Malam yang dulu sunyi dan hanya ditemani oleh sang purnama, kini menjadi riuh dengan perbincangan hangat. Malam yang dulu menunggu hawa kantuk datang, kini menunggu sebuah kalimat “Hay, apa kabar” “Bagaimana hari ini” “ingin berbagi cerita denganku, aku telpon sekarang yaa”
Jatuh cinta memang aneh, masuk dengan sebuah izin dan pergi dengan seenaknya, daya magisnya dapat membiuskan semua manusia. Cinta pertama memang sangat indah, mengesankan dan tak terlupakan dan itu yang gadis ini rasakan.
“Mengagumkan” satu kata yang keluar dari mulut gadis manis bernama Ara, saat ia melihat foto seorang laki-laki di sebuah jendela kamarnya dengan ditemani oleh hembusan angin malam, laki-laki yang ia kenal awal bulan yang lalu di sebuah stasiun kereta api, sebuah senyum manispun terpancar dari foto tersebut.
Dua hari yang lalu Aldara Clarissa Keylovly atau akrab di panggil Ara, memutuskan untuk merantau di sebuah kota metropolitan, dengan mengharapkan sebuah keberuntungan dan untuk pergi dari perang yang terjadi setiap harinya antara ayah dan ibunya, di sebuah rumah sederhana milik keluarganya.
“Hayy gue Rian” ucapnya, namun tak digubris oleh Ara, pandangan nyaa menatap lurus dan kosong ke arah rel kereta yang ada di depannya “Ekhem” dehemnya, yang membuat ara terpelanting kaget akibat ulah laki-laki misterius tersebut, namun reaksi yang ditunjukan oleh laki-laki ini berbanding terbalik, ia malah tertawa melihat raut wajah kesal sang gadis “Kenalin gue Andrian Ramatha panggil gue Rian, mau kemana?” Tanyanya dengan mengulurkan tangan kanan ke arah sang gadis “Ingin ke surga” ucapnya dengan tetap menatap kedepan tanpa menggubris uluran tangan laki-laki tersebut “Hahh” sambil menatap sang gadis dengan ekspresi wajah yang terkejut
Seketika Ara bangkit dari duduk nya dan berjalan menuju kedepan ke arah kereta, dan saat itu juga Rian langsung mencegahnya dengan merentangkan kedua tangannya di hadapan sang gadis “Minggir” ucap Ara, namun dibalas gelengan kepala oleh Rian
“Minggir” ucapnya yang kedua kali, namun reaksi Rian masih sama seperti awal kemudian Ara berjalan ke arah lain, namun masih dicegat oleh Rian dengan dua tangannya
“Apa-apaan sih lo, gue mau naik kereta nanti gue ketinggalan, Minggir!” Jelasnya, kemudian Rian menengok ke arah belakang, ternyata benar kereta tujuan Surabaya Jakarta telah sampai “Sorry hehe” senyumnya dengan menampakan rentetan gigi putih dan rapih, sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan mengangkat kedua jarinya berbentuk v.
Ara masuk ke dalam kereta, yang diikuti oleh Rian dan ia pun duduk bersebelahan dengan, selama setengah perjalanan tidak ada yang membuka suaranya, mereka saling hanyut dengan pikirannya masing-masing, hingga akhirnya Rian mulai membuka suara terlebih dahulu “Lo mau kemana, gue tanya serius” tanya Rian “Ga tau gue bingung, gue cuma butuh ketenangan, riuh di rumah banyak benda-benda beterbangan setiap harinya, suara tangis, teriakan, gue ngga tega liat ibu yang nangis setiap harinya gara-gara konflik dengan ayah, gue stres, gue pengen ke surga, Lo bisa anter gue kesana?” Tanya araa sambil menengok ke arah Rian Terpukau dengan jawaban ana, “Ada-ada saja gadis ini” ucapnya dalam hati, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, namun senyum manis muncul di bibirnya
“Jadii Lo ke Jakarta ga ada tujuan mau ngapain, Lo ada sodara, atau temen gitu di Jakarta?” Tanya nyaa Araa menggelengkan kepalanya “Modal nekat?” Tanyanya lagi Ara mengangguk kan kepalanya dan menengok ke arah Rian
“Lo sendiri, mau ngapain ke Jakarta?” Tanya Ara “Mauuuuu healing hehe”, sambil merentangkan kedua tangannya dan menutup matanya sejenak “Sumpek kepala gue mikirin kerjaan mulu, butuh refreshing, Lo mau ikut gue?” Lanjut Rian Hening beberapa saat hingga akhirnya dibalas anggukan kepala oleh Ara tanda setuju, senyum simpul terlihat dari raut wajah Rian.
