“Trust me, Darling. Aku adalah pembohong buruk yang tak akan pernah bisa menyakiti hatimu.”
Tiga bulan pertama…. Kehidupan bukanlah suatu hal yang selalu sempurna dipandang mata. Kadang kala, kehidupan bisa pahit dan menyakitkan untuk sebagian orang di dunia.
Tidak ada kehidupan yang sempurna, semua orang tahu akan hal itu. Tidak ada kehidupan yang selalu terasa manis, semua orang pasti merasakan itu. Pahit dan kejinya kehidupan pasti pernah semua orang rasakan di dunia ini.
Begitu pun dengan cinta. Di dalam kehidupan, kita pasti tak jauh-jauh dari yang namanya cinta. Cinta tak semata-mata hanya kepada lawan jenisnya, melainkan cinta kepada banyak orang yang ada di sekitarnya. Cinta tak hanya melulu tentang kasih sayang, tetapi juga perhatian yang tulus dan juga adanya kepercayaan di dalamnya.
Serumit itu. Namun, semua orang akan bahagia jika mengenal yang namanya cinta. Semua orang akan merasa lengkap hidupnya jika ada cinta di dalamnya. Sesederhana itu. Namun, adanya cinta dapat membuat orang bahagia dalam hidupnya.
Bagi Amara Safitra, cinta di dalam hidupnya bukanlah hal yang tabu yang tak pernah ia rasakan sebelumnya, tetapi hal itu sudah mendarah daging dalam kehidupannya. Yap, karyawati berusia 25 tahun itu sering mengalami suka duka dalam jatuh cinta. Disakiti, dikhianati, ditinggalkan. Sudah pernah ia rasakan selama 25 tahun berkecimpung di dalam dunia percintaan dengan lawan jenis yang amat rumit menurut otaknya.
Kalau Amara boleh memilih, ia ingin menghapus seluruh masa lalu kelamnya mengenai percintaannya yang selalu berakhir tragis dengan derita yang bersarang di jiwanya. Ia ingin menikmati masa lalu dengan indah tanpa ada rasa sakit dalam menjalin sebuah hubungan.
Namun, trauma masa lalu tak menjadikan wanita itu letih atau berhenti mencari cinta sejati di luar sana. Buktinya, ia telah mendapatkan seorang suami yang mampu menerima kekurangannya selama tiga bulan mereka menjalani bahtera rumah tangga.
Namanya, Jason Alfredo. Laki-laki dewasa berparas tampan nan menawan itu entah mengapa tertarik padanya. Amara merasa seperti di novel romance yang selalu saja mengisahkan kisah klise antara wanita buruk rupa dan pangeran tampannya. Ya, kisah cintanya memang seklise novel percintaan kebanyakan. Namun, tanpa Amara sadari … kisah klise itu tak semata-mata hanya kisah percintaan yang selalu bahagia di dalamnya. Hidup berdampingan bersama Jason bukanlah hal yang mudah untuknya. Jason, pria itu memiliki segudang rahasia yang tak pernah diketahuinya.
“Jason,” panggil Amara pelan. Wanita itu menyandarkan kepalanya di pundak suaminya dengan nyaman. Jason tersenyum, mengelus puncak kepalanya istrinya pelan, ia memberikan kecupan lembut di sana. “Ada apa, Darling?” Amara tersenyum lebar, ia semakin merapatkan pelukannya. Kehangatan yang Jason pancarkan membuat Amara bahagia tak tertahankan. Baru kali ini Amara bahagia dalam menjalin sebuah hubungan dengan lawan jenisnya. Tentu saja Amara tak dapat menahannya.
“Apa kau bahagia?” tanyanya pelan dengan mata terpejam. Amara ingin tahu bagaimana perasaan suaminya. Apakah sama dengannya? “Jika itu bersamamu, aku pasti bahagia.” Amara tersenyum lebar dalam pelukan Jason. Pipinya sudah memanas semenjak tadi akibat perlakuan Jason yang terlalu manis baginya. Amara membenamkan kepalanya di dada Jason karena terlampau tersipu.
