Nora tahu jika mencintai dalam diam itu memerlukan konsekuensi. Iya! Gadis itu sudah tahu betul jika ia tidak menyatakan perasaannya, cintanya tak akan pernah terbalas. Namun, Nora sadar diri. Tidak mungkin orang yang ia cintai mencintainya kembali.
Nora mencintai seorang laki-laki yang sangat sulit digapai. Dia adalah Reihan Juandra. Penyayi solo yang sedang naik daun saat ini. Awal mula Nora menyukai Reihan adalah saat Reihan tampil membawakan single andalannya yang berjudul ‘Take Me To Your Heart’. Suara merdu Reihan langsung saja menembus dinding pertahanan Nora. Nora jatuh cinta untuk pertama kalinya.
Waktu itu kampusnya sedang mengadakan acara seru-seruan untuk merayakan kelulusan. Nora ikut tergabung menjadi panitia kala itu. Sehingga ia berkesempatan mendengarkan suara merdu Reihan.
Sungguh, Nora tak tahu bagaimana ia bisa jatuh cinta pada laki-laki itu. Jujur saja, suara Reihan tak semerdu Justin Bieber. Wajahnya pun misterius. Di setiap penampilannya Reihan selalu memakai topeng. Nora sanksi jika Reihan akan setampan Justin Bieber. Namun, kenapa Nora mencintai Reihan alih-alih Justin Bieber? Ya, gadis itu masih kebingungan setengah mati. Kenapa harus Reihan?
Saat ini Nora mendengarkan suara lembut Reihan yang mengcover salah satu lagu favoritnya, yaitu lagu boyband Korea TXT yang berjudul ‘Anti-Romantic’. Lagu itu menampar harapan Nora yang ingin bersanding dengan Reihan. Nora tertampar telak, tapi lagu itu tak membuatnya sakit hati. Ia malah menikmatinya.
“Nora!” Lagu yang mengalun di telinganya terpaksa ia pause saat namanya dipanggil. Nora menghela napasnya pelan saat melihat teman dekatnya—Reno—laki-laki kutu buku, berkacamata, dengan rambut ikalnya tersenyum padanya dengan tumpukan buku tebal di pelukannya.
Gadis itu dengan sigap membantu Reno dan menaruh buku itu di atas meja. “Kenapa bawa buku banyak-banyak?” tanya Nora. Mereka ada tugas membuat makalah. Memang membutuhkan banyak referensi, tapi tak sebanyak ini juga.
Reno hanya tertawa dan duduk di sampingnya tanpa dosa. Walaupun bisa dikata ‘cupu’, Reno adalah orang yang ceria. “Enggak papa kali, Ra. Kali aja kita perlu semuanya, jadinya enggak usah cari buku lagi,” begitulah tanggapan Reno yang mulai membuka laptopnya. Nora hanya menghela napas dan mendekat pada Reno. Ia ingin tahu perkembangan makalah mereka. Niatnya Nora ingin melihat makalah mereka. Namun, gadis itu keburu dilanda kesalahpahaman saat Reno menyimpan foto Reihan di galeri laptopnya.
“Ren … kok lo nyimpen foto Reihan?” tanya Nora spontan. Reno kelabakan, langsung saja menutup laptopnya. Seperti maling yang takut ketahuan, Reno menoleh ke kiri ke kanan canggung. Laki-laki itu tidak memberikan penjelasan sama sekali.
Tentu tingkah Reno saat ini membuat Nora kesal setengah mati. Nora menarik lengan Reno dan memaksa laki-laki itu menatapnya. “Jelasin, Ren! Kenapa lo nyimpen foto Reihan? Lo suka sama dia juga?!” cecar Nora tak sabar. Reno meneguk ludahnya susah payah. Dari ekspresinya dia sangat terintimidasi oleh tatapan Nora. “Sebenarnya … gue sama Reihan itu temenan,” aku Reno.
“HAH?!” Nora melotot tidak percaya. “Kok bisa?!” bingungnya. “Ya bisalah, Ra. Reihan kan cowok, gue juga cowok, jadi enggak aneh kalau kita temenan.” Reno melepaskan tangan Nora yang mencengkeramnya erat. “Lo enggak percaya sama gue?” Nora menggeleng polos. Rasanya tidak mungkin. Bukannya ia ingin merendahkan Reno, tapi tetap tidak mungkin saja. Reno dan Reihan berteman itu seperti keajaiban. Nora sulit sekali mempercayainya.
