Bagi Riana, Rafa bukan sekedar sang tuan muda majikannya. Bagi Rafa, Riana bukan sekedar musuh yang merangkap jadi bodyguardnya. Bagi satu sama lain, mereka lebih dari itu.
Bagi Riana, Rafa adalah orang satu-satunya yang tetap menerima ia dengan tangan terbuka. Sedang bagi Rafa, Riana adalah seseorang yang paling mengerti dirinya. Mereka berdua saling membutuhkan, mereka berdua saling melindungi, mereka berdua … saling menyukai.
Pertemuan mereka berawal dari sana … di penghujung senja, 9 tahun yang lalu. Saat mereka masih berseragam merah putih.
“Gue kok dodol banget sih? Kabur tapi ga bawa dompet, duit cuma tinggal 3 ribu kembalian beli bakso di kantin. Apalagi bawa baju ganti.” Seorang cewek SMP dengan seragam batik mengomel pada diri sendiri. Cewek itu menendang kerikil kecil yang ia lewati. “Masa balik ke rumah? Gengsi oii, malu lah. Udah marah sambil nangis-nangis tadi.”
Ketika melewati sebuah kerumunan, cewek itu menghentikan langkah. Merasa penasaran, ia berbalik badan. “Ada apaan nih? Bagi-bagi sembako ya?” Gumamnya. “Maaf Dek, itu apaan rame-rame?” Tanya cewek itu pada anak yang keluar dari kerumunan. Siswi berseragam batik SD itu berhenti melangkah. “Oh itu, tadi aku baca ada brosur yang isinya keluarga Galion butuh pelayan baru Kak.” “Oh oke. Makasih ya.” Siswi SD tadi berlalu setelah pamit. Cewek itu hanya menanggapi dengan anggukan. Setelah berpikir sejenak, ia menjentikkan jari. Tersenyum. “Gue punya ide.”
“Jadi, aku boleh jadi pelayan kan Tante?” Riana -nama cewek itu- menatap penuh harap sang nyonya Galion. Riana memang mengenal Tante Sha, sang ibu dari cowok bernama Rafa. Teman eh musuh eh lebih tepatnya musuh rasa teman yang ia kenal sejak kelas 1 SD.
“Gimana ya Ri? Kamu kan sekolah. Masih kelas 9 lagi.” Jawab Tante Sha ragu. Mendengar itu, Riana makin menambah persentase tatapan berharapnya. Puppy eyes. “Please, Tante. Ga digaji juga gapapa. Kan dapet jatah makan plus free tempat tinggal juga. Bagi Riana, dua hal itu udah cukup banget. Kalo soal uang, Riana bisa jadi pelayan kafe. Riana udah survei kafe mana aja yang butuh pelayan kok. Boleh ya Tantee?”
Fyi, keluarga Galion memiliki pelayan lebih dari 10 orang. Riana tak tahu secara detail tugas mereka satu persatu. Tapi, setahu Riana, para pelayan lebih sering terlihat membersihkan rumah mewah keluarga Galion yang luasnya lebih dari istana negara daripada mengerjakan tugas lain. Pelayan keluarga Galion tinggal di sebuah rumah tingkat dua di depan rumah majikan mereka. Free tempat tinggal, dapat jatah makan pula. Tentu hal yang menggiurkan bagi seorang Riana yang baru saja kabur dari rumah.
“Gimana kalo kamu jadi bodyguardnya Rafa?” Tawar Tante Sha. “Kamu bakal jagain Rafa dari marabahaya, ngerawat dia kalo sakit apalagi Tante sering ada urusan ke luar kota atau ke luar negeri. Atur pola makan minum Rafa, bantuin tugas sekolahnya, nyiapin pakaian sama bersihin kamar Rafa. Gimana?” Ini cuma Riana yang merasa atau memang Tante Sha salah menyebut pekerjaan sih? “Baby sitter kali Tante bukan bodyguard.” “Whatever. Gimana Ri?”
Riana berpikir, ini kesempatan untuknya. Untuk membuktikan bahwa ia bukan cewek manja yang hanya bisa meminta ini-itu pada orangtua. Cewek tak tau diri yang disematkan oleh keluarga besarnya yang menyebalkan itu. Ini kesempatan Riana untuk merasakan pengalaman baru yang semoga saja menyenangkan dan menghibur dirinya. “Oke Tante.”
Sejak itu, Riana melakukan pekerjaannya dengan apik kecuali untuk menyiapkan pakaian Rafa, dirinya masih punya malu dan tau batasan. Jadi, ia cuma menyiapkan seragam sekolah saja.
Tante Sha juga makin akrab dengannya. Bagaimana dengan anaknya? Bagaimana tanggapan Rafa soal musuh rasa temannya yang kini menjadi bodyguard nya? Awalnya cowok itu tak yakin dengan Riana. Bahkan suka meledek cewek itu dengan sebutan ‘pembantu gue’. Rafa heran, ia kira Riana akan merasa gengsi jika bekerja di rumah yang notabene rumah musuhnya. Ternyata Riana berbeda. Rafa jadi sedikit tertarik.
“Woii … tiga serangkai! Dasar Filila!” Riana berteriak pada tiga gadis yang berlari berurutan. Saling mengejar satu sama lain. Mereka adalah Filila, kependekan dari Finata, Alisha dan Yushela. Teman kelas Riana dan Rafa. Riana berdecak heran, memandang ketiga orang itu yang kini terlihat saling menampol. Seperti anak kecil saja mereka itu.
Tangan cewek itu membenarkan letak mangkok yang berada di nampan. Hampir saja mangkok sereal itu jatuh tersenggol. Riana cape bolak-balik kantin. Serius. Jauh soalnya.
Riana membuka pintu RKS, menampilkan Rafa yang bergelung dengan selimut. Meringkuk kedinginan. Hari Senin ini Rafa sakit. 7 bulan bekerja, Riana sangat paham bahwa tuan mudanya itu jika sedang sakit tak suka makan bubur seperti orang sakit kebanyakan. Rafa lebih suka makan sereal dengan susu coklat. Sebelum itu harus minum teh hangat dulu. Aneh? Tidak. Bagi Riana malah terkesan unik.
“Kayanya lo berhasil Na.” Ucap Rafa dengan suara seraknya. “Apa?” Rafa tersenyum. “Lo berhasil bikin gue percaya sama lo. Gue yakin lo emang orang yang paling paham sama kondisi gue. Entah itu sekarang, besok dan semoga selamanya. Makasih musuh rasa teman.” Riana ikut menarik sudut bibirnya. “Sama-sama. Makasih juga. Lo satu-satunya orang yang menerima gue tanpa memaksa gue bercerita. Gue tau lo penasaran, tapi lo abaikan rasa penasaran itu.” Riana menatap cowok di hadapannya. “Suatu saat nanti, wahai musuh rasa teman, gue akan cerita tentang peristiwa yang menimpa diri gue. Jadi, rasa penasaran lo ga akan berakhir sia-sia.” Rafa mengangguk. “Gue tunggu hari itu. Selalu gue tunggu.” Lalu jari kelingking mereka berdua bertaut, membentuk pinky promise. Sebuah tanda janji.
Cerpen Karangan: Da Azure Biasa dipanggil Da. Dapat ditemui di Wattpad Akun pribadi: @Daa_zure. Akun bersama bestie: @Filila_3
Yang penasaran dengan tokoh Riana-Rafa kamu bisa menemukan mereka di cerita Filila. Selamat datang di dunia kisah klasik yang anti-mainstream! Kita bertemu di sana ya! Pai …
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 28 Januari 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com