Jason terkikik geli. “Apa kau sebegitu cintanya padaku? Sampai-sampai tak ingin melepaskanku?” “Jason!” jerit Amara. Wanita itu benar-benar tersipu tingkat akut saat ini dan itu semua karena kejahilan Jason. Jason tersenyum geli, mendekap erat-erat istrinya. “I love you, Darling.”
Satu tahun berikutnya… Amara tersenyum kecil menatap foto pernikahannya lima belas bulan yang lalu. Di sana ada dirinya dan Jason yang tampak berbahagia memandang kamera di depan mereka. Foto itu sangatlah mencerminkan jika mereka adalah pasangan yang bahagia dalam cintanya.
Namun, sinar matanya meredup. Semua itu tak bertahan lama. Selama lima belas bulan mereka menjalani hubungan pernikahan. Tiga bulan pertama memang terasa manis dan sangat menyenangkan. Namun, bulan-bulan berikutnya … semuanya terasa pahit dan hambar. Mungkin ini adalah fase paling menyakitkan dalam menjalin sebuah hubungan.
Amara tak mendapatkan cinta Jason seperti sebelumnya. Amara tak lagi menjadi wanita yang paling bahagia di dunia. Amara merasa diabaikan oleh Jason setahun ini, Amara ditinggalkan, Amara tidak dipedulikan. Kepercayaan Amara perlahan dihancurkan oleh pria itu.
Amara sedih, Amara sakit, Amara terluka meratapi kehidupan rumah tangganya yang tak pernah bahagia. Amara kecewa, Amara lelah, Amara iri dengan kehidupan pasangan lain di luar sana. Kapan Amara dapat bahagia seperti sebelumnya? Kapan Jason akan berubah dan mulai peduli padanya? Kapan Jason akan mengingatnya sebagai istrinya lagi?
Amara menghapus jejak air matanya yang luruh. Ingin sekali Amara menjerit sekuat-kuatnya untuk melampiaskan sakit hatinya. Amara benar-benar tak tahu jika rumah tangganya akan berakhir miris. Berbeda sekali dengan janji manis yang Jason haturkan padanya dulu. Semuanya hanya tipuan belaka, tidak ada yang benar-benar nyata.
Amara tak bisa menahan semuanya lagi, sudah cukup buah kesabarannya selama satu tahun ini. Ia tak akan bisa bertahan lebih lama untuk menggenggam janji manis pria yang tak benar-benar mencintainya.
Jason pembohong, Jason penipu, Jason tak mencintainya, Jason tak peduli padanya. Jason hanya pembohong yang sengaja memanfaatkan kepolosan seorang gadis untuk memenuhi hasratnya. Jason hanya ingin mengekangnya dalam hubungan palsu yang di dalamnya tidak ada cinta, kepercayaan dan kebenaran. Semua yang Jason ungkapkan adalah kepalsuan.
Amara meringis. Kenyataan itu mengiris hatinya, menampar wajahnya, menguras emosinya. Kenyataan itu membuat jiwanya rapuh, perasaan dulu yang pernah ada perlahan-lahan memudar karena lara yang bertahan begitu lama.
Amara tak tahan lagi akan semuanya, Amara ingin bebas. Amara ingin lepas dari segala kepalsuan hubungan ini. Amara ingin terbebas dari Jason Alfredo untuk tahun-tahun selanjutnya. Amara tak bisa bertahan lebih lama saat laki-laki itu mencampakkannya.
Amara menyeka air matanya, meredam tangisnya, Amara terduduk lesu, menangisi foto kebahagian yang dulu pernah ada.
“Mungkin … sesuatu yang buruk pantas diakhiri.”
Hari-hari berikutnya… Amara bersandar pelan di pintu apartemennya. Badannya terasa lemas tak bertenaga. Mungkin karena terlalu memaksakan diri untuk bekerja pagi ini. Matanya ia pejamkan rapat, menikmati semilir air conditioner di malam hari yang serasa merasuk ke dalam tulangnya. Amara merasakan separuh jiwanya digenggam ketenangan, sementara separuh lainnya dihempas angan.
