Ayah dan Bunda tewas di depan matanya. Kakaknya koma di rumah sakit. Harta keluarganya disita oleh bank dengan alasan yang tidak jelas. Pacarnya menikah dengan orang lain. Dipecat oleh atasan dengan tuduhan palsu. Semuanya terjadi dalam kurun waktu yang hampir bersamaan, seperti sengaja menghancurkan Kanaya hingga akarnya.
Langit biru mendadak dikerubungi awan gelap disertai angin kencang. Dibawah pohon maple yang besar, daun-daun maple yang tertiup angin gugur berjatuhan. Kanaya mendongak, melihat dirinya tengah dihujani daun-daun mapple yang dilepas paksa dari pohon sebab kencangnya angin yang menerpa.
Kenangan dirinya bersama sang ibunda dua tahun lalu kembali bangkit, bunda Kanaya pernah bilang, “Suatu saat, kamu akan kehilangan cintamu yang seharusnya bukan milikmu. Tapi kemudian, cinta lainnya hadir untuk menemani sisa hidupmu. Jangan khawatir tentang jodoh, nak. Akan ada seseorang yang terus berjuang untuk membahagiakanmu. Orang itu akan datang dan menjadi jodohmu, dan dia datang disaat yang tepat.” Tutur bunda membelai rambut Kanaya, membalas tatapan gelisah itu dengan tatapan teduh yang menenangkan. “Lalu bagaimana kalau sampai waktunya sudah tiba, dia gak datang, bun?” Bunda mencebik seraya menatap pohon mapple yang berhadapan dengannya dan putrinya. “Maka, pohon maple ini akan menjawab pertanyaanmu.” “Bunda bercanda? Bagaimana bisa pohon menjawabku, bunda? Apa pohonnya bisa bicara?” Kala itu, Kanaya masih sekolah, masih menjadi orang yang penasaran dengan banyak hal, masih suka mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban sampai kepikiran. “Hhmm… Kamu lihat aja nanti.” Bunda menjawab singkat, dan menggantung, membuat Kanaya semakin penasaran.
Kanaya tertawa, dia menganggap itu hanya lelucon yang paling aneh yang pernah bunda katakan. Dan sekarang, dia bertingkah lebih konyol karena kenangan itu.
“Hei, pohon maple, aku kembali karena bunda bilang aku akan mendapatkan jodoh di waktu yang tepat.” Air matanya menetes, setiap kali bibirnya memanggil bunda, ia gemetar.
Memandangi pohon maple besar nanti lebat itu, Kanaya menghapus air matanya. Entah mengapa, tangannya terulur ketika melihat satu daun yang jatuh tepat diatas kepalanya. Namun, dia terlonjak kecil saat ada tangan lain yang menangkap daun mapple yang hendak ia tangkap juga. Mata sembab yang masih tergenang air di pelupuknya, bergulir mengikuti kemana tangan itu berasal.
“Ke-Kevin?” Tapi, siapa Kevin?
2 tahun yang lalu. Bunda menyukai anak tetangga yang tampan dan baik. Kevin, ia dengan suka rela mengantar jemput Kanaya, dan Kanaya tidak masalah dengan hal itu. Selain itu, Kevin adalah anak yang nurut dan sangat melindungi Kanaya.
“Kalau ada apa-apa, Kevin siap bantu, tante.”
Kanaya juga sangat mengandalkan Kevin, entah itu tentang antar jemput jika Bobby, kekasihnya, tidak bisa antar jemput. Atau tentang yang lainnya seperti berbagi jawaban PR, berbagi makanan dan juga berbagi cerita. Kevin sering mendengarkan Kanaya marah, mengomel dan mengeluh tapi dia tidak keberatan dengan itu semua. Begitu juga Kanaya, merasa nyaman dan bahagia ketika di dekat Kevin karena dia bisa menjadi dirinya sendiri tanpa berpikir apakah tindakannya salah atau memalukan. Saat bersama Bobby, Kanaya tidak bisa menjadi dirinya. Ia berpikir, Bobby mungkin tidak menyukai, tapi tanpa dia sadari, menjadi sangat baik di depan Bobby juga kesalahan.