“Kalau lo enggak percaya, ya udah. Gue udah jujur sama lo,” tukas Reno. “Oh, iya. Satu hal lagi yang lo perlu tahu … Reihan itu ada di deket kita. Dia deket banget malah.”
—
Siapa Reihan itu? Nora mulai bertanya-tanya. Waktu itu Reno meninggalkannya tanpa penjelasan apa-apa. Kata Reno, Reihan ada di dekat mereka, tapi Nora tak tahu Reihan yang dimaksud itu yang mana. Tidak ada laki-laki di kelasnya yang mirip dengan Reihan. Kalaupun ada, mungkin sudah sejak lama Nora membuntuti laki-laki itu dan menyatakan perasaannya. Hanya karena perkataan Reno. Nora kepikiran berhari-hari. Sampai makan pun tidak terasa sedap lagi.
“Mikirin apa lo?” Nora tersentak sejenak. “Ah, lo, Jun,” ujarnya kemudian. “Kalau gue emangnya kenapa? Lo ngarepin orang lain?” tanya Juan sembari menyeruput minumannya. “Hari ini lo lihat Reno apa enggak?” Nora memilih mengalihkan pembicaraan daripada menjawab pertanyaan Juan. “Reno?” Ada nada tidak suka di sana. “Kenapa harus Reno?”
Nora kebingungan menjawab pertanyaan Juan. Apa yang harus dikatakannya? Ia tidak mungkin menjawab yang sebenarnya. Ah, tapi berbohong bukanlah keahliannya. “Gini, Jun,” Nora mencoba menjelaskan. “Sebenarnya, Reno ngasih tahu sesuatu yang bikin gue bingung sekaligus penasaran. Masa dia temenan sama Reihan!” “Uhuk! Uhuk!” Juan tersedak. “Lo bilang apa tadi? Reihan?” “Iya! Reihan Juandra yang lagi populer ituloh!” Lagi-lagi Juan tersedak. “Lo kenapa, sih? Kok batuk-batuk mulu,” bingung Nora sambil menyerahkan air putih pada Juan. “Kalau minum itu hati-hati, Jun.” Juan meminum air putih pemberian Nora. “Jadi, lo nyari Reno karena penasaran sama Reihan?” Nora mengangguk.
“Gue mau kasih tahu lo satu rahasia,” Juan mengatakannya susah payah. “Sebelum itu lo harus jawab pertanyaan gue.” Nora kembali mengangguk. “Apa lo suka sama Reihan?” Aduh, kenapa tebakan Juan tepat sekali? Bagaimana Juan bisa tahu?
Tidak ada gunanya berbohong lagi, lebih baik ia mengaku. “Gue emang suka sama Reihan. Lebih ke cinta, sih. Udah lama banget gue pendem perasaan ini. Sumpah, rasanya enggak bisa gue tahan lagi!” ungkap Nora. “Gue enggak tahu kenapa gue bisa cinta sama dia. Padahal, dia enggak terlalu menarik. Suaranya enggak bagus-bagus amat. Wajahnya misterius banget lagi. Gue bingung sendiri, kenapa gue bisa suka sampai jatuh cinta sama dia?”
Juan menatap Nora dalam. Ia tak tahu jika Nora akan jatuh cinta dengan cara seperti ini. Gadis kutu buku, anti sosial dan menjauh dari laki-laki jatuh cinta. Suatu keajaiban yang mengejutkan. “Kalaupun Reihan enggak seganteng atau seluar biasa imajinasi lo, lo bakal mau sama dia?” Kali ini Juan bertanya dengan serius. “Gimana, ya, Jun. Selama gue kenal Reihan, gue enggak pernah tahu rupa dia kayak apa. Gue cuma denger suaranya. Jujur aja, gue sering banget stalk Instagram, YouTube, dan Twitter dia. Dia enggak pernah lihatin wajahnya, tapi walaupun dia jelek gue yakin. Gue tetep cinta sama dia. Karena gue jatuh cinta bukan karena wajahnya. Awalnya gue suka sama suaranya, tapi jika dipikir-pikir. Suara Reihan enggak sebagus itu, jadinya enggak mungkin gue jatuh cinta gara-gara suaranya,” Nora menjeda ucapannya dan menatap Juan. “Setelah gue pikir lagi … gue cinta sama Reihan karena dia itu Reihan. Dia enggak neko-neko, dia baik banget, dia enggak pernah sombong, dan dia selalu jadi dirinya sendiri. Karena itu gue cinta sama dia.”
