Seorang gadis berjalan gontai menuju ke Padang rumput, berhenti sejenak sebelum akhirnya menaikkan tangannya seperti ingin menggapai sesuatu, ia mendongak ke atas memandangi gumpalan putih itu dengan penuh harap.
“Mengapa aku tidak bisa menggapaimu?” Lirihnya, kemudian menurunkan tangannya. Menunduk sedih. Angin sepoi-sepoi berhembus menyapa pelan, mengerakkan rambut panjangnya yang diurai begitu saja. “Kau tahu, aku sangat menyukai awan. Aku sangat ingin untuk bisa menggapainya tapi itu mustahil ya?” gadis itu mengalihkan pandangannya pada nabastala menggantikannya dengan menatap seseorang di sampingnya. “Oh ya, aku rasa itu memang mustahil.” Jawabnya sekenanya. Ia kembali memandangi objek sebelumnya. “Ya kau benar, tapi aku selalu berpikir untuk bisa pergi ke awan, maksudku seperti menyentuhnya, berbaring disana dan bahkan bersembunyi. YA BERSEMBUNYI! Jika kau tak menemukanku dimana pun, itu berarti aku sedang berada di awan, keren kan?” Laki-laki itu berceloteh dengan wajah berbinar-binar tentang impiannya itu, sedangkan si pendengar hanya bisa menatap heran kemudian tertawa memandangi nya.
“Kau tahu, impianmu itu aneh dan gila Nic, ayolah berpikir realistis.. mana mungkin kau bisa melakukannya.” Cibir gadis itu masih dengan gelak tawa yang menyejukkan bagi laki-laki itu. “Terserah mu saja, ayo pergi. Kita sudah terlalu lama di sini.” ajaknya, gadis itu mengangguk, bangkit dari duduknya, mereka berdua pergi berjalan meninggalkan tempat itu.
“Kau pasti sedang bersembunyi di sana ya? Jahat sekali tidak mengajakku,” sekali lagi ia kembali mendongak menatap gumpalan awan yang mulai menghitam itu dengan wajah murung penuh harap. “Jangan terlalu lama bersembunyi Nic, aku rindu.” Ucapnya dengan suara bergetar, lelehan air mata tanpa izin turun membasahi wajah cantiknya.
Sekali lagi, ia naikkan tangannya ke atas untuk beberapa menit. Lalu menurunkannya dengan pelan, tersenyum getir. Lalu berbalik pergi dengan langkah dan tatapan kosong. Berhenti sejenak, memandangi sekelilingnya dan menatap ke atas untuk terakhir kalinya sebelum ia benar-benar pergi dari tempat itu.
“Kau tahu Nic, suatu saat nanti aku juga pasti bisa bersembunyi di awan sama sepertimu. Tunggu aku ya, ” ucapnya pelan, masuk ke mobil dan pergi dengan hati berat.
Dan pada kenyataannya gadis itu tak mungkin bisa menggapainya bahkan di atas awan sekalipun, ia harus menyadari dan menerima bahwa laki-lakinya tepat hari ini sudah satu tahun pergi meninggalkan dunia.
Cerpen Karangan: Shani.ds Blog / Facebook: Shani dea 17 yo. A girl, amateur writers.
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 13 Februari 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com