Bobby memutus hubungan dengannya tentu memiliki alasan. “Maaf Kanaya, kurasa hubungan kita cukup sampai disini. Kamu terlalu baik untukku, aku harap kamu menemukan seseorang yang sebaik dirimu. Seperti diriku.” Itulah kata-kata dari bibir Bobby yang tidak dapat diterima akal sehat Kanaya sampai detik ini, Bobby bilang begitu terakhir kali sambil memberi Kanaya surat undangan pernikahan dirinya dengan Irene, sahabat Kanaya.
Terlalu baik? Astaga, bukankah jika memang baik seharusnya dipertahankan bukan diputus seperti ini? Dasar cowok tidak punya hati. Bilang saja, aku ingin menikahi sahabatmu yang lebih baik darimu, perut Kanaya sakit setiap kali mengingat perkataan Bobby yang sangat menyebalkan itu.
Kevin juga tidak muncul belakangan ini. Tapi dia datang sekarang, disaat Kanaya benar-benar rapuh.
—
“Aku mendengar semuanya.” Ucap Kevin menatap intens kedua mata Kanaya. “Aku gak bilang apa-apa.” Timpal Kanaya, buru-buru menghapus sisa air matanya. “Benarkah? Lalu apa yang aku dengar ya? Suara sesegukan yang memanggil bunda…” Kevin memiringkan bibirnya, “gak mungkin pohon maple ini nangis, kan?” Imbuhnya menunjuk pohon besar di hadapannya.
Suasana hati Kanaya sedang buruk, dan tidak ingin menanggapi Kevin yang tidak ada menghibur dirinya.
“Mau kemana?” Tanya Kevin saat Kanaya mulai beranjak dari tempatnya. “Pergi, kenapa?” “Aku belum selesai.” Kevin menahan Kanaya dengan memegang tangannya. Kemudian membuka telapak tangan Kanaya lalu kembali mengatupkan jemarinya.
Kanaya membuka tangannya saat Kevin melepas tangannya. Sebuah kotak merah berbentuk hati yang diberikan oleh Kevin kepadanya. “Apa ini? Aku sedang berduka, tapi kamu seolah merayakannya dengan memberikan ini ke aku. Kamu keterlaluan, Kevin.” “Ini… Jawaban yang kamu inginkan.”
Hati Kanaya berdebar-debar kala jantungnya sempat berhenti berdetak satu detik yang lalu. Ia tersentak dengan ucapan Kevin, pikirannya kembali pada pertanyaan yang ia lontarkan pada bunda di depan pohon maple itu.
“Ayo kita habiskan sisa waktu kita bersama.” Bersamaan dengan itu, Kanaya membuka kotak kecil ditangannya. “Kamu dan aku, mari kita menikah.”
Cerita ini… Apakah akan sesuai dengan keinginan Kanaya? Atau berjalan seperti yang diharapkan bunda pada putrinya? Kalau jodoh Kanaya adalah Kevin, apa tidak masalah? Kanaya belum pernah memikirkan tentang Kevin sebagai seorang pria yang akan mengisi hatinya dan kehidupannya kelak. Ini semua kembali pada Kanaya.
Tapi jika ada yang bertanya, bagaimana Kevin bisa mencintai Kanaya? Sekali lagi, pohon maple memberi jawaban.
Fakta tentang daun maple yang jatuh, “Kalau bisa menangkap daun maple, kamu akan jatuh cinta dengan orang yang berjalan bersamamu.” Kevin percaya akan hal itu, bahwa Kanaya juga akan mencintainya sebab menangkap daun maple bersama.
End.
Cerpen Karangan: Xiuzeen Selamat membaca (^_^) Oh iya, kalian juga bisa temukan aku di Instagram (@Xiuzeen_) Have a nice day.
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 23 Maret 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com