Mereka menuju wahana permainan yang terkenal di Jakarta, Ara terlihat sangat bahagia, ia tak henti-hentinya tersenyum sesampainya di tempat tersebut “Cantik” ucapnya secara tidak sadar, melihat senyum Ara yang melebar dengan bahagia karena sedari tadi ia hanya melihat wajah gadis ini yang murung Mereka mencoba semua wahana yang ada di sana, yaa semuanya…
“Hahahaa sakitt banget perut gue hahaa liat muka Lo pas baru turun dari roller coaster” ucap Rian sembari memegang perutnya “Ck nyebelin Lo” balas Ara Kini mereka berada ditempat makan beristirahat sekalian menikmati sang senja yang kian menghilang
“Lo cantik kalo senyum” ucap Rian yang kini sedang memperhatikan Ara yang sedang menyantap mie goreng yang ia pesan tadi “Uhuk uhuk, minum uhuk” “Ehhh iniii ini lo minum duluu minum dulu”
Diraihnya minum yang telah Rian berikan “Lo gapapa?, Makanya pelan-pelan kalo makan” Tanya Rian Dan dibalas anggukan kepala oleh sang gadis, padahal hati kecilnya sangat kesal dengan ulah Rian yang tiba-tiba berbicara seperti itu. Ara memutuskan untuk pulang ke rumah setelah tadi di beri ceramah panjang oleh Rian, niatnya untuk merantau ke Jakarta, saat ia tunda, dan tak lupa juga mereka sempat untuk bertukar nomer ponsel satu sama lain.
Dua bulan sudah mereka dekat, sering mengobrol, berbagi pengalaman dan bahkan mereka saling curhat melalui chat ataupun telepon, Rian cukup senang karena gadis yang ia kenal dengan kondisi yang tidak baik-baik saja kini mulai pulih, ingin rasanya ia menjelaskan pada sang rembulan malam bahwa ia telah jatuh hati dengan gadis manis tersebut.
Kini Ara sedang duduk di sebuah jendela kamarnya, matanya sembab, pikirannya kacau, hancur… Setelah mendengar bahwa ibu dan ayahnya akan bercerai, Ara menatap ke arah bawah jendela kamarnya yang berada pada lantai dua, fikiran buruk seketika muncul dalam benaknya, yaa lompat dari lantai dua, mungkin dengan itu orangtuanya akan baik-baik saja jika tanpa ia, baru saja ingin melompat tiba-tiba handphonenya bergetar menandakan ada panggilan yang masuk tertera nama Rian disiana.
“Hallo Ra hehe maaf gue ganggu malem-malem Lo lagi sibuk?” Tanya nya “Iyaaa gapapa gue lagi ngga sibuk kok” ucapnya “Emm Lo kenapa, habis nangis?” Tanya Rian “Hmm, biasa di rumah lagi ada pertunjukan hahaha” ucapnya “Hah? Maksud Lo” tanya Rian dengan menaikkan nada bicaranya “Orangtua gue ribut lagi mereka mau pisah, cape gue yann tiap hari denger mereka ribut terus, gue pengen ke surga” jelasnya “Ya Allah raaa sabar yaa, mereka pisah juga karena ada 1 dan 2 atau bahkan lebih hal, mereka pisah karena menurut mereka, mereka udah ngga cocok lagi, mungkin dengan mereka pisah dan hidup masing-masing, mereka akan hidup dengan bahagia, sabar yaa raa hidup emang berat dan Lo harus kuat, Lo ga sendiri ada gue disini” “Apaan sii Lo” namun senyumnya terukir saat itu juga “Besok ikut gue yuu” “Ke mana?” “Liat senja” “Kenapa senja?, Bukannya senja hanya bisa membawa kita pada kegelapan?” Rian tak langsung membalas, ia memikirkan kata-kata yang cocok untuk membalas pesan sang gadis
“Kenapa ngga, sebenarnya kalo kita bisa lebih bersyukur, banyak bintang yang datang pada kegelapan dan itu jauh lebih indah dari senja”
Selang beberapa menit Ara kembali membalas pesan yang dikirim oleh Rian “Hmm.. oke gue mau” Rian hanya membalasnya dengan sebuah emoticon tersenyum, padahal dibalik layar ia sedang Berjingkrak kegirangan.
Keesokan harinya Rian kemudian menjemput Ara di kediamannya, rumahnya sangat sepi dan sendu hanya ada gadis manis ini di rumah, tak lama ia menunggu gadis manis berpenampilan casual keluar dari rumahnya
“Yuu, gue udah siap” ucap Ara “Rumah Lo sepi banget?” Tanya Rian “Iyaa, lagi pada gaada di rumah, udah yuk” Rian hanya menganggukan kepalanya dan kemudian menyalakan kuda besinya, kuda besinya mengarungi Bandung, hingga berhenti tepat di pintu masuk sebuah taman hiburan, dengan udaranya yang sejuk, dan damai, pengunjungnya satu persatu masuk dengan pasangannya masing-masing.
