Bolehkah Key berharap bahwa Ken ada di sini untuk dirinya?
“Bisa kita bicara?”
Di sinilah Key berada. Di depan minimarket, duduk di bangku yang tersedia. Key hanya mengikuti langkah Ken. Ia kira Ken akan menuju alun-alun daerah yang tak jauh dari minimarket. Ternyata tidak. Ken malah memilih duduk di depan minimarket.
Sekarang, Key diminta menunggu Ken yang sedang membeli minuman. Key menurut. Tunggu, Key jadi lupa harus bersikap bagaimana? Tiba-tiba ia panik sendiri. Aduh, gue kok mau-mau aja diajak bicara. Gugup ini gugup. Batin Key berbicara.
“Nih minum.” Ken menyodorkan botol teh berwarna merah. Saat Key akan mengambilnya, Ken malah kembali menarik tangannya. Key ternganga. “Biar gue bukain.” Tangan cowok itu dengan cekatan membuka tutup botol dalam sekali percobaan. Key menerima botol teh itu dengan kepala menunduk. Ia gugup, tolong! Ken berdehem, sedikit merasa gugup. Sedikit loh ya! Gue kenapa sih? Sungut Ken dalam hati.
“Jadi, siapa nama lo?” Key mendongak. Namun atensinya tak mengarah pada seseorang yang duduk di sampingnya melainkan pada kendaraan yang berlalu-lalang di jalanan depan mereka. “Keysha Arani.” Ken menganggukkan kepala. “Jadi nama lo beneran Keysha ternyata?” Gumam Ken pada diri sendiri. Key mengambil inisiatif. Memberanikan diri untuk bertanya balik. “Kakak namanya beneran Ken?” “Iya. Nama gue–”
Belum Ken selesai menyebut namanya, sekumpulan cewek-cewek berjalan dari arah alun-alun daerah membuat Ken berhenti berbicara. Ken berdecak setelah melirik sekumpulan itu sekilas lalu menoleh ke arah Key yang kini menatapnya bingung.
“Key, lo berdiri deh.” “Hah?” Ken menghela napas lalu tanpa aba-aba menarik tangan cewek itu agar berdiri di hadapannya. Key ingin protes namun Ken lebih dulu menyembunyikan wajahnya di perut Key. Cicak! Umpat Key dalam hati. “Kak–” Ken melepas topi hitam yang ia pakai, menaruhnya di pangkuan lalu melepas jaket putih menyisakan kaos abu-abunya. Menyampirkan jaket itu di bahu cewek di hadapannya. “Gini dulu, bentar.” Key jadi tak berani protes jika Ken bilang begitu. “Oke …”
“Maaf Kak ganggu keuvvuan.” Suara dari belakang Keysha membuat cewek itu mengernyit. Keuvvuan apanya? “Liat cowok pake topi item sama jaket putih ga Kak?” Lah? Itu kan ciri-cirinya Kak Ken? Heran Key membatin. “Bilang engga.” Bisik Ken. Key menurut, “engga Kak.” “Bener Kak? Padahal tadi dia jalan ke sekitar sini deh?” Suara yang berbeda ikut bertanya. Key tak bisa melihat siapa yang bertanya sebab Ken masih menyembunyikan wajahnya. Key jadi tak bisa menoleh. “Maaf, engga liat. Aku tadi baru keluar dari minimarket.” Ucap Key dengan nada tak enak.
Sekumpulan cewek itu saling berbicara satu sama lain. Pembicaraan mereka masih bisa didenger oleh kedua insan itu. “Gimana nih?” “Kak Aldiano cepet juga larinya.” “Balik aja deh.” “Kayanya Kak Aldiano udah jauh juga dari sini. Kakaknya aja ga liat.” “Ya udah. Kita balik.”
Setelah berdiskusi, sekumpulan cewek itu berniat pamit pada Key. Namun belum mereka melaksanakan niatnya …
“Jangan ganggu!” Suara Ken yang teredam baju Key membuat suara cowok itu terdengar asing bagi sekumpulan cewek tadi. Key jadi berjengit kaget mendengar nada galak di kalimat Ken. “Eh sorry ganggu. Yuk cepet kita pergi.” Merasa sekumpulan cewek itu telah pergi jauh, Ken menolehkan kepala untuk mengecek. Bernapas lega. “Hampir aja.” Ucap cowok itu.
“Kak?” Ken berdehem ketika menyadari bahwa wajahnya masih menempel di lengan baju Key. Dengan segera, cowok itu menjauhkan diri lalu bergeser. “Sorry.” Key mengangguk saja. Bingung mau menjawab apa.