“Hello, Darling.” Mata Amara yang awalnya terpejam erat kembali terbuka. Amara membelalakkan matanya saat melihat sesosok pria yang amat dikenalinya. Tepatnya, pria yang mendapatkan posisi terindah di hatinya. Namun, posisi itu perlahan-lahan tergeser karena lara yang ada.
“J—Jason, kenapa kau ada di sini?” tanyanya terkejut. Bukannya pria itu sangat sibuk, sampai-sampai selama tiga minggu ini Jason tak ada kabar untuknya. Menghilang begitu saja. Memberikan pesan singkat padanya saja pria itu enggan. Suami macam apa Jason sebenarnya?
Jason menarik senyum tipis, mendekati wanita tercintanya. Jason menarik lembut tubuh rapuh itu ke dalam pelukannya. Jason memejamkan matanya erat, menikmati wangian lembut yang menguar dari tubuh istrinya. “I miss you, Darling,” ujarnya pelan. Tersirat akan kesungguhan.
Amara sempat membatu dalam pelukan hangat Jason. Ini adalah pelukan pertama setelah satu tahun lamanya, tetapi wanita itu malah menarik mundur tubuhnya. Amara tak lagi menginginkan pelukan yang sama setelah satu tahun lamanya. Amara menjauh, memberikan jarak antara tubuhnya dengan Jason. Amara belum yakin akan sebagian hatinya. Ia tak mungkin melakukan hal yang sama untuk kedua kalinya.
Tentu saja Jason akan terkejut dengan tingkah istrinya. “Ada apa denganmu, Amara?” tanya Jason bingung. Pria itu menyelami mata gelap istrinya dengan begitu dalam, ia hanya ingin mencari jawaban dari mata yang tak pernah berbohong. Tetapi, wanita itu malah membuang muka. Seakan muak menatap wajah tampannya lagi. Ada apa sebenarnya? Apa Jason berbuat salah pada Amara? Ataukah Amara sudah muak menjalin hubungan cinta dengannya?
“Amara! Jelaskan padaku apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa kau malah menjauhiku?” cecar Jason. Jason menarik kasar pundak Amara untuk menatap wajahnya.
Amara mendengus pelan, menjauhkan tangan Jason dari pundaknya. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis. “Harusnya aku yang bertanya.” Amara terkekeh pelan. “Tiga minggu ini kau pergi ke mana? Apa sebegitu sibuknya dirimu, sampai-sampai kau tak sempat mengabari istrimu sendiri? Atau, diam-diam kau berkencan dengan wanita cantik di luar sana?”
Mata Jason menajam, giginya menggertak kencang. Kedua tangannya terkepal di kedua sisi tubuhnya. Pria tampan itu sungguh tak menyangka jika Amara memiliki kepercayaan tipis akan hubungan keduanya. Wanita itu malah menuduhnya berkencan dengan wanita lain tanpa bukti apa-apa. Namun, Jason tak mungkin mengedepankan emosinya kali ini. Ia harus lebih sabar menghadapi wanita pemarah dan pencemburu seperti Amara. “Apa maksudmu, Amara?! Ucapanmu itu sama sekali tidak benar! Aku tidak berkencan dengan wanita lain!” Hati Jason memang mencoba bersabar, namun mulutnya berkata lain. Ia malah membentak Amara dengan kata-kata kasarnya.
Amara berdecak mengepalkan tangannya kuat. “Oke. Aku percaya jika kau tak berkencan di luar sana. Namun, setahun ini kau ke mana, Jason? Ke mana Jason yang dulu pernah aku kenal? Ke mana orangnya? Kenapa dia lenyap begitu saja?” Amara meringis, air matanya tumpah begitu saja.
Jason menjambak rambutnya frustasi, apa yang harus ia katakan pada istrinya? Apa tidak cukup selama ini ia bertahan di sisi Amara memenuhi segala kebutuhan istrinya? Kenapa Amara malah menuntut lebih? Seharusnya Amara percaya padanya, percaya aku cinta tulusnya. “Amara, aku sudah berkata padamu. Jika kau ingin bersamaku kau harus percaya padaku!” tegas Jason. Dirinya bukanlah tipe pria lembut yang selalu mengalah demi kemenangan wanitanya. Cukup bertahun-tahun yang lalu dia mengalah.
