Gilang membawa Raina ke tempat yang sebelumnya belum pernah mereka kunjungi. Sebuah bukit yang memiliki suasana sejuk dan pemandangan yang sangat indah mengelilingi mereka disana.
“Kamu memang selalu berhasil buat aku bahagia. Sebelumnya aku belum pernah ke tempat ini.” “Aku akan selalu membuatmu bahagia. Karena kamu adalah alasan dimana kebahagiaan aku ada.” “Benarkah?” “Iya, ya sudah ayo kita jalan-jalan disini.” Raina mengangguk menyetujui perkataan Gilang.
Mereka menikmati hari dengan berjalan-jalan disekitar bukit dan untuk Gilang mungkin ini kali terakhirnya berjalan-jalan bersama Raina karena dalam jangka waktu yang tidak sebentar Ia akan pergi meninggalkan Sang kekasih sendiri disini.
Hari semakin sore, Gilang mengajak Raina untuk pulang karena Ia tidak mau mereka sampai terlalu malam. Sampai beberapa jam kemudian mereka sampai di rumah Raina.
“Raina aku ingin bicara sesuatu.” “Apa?”
Gilang menghembuskan nafas gusar. Ia benar-benar ragu ingin mengatakan segalanya pada Raina. Apakah Raina tidak akan marah padanya karena memberitahu hal sepenting ini secara mendadak padanya. “Aku akan pergi ke Inggris.” Raina sedikit membulatkan matanya mendengar perkataan Gilang. Apa maksudnya sebenarnya? Pergi ke Inggris? Untuk apa? “Maksudnya? Tapi kenapa mendadak? Kamu mau apa kesana? Kapan kamu pergi?” “Aku akan melanjutkan study S2 di Oxford University. Besok pagi.” “Kenapa kamu beri tahu aku malam ini? Kenapa gak dari kemarin-kemarin.” “Maafkan aku sayang aku gak bermaksud untuk kasih tahu ini semua secara mendadak seperti ini. Tapi aku takut, entah kenapa aku selalu ragu kalau ingin mengatakan hal ini sama kamu tapi ini cita-cita aku ingin kuliah di Oxford. Kamu tahu itu semua kan?” “Iya aku tahu dan aku faham. Kamu pergi, kejar cita-cita kamu. Aku akan selalu berdo’a yang terbaik untuk kamu sayang.” “Makasih. Apa kamu gak marah?” “Marah? Atas dasar apa aku marah? Aku sama sekali gak marah, aku justru sangat bahagia bisa melihat kamu sukses dan keinginan kamu sejak dulu untuk kuliah di Oxford University akan terlaksana.” “Kalau begitu aku pulang dulu yah. Masih banyak barang-barang yang belum aku kemas.” Raina mengangguk. Ia melihat mobil Gilang pergi dari rumahnya. Entah kenapa perasaannya tidak tenang setelah Gilang mengatakan akan pergi ke Inggris untuk kuliah. Tapi Ia harus menepis perasaan itu karena Ia tahu itu adalah cita-cita Gilang sejak bertahun-tahun lalu. Ia harus bahagia dengan keputusan Gilang.
Pagi ini suasana Bandara Soekarno-Hatta ramai dipenuhi banyak orang yang ingin terbang keluar daerah ataupun keluar negeri tapi tak sedikit pula yang hanya datang untuk mengantar sanak saudara mereka. Sama hal nya seperti Raina yang mengantarkan sang kekasih untuk terbang menuju Inggris. “Hati-hati disana yah sayang. Aku akan selalu berdo’a yang terbaik untuk kamu disini.” “Makasih. Aku akan pulang setelah aku mendapatkan gelar S2 di Oxford University. Itu janji aku sayang.” “Iya. Cepatlah pulang, aku akan menunggumu disini.” Gilang mengecup kening Raina dengan lembut sebelum akhirnya Ia pergi menaiki pesawat yang akan membawanya ke Inggris.
Pesawat Gilang lepas landas, Raina tak kuasa menahan air matanya melihat Gilang pergi jauh darinya untuk beberapa tahun. Tapi Ia tak boleh seperti ini karena itu adalah keinginan yang menjadi cita-citanya sejak dulu. Ia tak boleh menghalangi cita-cita Gilang karena itu adalah sebagian dari hidupnya. Selama satu jam lebih berada di bandara akhirnya Raina berjalan keluar dari Bandara dengan lunglai, tak ada niatan darinya untuk menaiki taxi karena kakinya terus menyeretnya kemanapun untuk pergi menjauh dari Bandara. Ia melihat kearah toko Televisi.
‘Pesawat dengan penerbangan Indonesia-Inggris baru saja mengalami kecelakaan akibat hujan badai. Sampai saat ini semua penumpang dinyatakan tewas. Berikut adalah korban tewas yang sampai saat ini kami peroleh.’
Raina dengan seksama melihat korban-korban tewas pesawat yang baru saja mengalami kecelakaan berharap Ia tak menemukan nama kekasihnya di daftar penumpang itu. Tapi nihil nama Gilang Saputra berada di paling atas dengan foto yang tertera di sampingnya. Raina tak kuasa menahan air matanya. Bagaimana tidak baru saja Ia tadi bertemu dengan kekasihnya dan saat ini Ia harus menerima duka atas kecelakaan yang menimpanya.
Raina terduduk di atas aspal jalan. Hujan deras mengguyurnya ditengah relung duka yang Ia peroleh. Seakan alam pun tahu jika ada anak manusia yang sedang bersedih disini.
Sejak saat itu Raina si ceria berubah drastis menjadi Raina si pemurung. Hujan yang telah mempertemukannya dengan Gilang dan hujan juga yang telah memisahkannya dari Gilang. Apa ini rencanamu Tuhan? Jika Ia aku ingin berharap jika hal buruk ini adalah sebuah mimpi! Mimpi buruk yang akan membangunkanku dari hal terburuk yang menimpaku.
—
Raina berdiri di depan rumah dengan guyuran hujan yang membasahi tubuhnya. Sudah sejak lama Ia tak merasakan hujan kembali sejak satu tahun setelah Gilang meninggal. Dan saat ini Ia ingin merasakan hujan itu lagi. Tadi dia bermimpi akan Gilang yang selalu menyemangatinya dan ingin Ia menjadi seperti dulu. Menjadi Raina yang ceria dan juga Raina si gadis penyuka hujan. Karena Raina adalah Rain dan dia adalah sebuah hujan sampai kapanpun Raina tak akan terpisahkan dari hujan.
Raina menengadahkan wajahnya menatap langit. Untuk sekarang Ia berjanji pada Gilang akan menjadi Raina yang dulu. Tak akan menjadi Raina yang seperti mayat hidup yang tak melakukan apapun selama setahun belakangan. Karena Raina telah kembali, dia kembali untuk Gilang. Karena Gilang adalah alasannya untuk tetap hidup! Alasannya untuk tetap tersenyum. Walaupun raga Gilang tak lagi bersama Raina tapi cintanya akan tetap hidup abadi dihatinya. Raina si gadis hujan akan berusaha tersenyum untuk Gilang.
TERSENYUM DIBALIK HUJAN.
THE END
Cerpen Karangan: Ineu Desiana Blog / Facebook: Ineu Desiana