“Senja, senja, senja terus” Ucapku kala itu dengan wajah cemberut. “Bagus loh Ren, apa sih salah senja?” Tanyanya. “Jelek ah, kaya apa sih alay gitu nggak sih? Banyak loh yang suka senja, aku nggak mau sama kaya mereka,” Jawabku dengan mendengus kesal. “Aku tuh pengen jadi yang lain, anti mainstream deh pokoknya,” Lanjutku dengan wajah yang lebih kesal dari sebelumnya hingga kedua alisku menyatu.
Dia hanya diam menatapku lalu menghela nafas, setelah itu Ia menolehkan kepalanya menatap senja di depan kami. “Jadi itu alasanmu benci senja? Padahal bagiku itu pemandangan terindah, nggak bosan tuh aku lihat setiap hari,” Ucapnya. “Dan, Rena cantik, apa sih salahnya kalau senja disukai banyak orang? Berarti itu bukti bahwa senja emang indah, indah banget bikin adem deh kalo lihat,” Lanjutnya dengan tersenyum lembut.
Aku merasa bersalah. Seperti, sebenarnya aku tak mau kalah dengan pendapatnya, namun entah mengapa aku menjadi merasa bersalah. Aku pun hanya terdiam, mengikuti pandangannya pada senja, iya memang indah. Egoku saja yang terlalu tinggi.
Enam tahun berlalu, aku melewati sebuah jalan yang rindang, dengan hati yang senang karena aku baru saja merayakan wisudaku. Memang, sebenarnya orangtuaku mengajakku makan malam di restoran untuk merayakannya, namun aku izin sebentar untuk menemuinya.
Dengan senang aku bertemu dengannya, ingin kuceritakan tentang hari ini, tentang wisudaku, tentang ayahku yang tidak sengaja salah memakai celana, ingin kuceritakan semua padanya, bahwa aku sangat menyukai senja, juga sangat mencintainya.
“Terima kasih udah motivasi aku untuk tetap hidup Riz, aku cinta kamu.” Setelah perkataanku itu, aku meletakkan setangkai bunga mawar di atas batu nisan yang bertuliskan namanya.
Cerpen Karangan: Noblue
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 7 April 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com