“Lu beneran gak ada perasaan sama dia?” tanya Gina, sahabatnya yang sedang memakan bakso di kantin itu. “Hmmm.” “Lo kan udah deket banget sama dia, semua orang juga taunya lo sama dia pacaran.”
Nana menaruh garpu dipiring bekas siomaynya. “Gin, gue pernah bilang. Sedeket apapun orang baru, kalau itu enggak orang lama, gak bakal bisa gantiin posisi orang lama di hati gue, Gina. Lo tau sendiri kan, Ari itu orangnya gimana? Gue masih sayang banget sama dia.”
Ari adalah lelaki yang bisa memluluhkan hati Nana waktu itu. Saat dimana, Nana sangat patah hati terhadap masa lalunya. Ari pun datang membawa keceriaan, membangun benteng benteng cinta di hati Nana sendiri.
Ari bukan pacar, bukan juga seseorang yang istimewa. Namun, bersama Ari adalah hal istimewa di hidup Nana. Takdir yang terus Nana lawan lewat doa. Kehadiran Ari dengan cerita randomnya setiap hari, mampu menerbitkan bibir tipis Nana melengkung ke atas.
Bagi Nana, Ari adalah anugerah Tuhan yang wajib dijaga. Dan jangan pernah disia siakan.
“Tapi nyatanya, Tuhan lebih sayang Ari, Gin.”
Refleks, Gina mendekat ke arah Nana. Sifat cengeng Nana tak lepas dari dirinya, terlebih saat semuanya harus mengingat Ari.
“Lo mau gue move on kan? Gue juga lagi berusaha, Gin. Gue berusaha buat lupain, Ari. Tapi, saat gue berusaha, semesta kayak lagi mempermainkan hati gue buat jangan lupain, Ari.” Air mata Nana luruh membasahi pipi.
Gina mengusap bahu getar Nana. Beruntung kantin sedang sepi, karena mereka sengaja membolos jam pelajaran Bu Eko, guru sejarah.
‘Nana dimana, lo gimana hari ini?’ kalimat sederhana dari mulut Ari masih membekas di pendengaran Nana.
Selama ia berusaha dekat dengan lelaki lain, Nana selalu mencari lelaki yang seperti Ari. Sifat Ari yang manja, sifat Ari yang mudah tersenyum, dan sifat Ari yang tidak ada di diri orang lain. Semuanya masih lengkap di memori Nana. Ari juga lelaki yang tak mudah menyakiti hati Nana. Makanya, Tuhan lebih sayang Ari dibandingkan melihat Ari bersama orang orang yang mudah menyakiti.
“Kenapa harus Ari yang pergi dari hidup gue, Gin?” “Udah, Na.” “Kenapa Tuhan gak pernah adil buat perasaan gue? Padahal gue cuma minta satu buat Ari ada di hidup gue selamanya.”
Perasaan Gina terpetik. Ia juga merasa tak sanggup berada di posisi Nana sekarang. “Na, hidup lo masih berjalan panjang. Enggak semua tentang Ari kan? Berusaha ikhlas yaa? Enggak harus dia kan di masa depan lo?” “Enggak, harus dia,” batin Nana menghapus air matanya yang jatuh.
Cerpen Karangan: Nadia Luthfita Faadhillah Blog / Facebook: Nadia Luthfita Ari tetap menjadi tokoh utama yang melegenda.
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 27 Mei 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com