“aku tahu semuanya semenjak kamu bilang 4 tahun yang lalu. Awalnya aku menanyai putri karena aku ingin membantu kamu. tapi, saat menanyai putri aku tahu sesuatu. waktu itu kamu bilang beberapa kali pulang bersama putri, tapi Saat aku memberitahu nama fajar nugraha dia tidak mengenalmu sama sekali. itu berarti kamu membohongiku kan? seharusnya jika kamu memang pulang bersamanya, dia pasti tau namamu atau paling tidak nama depanmu kan?” Aku mengangguk pelan “iya itu masuk akal. tapi, seharusnya kamu berpikir aku menyukai perempuan lain selain putri. bukan kamu?”
“pada awalnya aku juga berpikir begitu. dulu sewaktu aku meminjam ponselmu. Aku mencari semua kontak wanita di ponselmu, tapi aku tak menemukannya sama sekali selain aku dan ibumu. Tidak mungkin kan kamu menyukai ibumu sendiri?” Saat sma hingga hari ini dia memang sering meminjam ponsel. Aku tidak pernah curiga karena Aku tahu dia itu wanita yang ceroboh dan pelupa. jadi masuk akal jika alasanya meminjam ponselku karena lupa mencharge ponselnya. lagi pula, dia memang sering mengabari orang tuanya lewat ponselku.
“tapi mungkin saja aku menyembunyikan wanita itu darimu. jadi seharusnya kamu tidak sepercaya diri itu mengatakan bahwa kamu mengetahui perasaanku” “Iya, itu juga alasan yang masuk akal. tapi aku punya bukti yang lebih kuat daripada itu” dia mengeluarkan sebuah kertas putih bertuliskan kata-kata yang pernah aku tulis sewaktu sma, saat dia pertama kali mengajakku ke tempat ini.
Aku memang pria yang senang menulis perjalanan berhargaku di sebuah buku khusus yang selalu kubawa kemana-mana. Entah dari mana dia mendapatkan tulisan itu. yang aku tahu aku tak pernah memberikan tulisan itu padanya.
Mawar di atas batu besar Sabtu 14 mei 2016 Hari ini dia membawaku ke tempat favoritnya. Kami duduk di sebuah batu besar, di tempat ini dia selalu tertawa dan terlihat bahagia ketika berada di atas batu besar ini.
Hari ini aku membawa mawar, tapi aku tak berani memberikan bunga itu padanya, maka aku simpan di atas batu kesukaannya. Mungkin suatu saat nanti aku bisa memberikan bunga ini serta perasaanku padanya, bukan pada apa yang dia suka. Semoga.
Begitulah isi kertas yang dia bawa dari salah satu buku lamaku.
“Itu cukup membuat aku percaya kan?”
Aku mengangguk, itu cukup kuat sebagai bukti bahwa dia mengetahui siapa wanita yang aku sukai. karena selama ini wanita yang membawaku pergi ke tempat seperti ini hanya rindu tak ada wanita lain selain dirinya. Meski sebenarnya aku merasa malu sekaligus bahagia dia mengetahui perasaanku.
Aku diam sejenak berpikir sesuatu yang tak benar di antara kami. jika dia tahu aku menyukainya lalu mengapa dia mencintai pria lain? Apakah dia tidak menyukaiku? Atau bahkan dia sengaja mempermainkanku?
“Jika kamu tahu aku menyukaimu kenapa kamu tak menunggu seperti diriku, atau jangan jangan kamu tidak menyukaiku?” aku memberanikan diri bertanya, meski takut sebenarnya. Tapi itu yang terbaik untuk ditanyakan dari pada hanya dipendam dan berakhir dengan aku pikirkan seharian.
Dia turun dari atas batu, meski sedikit sulit tapi dia bisa melakukannya sendiri. Bukannya aku tidak gentle sebagai laki-laki, tapi dia memang sudah biasa turun sendiri dan selalu tak ingin kubantu. Aku juga mengikutinya turun mendekatinya agar aku dapat mendengar jawabannya dengan jelas.