“gue baru tau kalo ada kalo ada taman hiburan di sini” ucapnya sembari melepaskan helm pada kepala dan menyimpannya di motor “makannya lo jangan di rumah terus, sesekali keluar rumah, tempatnya emang kurang terkenal tapi gue suka main disini, sejuk, dan harganya juga manusiawi” jelasnya Rian berlajan masuk yang kemudian diikuti oleh sang gadis, mereka duduk di stand makanan dengan ditemani oleh dua es kopi yang di pesannya tadi.
”Lo sering kesini bareng temen-temen lo?” Tanya Ara “Ngga, sendiri kalo lagi mumet dan butuh ketenangan yaa gue kesini” balas Rian dengan menyeruput es kopinya “Ohhh”, balasnya dengan menanggukan kepala dan menyeruput minumannya
“Ehehh gue mau naik ituu”, pinta ara dengan menunjuk bianglala yang berada tak jauh dengan tempat duduknya saat ini Jika teman-temannya tau jika ia menaiki wahana itu pasti ia akan ditertawakan habis-habisan, namun saat ini rasa merebut logika, Rian hanya bisa mengiyakan permintaan gadis ini, bianglala berputar, tak lunturnya sebuah senyum yang merekah pada bibir Ara, matanya pun berbinar menyaksikan pemandangan di sekitarnya, namun pada saat berada pada puncaknya bianglala ini menunjukan gelagat aneh, tersendat, bergetar hingga akhirnya berhenti.
“maaf atas ketidaknyamanannya, kami segera memperbaiki kerusakan” ujar seorang staf melalui pengeras suara, 5 menit setelah kejadian. Wajah Ara yang semula bahagia, senyumnya yang merekah, kini berubah menjadi sebuah kepanikan “yannn gue takut” ucap Ara dengan wajah yang panik sembari berpengan dengan Rian Rian tidak begitu panik, ia malah bersyukur dengan situasi saat ini, matahari yang semakin kuning, sebentar lagi akan pamit dan cahanya membias di wajah mereka. Tangan Ara yang masih stay pada tangan Rian membuat bibirnya menganggat senyum, ia pun mendaratkan tangannya pada punggung tangan Ara. Ara yang sadar dengan kondisi tangannya saat ini, kemudian ia melepaskan tangannya perlahan “maaf, gue refleks tadi”
Rian menarik tangan Ara kembali, membuat sang gadis mengerutkan dahi “lo tau maksud gue ajak lo kesini” Tanya Rian “tauu, lo ajak gue kesini itu buat senja, refresing” balas nya dengan sebuah senyuman di akhir kata “gue suka sama lo, lo mau jadi pacar gue?” ucap Rian
Gadis ini diam melongo, rasanya seperti ada benda aneh yang masuk tanpa izin di otaknya sehingga ia kehabisan kata-kata, tak lama bianglala kembali berputar mengantarkan mereka pada situasi canggung, Ara berjalan cepat meninggalkan bianglala, dan Rian “gue bakal nunggu lo” seru lelaki ini dengan santai Seketika Ara berhenti dan menoleh kebelakang “nunggu gue supaya?” tanyanya dengan mengerutkan dahinya “supaya lo sadar, kalo gue bisa buat lo lebih bahagia” Seketika awan mendung, sepertinya semesta tahu bahwa lekaki ini sedang tidak baik-baik saja “ayoo pulang keburu ujann” seru Ara dengan menarik lengan Rian
Di atas sepeda motor mereka bisu seribu bahasa, dalam situasi canggung satu persatu bulir air turun dari langit tak kuasa menahan beratnya air di dalam awan, Rian menancap gas motornya untuk mengebut, hingga lengan Ara melingkari perut Rian dari bangku penumpang.
“lo tau kan jantung gue bakal berdebar keras kalo tangan lo tetep kaya gini?” “hahahahhaha” dengan tangannya teteap melingkari perut Rian
“yann” “hem” balas Rian dengan wajah yang masih lurus kejalan “gue mau jadi pacar lo” Motor yang mereka tumpangi seketika melaju pelan dan berhenti
“gue ngga salah dengerkan, tadi lo bilang apa?” tanyanya dengan mengerutkan dahi “gueeeee mauuuuu jadiiii pacarr lo Riannnnnn” teriaknya Dibalas pelukan hangat oleh Rian, sembari membisik “makasi yaa” dan dibalas anggukan oleh sang gadis
Motornya melaju dengan diikuti oleh rintikan hujan, pelukannya dari bangku penumpang dibalas elusan hangat pada punggung tangannya, dan semestapun menangis bahagia…
Cerpen Karangan: Ifaa Facebook: Saifatul Farihah Halloo namaku Saifatul Farihah panggil saja aku Ifaa saat ini aku duduk di bangku kuliah semester 1 dan aku mulai menggeluti hobi ku yaitu menulis.
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 5 Januari 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com