikasikan di grup Facebook komunitas. Peserta kelompok satu hanya tersisa sepuluh dari empat puluh lima peserta yang mampu bertahan.
Sudah dua lima hari terlewati setelah tantangan dilangsungkan. Aku terkena masalah lagi. Aku kehabisan ide untuk ceritaku. Aku tak tahu mau dibawa kemana alur ceritaku. Ceritaku seakan berhenti berjalan karena kehilangan kakinya.
“Bagaimana ini Lin, Aku kehabisan ide,” ujarku mengadu pada sahabatku yang bernama Alin. “Sebelumnya, Kau buat Outline gak?” Dia menjawab sambil mengajukan pertanyaan. Aku menghela nafas “Aku buat, tapi Outlineku tidak ada rangkaian per babnya hanya berisi tentang deskripsi tokoh.”
Kami berada di dalam kelas, waktu istirahat tengah berlangsung. Aku dan Alin duduk sebangku. Dalam kelas hanya ada sekitar seperampat teman sekelasku. Aku duduk di pojok kiri belakang dekat dinding berjendela.
“Aku ingin berhenti aja deh,” tuturku mulai menyerah. Alin mengalihkan atensinya yang sebelumnya tengah menulis kini menatapku sepenuhnya “Serius mau berhenti?” Aku diam tak menjawab. “Ingat, bagaimana perjuanganmu untuk sampai ke titik ini. Sayang kalau mau berhenti, lihat ke belakang. Kau sudah melewati banyak kesulitan untuk sampai ke titik ini. Jangan menyerah dong!” Matanya memancarkan keseriusan. “Untuk masalah lanjutan cerita, Kau bisa membaca ulang naskahmu. Aku yakin kamu pasti akan mendapat ide setelah membaca. Jangan berhenti tinggal lima hari lagi. Fighting Ai!” sambungnya menyemangati. Aku berkaca-kaca, Alin benar tak seharusnya berhenti disini. Kalau berhenti semua usahaku akan sia-sia. Aku memeluk Alin sambil tersenyum “Thank you so much Alin. Kau memang sahabat baikku.”
Aku berhasil menyelesaikan tantangan menulis itu. Aku bahagia. Benar-benar bahagia. Alin mengucapkan selamat padaku.
“Ailee!” Lamunanku buyar disebabkan sebuah seruan seseorang yang memanggil namaku. Aku menoleh, di pintu masuk terdapat seseorang yang telah ku tunggu kehadirannya sedari tadi. Dia berjalan menghampiriku. “Maaf lama, Aku terjebak di jalan tadi,” jelasnya. Aku melihat baju nya sedikit basah terkena air hujan “Tak mengapa Lin.” Tersenyum kepada sahabat yang selalu ada untukku.
Alin duduk di hadapanku “Kau melamunkan apa tadi?” Aku hanya menggeleng. Aku menatap minuman yang kupesan. Setelah Aku selesai dengan kelas itu, Aku mulai aktif dalam dunia kepenulisan. Aku mengikuti banyak seminar kepenulisan juga mendaftarkan diri menjadi member di komunitas lain. Aku juga diterima menjadi admin di beberapa komunitas. Beberapa jam lagi, tahun akan berganti angka. Di tahun ini, Aku menemukan sebuah cita-cita yang telah lama kucari. Semoga, ke depannya lebih baik lagi.
“Tuh kan, ngelamun lagi!” Alin kembali berseru dan Aku hanya menanggapinya dengan senyuman manis.
TAMAT
Cerpen Karangan: Allen Allen, seorang penulis yang masih benar-benar pemula. Baru menekuni dunia kepenulisan setelah mencoba banyak hal. Mempunyai hobi membaca dan menulis. Karyanya beberapa cerpen pendek juga novel yang masih dalam proses. Jika ingin memberi kritik dan saran juga kenal lebih jauh bisa melalui surel: silkhaamalina[-at-]gmail.com maupun instagram @amlna_27 atau @amalynaas
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 24 Januari 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com