“Nama gue Ken Aldiano.” “Kakak banyak yang suka ya?” Eh? Sungguh, pertanyaan itu terlontar begitu saja. Key tidak kepo kok, beneran! Cuma keceplosan doang. Ken tersenyum mendengar pertanyaan Key. “Menurut lo?” Cowok itu bertanya balik. Ken mengambil ponselnya yang berada di dalam ransel ketika mendengar suara deringan. Itu telepon.
“Kenapa?” “Gak. Udah ga ngejar.” “Kok mereka bisa tau kalo gue ada di sini sih?” “Anjir, hampir aja gue dikeroyok.” “Depan minimarket. Alun-alun belok kiri.” “Hm. Gue tunggu. Jangan lama-lama.”
Ken menjauhkan ponselnya dari telinga lalu menoleh pada Key yang memperhatikannya. Saat tersadar bahwa Ken membalas tatapannya, Key segera mengalihkan atensi. Tuh kan! Ketauan dah gue kalo merhatiin dia dari tadi! Gerutu Key membatin.
“Tulis IG lo.” Ken menyodorkan ponselnya. “Itu Kak.” “Keyrani07. Oke ntar gue DM. Gue duluan.”
Ken berdiri tepat setelah sebuah mobil putih berhenti di depan minimarket. Cowok itu segera mengenakan topi hitamnya, melangkah pergi tanpa menunggu Key bersua. Masuk ke dalam mobil.
“Tadi Kak Ken bilang apa?” Key mengerutkan dahi tanda berpikir. “DM? Eh DM?” “Gue ngasih IG tadi ya? Astaga Key.” “AAA … Bundaaaa tolongin anakmu iniii …” Cewek itu heboh sendiri tanpa menyadari bahwa Ken memperhatikan dirinya dari dalam mobil.
“Lucu.” “Apa lo bilang?” Seorang cowok yang duduk di depan kemudi menoleh ke arah Ken yang duduk di bangku penumpang. Sebelahnya menyeletuk, “lucu. Ken muji tuh cewek.” “Ck. Apa sih?” “Siapa dia Ken?” Tanya cowok di sebelah Ken. Ken tersenyum, “jodoh gue maybe.” “Njayy, baper gue baper.” “Ini Ken kan temen kita? Seorang Ken Aldiano bilang seperti itu?!” “Ternyata temen kita waras. Normal. Lurus. Ga belok.”
Ken membiarkan ketiga temannya heboh, cowok itu menatap kembali ke arah Key yang kini menghampiri dua orang cewek. Ketiganya terlihat akrab lalu berjalan berdampingan sembari mengobrol ria.
Mobil yang ditumpangi Ken mulai berjalan. Key memperhatikan mobil itu sampai hilang dari pandangan. “Lo merhatiin siapa Key?” Tanya salah satu teman Key. Key menggeleng, “engga kok.” “Itu jaket siapa? Jaket baru?” Tanya teman Key. Key melirik bahunya, menepuk dahi. Meringis tak tahu mau menjawab apa. Duhh, bisa-bisanya gue lupa jaketnya Kak Ken. Gimana nih? Panik cewek itu dalam hati.
“Lo ketemu sama dia ya?” Bisik teman Key yang satunya. Key mengernyit, dari mana temannya ini tahu? Teman Key tersenyum. Senyum ejekan di mata Key. “Gue tahu dari feeling. Ga mau tahu, lo utang cerita sama gue.” Key mengangguk pasrah. Dalam hati, cewek itu berharap, semoga ia bisa bertemu lagi dengan Ken-nya. Eh?
—
“Mana jaket lo?” Ken melirik tubuhnya yang tak terbalut jaket putihnya. Cowok itu tersenyum. “Gue lupa. Jaketnya ada di Key.” “Key teh saha? Cewek tadi?” Ken tak menjawab. Cowok itu terdiam. Ketiga temannya menganggap itu kode jawaban ‘iya’. Jawaban persetujuan.
“Semoga kita ketemu lagi Key …” Gumam Ken dengan lirih. Harapan yang sama seperti harapan Key. Dapatkah harapan itu terwujud menjadi kenyataan yang mereka berdua nanti-nantikan?
BERSAMBUNG
Cerpen Karangan: Da Azure Biasa dipanggil Da. Dapat ditemui di Wattpad Akun pribadi: @Daa_zure. Akun bersama bestie: @Filila_3
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 28 Januari 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com