Amara meringis. “Aku sudah mempercayaimu, Jason! Aku sudah melakukan yang terbaik seperti yang kau inginkan! Tapi apa? Kau malah melupakanku, meninggalkanku, tak memedulikanku! Aku hanya ingin kasih sayang dan perhatian darimu, Jason. Tidak lebih! Kau tak memberikan itu padaku setahun ini. Jelas aku marah, jelas aku kecewa, jelas aku membencimu!”
Amara meraung-raung menumpahkan tangisnya di sana, wanita itu melampiaskan perasaan yang ia tahan selama ini dengan begitu mulus di depan suaminya. Amara hanya ingin Jason sadar-sadar dengan apa yang telah pria itu lakukan padanya.
Emosi Jason perlahan mulai naik, pria itu melampiaskan emosinya dengan meninju dinding apartemennya. Darah segar mengucur akibat Jason terlampau kasar memukul dinding yang tak bersalah itu.
Amara hanya dapat melirik Jason sekilas, pandangannya memburam karena gumpalan air mata yang mengucur deras. Amara tak mendekati Jason ataupun menenangkan pria itu seperti sedia kala. Amara membiarkan Jason terlarut akan emosinya agar pria itu sadar dengan sendirinya.
Pikiran Jason perlahan tercerahkan, lantas menghela napas dalam, mengusap kasar wajah tampannya. Jason membiarkan darahnya mengucur begitu saja. Ia mendorong egonya menjauh untuk sementara, pria itu berjongkok di hadapan istrinya. Jason menangkup wajah cantik itu.
Suara Amara tercekat saat tahu Jason langsung sadar dalam waktu singkat hanya karena tangisnya. Pria itu bahkan melupakan egonya hanya untuk memperbaiki hubungan keduanya. Air mata Amara mengucur deras.
“Amara,” panggil Jason lembut. Jason mengusap air mata di wajah ayu istrinya. “Oh, hush, My Dear. It’s been a difficult year and terrors don’t prey on innocent victims. Trust me, Darling. Trust me, Darling.”
Amara meringis meredam tangisnya, kenapa rasanya sesakit ini? Amara memejamkan matanya erat, membiarkan Jason menghipnotis dirinya dengan suara lembut miliknya.
“It’s been loveless year. I’m a man three fears, integrity, faith and crocodile tears. Trust me, Darling. Trust me, Darling,” tutur Jason lembut, kedua tangannya membelai lembut rambut istrinya.
“So … look me in the eyes.”
Amara menurut, menatap mata indah Jason dengan begitu dalam. Ada sorot penuh permohonan di sana, Jason memintanya untuk percaya.
“Tell me what you see … perfect paradise, tearing at the seams?”
Amara memang melihat surga indah yang terjalin di mata Jason. Amara meringis, kenapa ia sebodoh ini? Kenapa ia tak benar-benar mengenal siapa suaminya? Kenapa Amara juga harus luluh semudah ini juga?
“I wish i could escape it, i don’t wanna fake it. Wish i could erase it, make your heart believe.”
Amara menggeleng-gelengkan kepalanya, memeluk erat leher suaminya. Amara menangis sejadinya-jadinya di sana. Jason membalas pelukan istrinya tak kalah erat. Melampiaskan kerinduannya dengan satu pelukan itu.
“I’m bad liar. Now you know, Amara.”
Cerpen Karangan: Febi Auliasari Halo, aku Febi. Mahasiswa semester dua jurusan Hukum Tata Negara. Aku suka banget nulis di Wattpad. Terkadang aku juga nulis cerpen buat ngisi waktu luang. Semua genre aku suka, terutama misteri thriller. Aku penulis romance yang enggak punya pengalaman romance sama sekali. Aku introvert, pendiam, penyendiri, dan susah bergaul. Kalian bisa mampir ke Wattpad aku di @Annelysme.
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 5 Februari 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com