Laki-laki itu berhasil memikatku. Laki-laki yang dingin, tapi kalau bersama teman laki-lakinya menjadi ceria. Kurasa ia jaga jarak dengan perempuan? Kalau begitu, akan susah untukku mendekatinya. Tapi justru ada bagusnya bukan? Ia takkan mudah terpicu dengan wanita lain kalau-kalau ia sudah punya pasangan. Laki-laki yang keren. Fisiknya saja sudah keren. Warna kulit putih, rambut berwarna hitam kebiruan berantakan tapi ada rapinya, mata berwarna hijau, senyum semanis cokelat susu. Ia adalah Hayato Kamizake.
Sejak Hayato datang ke kelas, aku terus diam-diam memandanginya. Sampai akhirnya aku mengingat masa lalu yang cukup pahit soal dirinya. Refleks, aku berteriak, “AAAAA…!!!” Karena dikejutkan oleh sahabatku yang jahil. Asana Narukami. “Bisa nggak sehari saja nggak ngejutin?” “Nggak!” Aku memutar bola mataku. Aku kembali memandangi Hayato, dan akhirnya hal awkward terjadi. Mataku bertatapan dengan mata Hayato. Aku langsung memalingkan muka, “Aduh, pakai salting segala!” Asana yang sedang makan keripik itu sadar oleh kelakuanku. “Kenapa, Riha?” Aku menggelengkan kepala, “Nggak pa-pa,”
Bel berbunyi. Guru-guru mulai masuk kedalam kelasnya yang akan mereka ajar. Saat masuk, wali kelasku, langsung mengumumkan sesuatu. “Anak-anak. Seminggu lagi kita akan mulai ujian kelulusan karena bulan depan kalian sudah akan lulus,” Aku tersentak. Aku baru ingat soal itu. Aku sudah kelas 12. Tapi sama sekali tak ada perkembangan antara aku dan Hayato, aku bisa saja, atau memang sudah pasti, kami akan berpisah. Mungkin untuk selama-lamanya. Aku belum pernah melakukan hal yang namanya pdkt, sedikitpun.
“Asana,” panggilku. “Kalau misalnya kamu mau pdkt dengan seseorang, kamu bakal ngapain?” Bola mata Asana naik keatas, tanda kalau ia sedang berpikir. “Kurasa, aku akan memberi cokelat. Atau mendekatinya, atau bisa juga memberi sesuatu yang kubuat sendiri dengan keahlianku. Keahlianku menggambar, jadi aku bisa saja memberi beberapa lembar komik,” “Keahlian, ya..” batinku.
Sepulang sekolah, aku bergegas keluar kelas sampai akhirnya Asana menepuk pundakku. “Buru-buru amat, mau kemana?” “Supermarket, kamu mau ke warnet kan? Ya sudah, aku duluan. Bye!” Kataku sebelum aku ngacir pergi. Aku berbelanja lauk pauk yang sudah kurencanakan. Bodoh sekali aku karena terlarut dalam pikiran sendiri dan tak mendengar penjelasan guru. Habislah aku, ada kemungkinan kesusahan mengerjakan ujian minggu depan. Tapi kalau belajar dan berdoa, ya bisa lah hehe..
Keesokan harinya, aku bangun pagi-pagi sekali. Kumasak bahan yang kubeli kemarin, dan menatanya sampai menurutku cantik di kotak bekal terbaik milikku. Aku menaruh kotak bekalnya dengan hati-hati serta membawanya ke sekolah dengan hati-hati pula.
Aku sendiri di kelas. Masih belum ada yang datang. Tapi mungkin ini keuntunganku selalu memperhatikan Hayato, aku hafal kalau ia selalu datang pukul 07:02. Entah bagaimana ia bisa selalu datang diwaktu yang sama. Sudah pukul 07:02. Benar saja, ia datang. Kami berduaan di kelas. Aku gugup sekali, padahal tidak menatapnya, aku bisa tahu kalau wajahku memerah. Kutarik napas, memberanikan diri. Memberi sekotak bekal yang kubuat dengan cinta untuk dirinya. Aku membawa kotak bekal itu dan berjalan menuju ke Hayato. Mungkin ini pertama kalinya aku berbicara dengannya, atau mungkin pernah tapi aku tak ingat.
“Hayato. Um.. Ini, kotak bekal. Bisa menghemat uang jajanmu kan?” Kataku gugup. “Kenapa tiba-tiba?” Aku tak menjawabnya, hanya bergumam, “Um..” Ia tersenyum, “Jangan pikir aku tak tahu,” hah? Apa maksudnya? “Aku tahu kau selalu memperhatikanku, dan Akeno juga pernah bilang padaku..” “Kau suka padaku, kan?” Oke, aku malu sekali. Karna mukaku yang pasti sangat merah!! “Eh..” aku menghela napas. “Kalau iya, kenapa? Kenapa kau tak pernah berbicara padaku?” “Kau pikir aku juga tak gugup?” Aku menahan diri untuk tetap tenang.
“Terima kasih kotak bekalnya. Kuharap cinta kita bisa dimulai dari kotak bekal ini.”
Cerpen Karangan: Adzra Afifah Cerita romantis pertama. Mungkin?
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 15 April 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com