Penjelasan Nora yang super panjang membuat Juan ternganga. Di sisi lain, Juan semakin ragu mengatakan yang sebenarnya. Apa Nora akan menerima kenyataannya?
“Sekarang kasih tahu satu rahasia itu,” tuntut Nora. Juan beralih menggenggam tangan Nora. Nora merasa tidak nyaman. Namun, Juan menggenggam tangannya sangat erat. “Gue minta maaf banget kalau seandainya enggak sesuai harapan lo.” “Maksud lo gimana?” “Gue Reihan Juandra. Orang yang lo cinta.” Pernyataan itu sungguh mengejutkan Nora. Bagaimana mungkin Juan yang ia kenal sejak lama adalah Reihan? Bagaimana mungkin? Juan yang dikenalnya tidak bisa bernyanyi, itu sepengetahuannya.
“Please, jangan bohongin gue.” Juan mencakup kedua pipi Nora. “Coba lihat mata gue,” pinta Juan. Nora menurut dan menatap mata Juan. Ada sensasi ‘itu’ saat ia menatap dalam mata Juan. Benarkah Juan adalah Reihan? “Gimana? Lo ngerasain sesuatu?”
Nora mengangguk. “Coba lo nyanyi. Gue mau denger suara lo. Apa lo bener Reihan yang gue kenal?” Kali ini giliran Juan yang mengangguk. Juan mulai bernyanyi. Mendengar nyanyian Juan untuk pertama kalinya, air mata Nora langsung jatuh. Juan tidak berbohong, memang benar Juan adalah Reihan. Suara Juan sangat persis dengan suara Reihan.
Nora menangis kencang. Bagaimana bisa dirinya tertipu seperti ini? Bagaimana ia tidak bisa mengenali sahabatnya sendiri? Bagaimana bisa ia tidak menyadari perasaannya yang tumbuh sejak lama?
“Hey, Nora. Kenapa lo nangis?” Nora memukul perut Juan. “Kenapa lo bohongin gue?! Kalau lo jujur dari awal enggak mungkin gue sefrustasi ini! Lo jahat banget, Jun!” “Gue minta maaf, Ra.” Juan memeluk erat Nora. “Gue enggak percaya diri sama diri gue yang sekarang. Karena itu gue sembunyiin identitas gue dari semua orang.” “Enggak gitu juga kali, Jun!” teriak Nora. “Seharusnya lo kasih tahu gue. Gue kan sahabat lo juga.” Juan melepas pelukannya. “Iya, gue minta maaf. Gue janji enggak bakal bohongin lo lagi.”
Gadis itu melepas pelukan Juan lantas mengusap bekas air matanya. Isakan Nora masih terdengar. Menyadari apa yang terjadi, Nora memalingkan wajahnya. Gadis itu tersipu mengingat jika ia telah menyatakan perasaannya pada Juan secara gamblang. Ah, memalukan sekali jika diingat lagi.
Juan kebingungan melihat Nora yang beralih membelakanginya. Apa kesalahannya begitu fatal sampai Nora tak ingin memaafkannya? “Ra. Lo enggak mau maafin gue, ya?” Oh, astaga. Rupanya Juan salah paham padanya. Namun, tidak mungkin Nora jujur kalau dirinya malu setengah mati dengan tindakannya tadi. “E—enggak kok! Gue udah maafin lo,” gugup Nora. “Terus kenapa lo enggak mau natap gue?” Gue malu, Juan! Ingin sekali Nora meneriakkan kalimat itu. Dasar, Juan tidak peka!
Juan terdiam sesaat sebelum dapat memahami situasinya. Pipi laki-laki itu tiba-tiba memanas. Juan berdeham canggung lantas berbalik memunggungi Nora. Posisi mereka saat ini saling punggung-punggungan.
“Ra,” panggil Juan sangat pelan. Nyaris terdengar seperti bisikan. “Apa?” jawab Nora yang tetap mempertahankan posisinya. “Gue juga cinta sama lo.”
Cerpen Karangan: Febi Auliasari Halo, aku Febi. Mahasiswa semester dua jurusan Hukum Tata Negara. Aku suka banget nulis di Wattpad. Terkadang aku juga nulis cerpen buat ngisi waktu luang. Semua genre aku suka, terutama misteri thriller. Aku penulis romance yang enggak punya pengalaman romance sama sekali. Aku introvert, pendiam, penyendiri, dan susah bergaul. Kalian bisa mampir ke Wattpad aku di @Annelysme.
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 17 Februari 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com