Dia membersihkan celananya yang agak kotor. “sebenarnya mantanku tak sebanyak apa yang aku ceritakan. Mungkin hanya ada 5 laki-laki yang benar-benar aku terima Perasaannya.” “lalu kenapa kamu mengajakku kesini setiap dua bulan sekali tepat di tanggal 14, jika kekasihmu tidak sebanyak yang selalu kamu katakan. Apalagi kamu selalu menangis setiap kali kita datang kesini”
Wajahnya kini terlihat serius, dia menatap batu besar yang ada di belakang kami berdua “kamu tahu aku menangis bukan karena semua laki-laki itu. aku menangis karena kamu!” “aku? Kenapa?” “iya, semua tangisanku itu karena kamu tidak pernah mengatakan perasaanmu itu padaku. selama lima tahun ini aku selalu menyusun rencana untuk bisa menarik simpati darimu. aku pikir kamu akan menyatakan perasaanmu padaku, nyatanya kamu hanya menenangkanku, lalu mengatakan bahwa masih banyak laki-laki yang menyukaiku. Padahal bukan itu maksudku. aku ingin kamu berani mengatakan perasaanmu. itu juga lah alasan aku percaya bahwa laki-laki idamanku itu ada di dunia ini, yaitu kamu.”
Aku tak percaya dia mengatakan semua itu. ternyata selama ini dia juga menyukaiku. Jadi selama ini penghalang aku dan dia itu adalah ketakutanku? Bodohnya aku, mungkin jika sejak dulu aku mengatakannya, saat ini dia sudah menjadi kekasihku atau mungkin lebih.
“jadi hari ini kita resmi jadi sepasang kekasih?” tanyaku memastikan. Aku tidak ingin kehilangan kesempatan bersamanya lagi hanya karena ketakutanku seperti dulu. “Tidak” dia menjawab dengan mudahnya, seperti tidak ada beban padahal dia baru saja mengatakan bahwa dia juga menungguku. “kenapa? Bukankah kamu sendiri yang bilang bahwa kamu juga menungguku selama ini? Apa aku terlambat? Atau jangan jangan ada laki-laki lain yang kamu sukai saat ini?” sejujurnya aku sangat kecewa dengan jawabanya itu, tapi aku tetap harus mendengar alasannya agar semuanya jelas. “Pertama. aku memang menunggumu selama ini, kedua. kamu tidak terlambat, ketiga. tidak ada laki-laki yang aku suka saat ini.” Aku mengerutkan dahi. Aku semakin tak mengerti ” lalu kenapa kamu menolakku?”
Dia memberikan ponselku yang tadi aku berikan padanya untuk memberi sebuah mawar virtual “aku tidak menolak perasaanmu. Aku hanya ingin kamu memberiku bunga mawar asli, bukan mawar virtual, dan satu hal lagi. aku ingin kamu menggendongku sampai ke mobil seperti dalam adegan drama favoritku” ucapnya sambil tersenyum.
Aku mengiyakan keinginannya menggendong dia hingga ke mobil. Sepanjang perjalanan menuju ke mobil dia tersenyum. Aku dapat melihat senyumannya dari sudut mataku, meski tidak terlihat jelas tapi, senyuman itu seperti senyuman yang tulus.
“Apa kamu senang sekarang?” Dia tak menjawabnya. Dia malah menyandarkan kepalanya ke kepalaku diiringi tubuhnya yang terasa lebih ringan.
“Kamu tidur?” tanyaku menghentikan langkah kaki. “sepertinya begitu. Sekarang mungkin aku sedang bermimpi di gendong pria idamanku. Jadi tolong lanjutkan saja perjalanannya, biarkan aku menikmati mimpi.” Ucapannya itu mungkin membuat pipiku memerah. Aku tidak bisa melihatnya, tapi aku bisa merasakan pipiku menghangat.
Aku menurunkan dia secara perlahan dari gendonganku, membuat dia terkejut. “kenapa kamu menurunkanku?” “Aku ingin kamu bangun dari mimpimu” ucapku menatap ke arahnya. “Kenapa? Kamu mau menghancurkan mimpiku?” “Tidak. Malah aku ingin mewujudkannya ke dalam duniamu” Dia tersenyum bahagia, senyumannya itu terlihat sangat manis, lebih manis daripada saat dia tersenyum pada kekasih lamanya.
“Aku tak menyangka seorang fajar nugraha yang belum pernah pacaran bisa semanis ini” dia mendekat lalu memelukku erat. Pelukannya terasa hangat, pelukan yang sangat aku impikan selama ini. Pelukan yang mungkin jadi awal hari bahagiaku bersama wanita yang selama ini aku tunggu.
Cerpen Karangan: Ajrun Blog / Facebook: Ajrundadhim[-at-]yahoo.co.id
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 29 November 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com