Suara sayup-sayup kicauan burung perlahan menyapa pendengaranku membuatku tersadar, langkahku yang semula berat menjadi ringan. Hembusan angin dingin menyapu wajahku dan meniup beberapa helai rambut hitamku. Saat menunduk kulihat aku berdiri ditengah-tengah hamparan bunga lily semerah darah, aku ingat orang menyebutnya dengan ‘spider lily’. Beberapa menyebutnya sebagai lambang kematian, tapi menurutku bunga ini terlalu cantik untuk disandingkan dengan kata kematian. Atau mungkin justru karena bunga ini cantik sehingga disandingkan dengan kematian? Entahlah.
Aku melangkahkan kakiku dan merasakan tanah kasar yang lembab dibawah telapak kakiku. Merasa cukup melihat kebawah, aku mendongak. Langit jingga bak lukisan menyapa pengelihatanku, sekelompok burung melintas seolah didorong oleh angin. Didepan ada dua pohon mapel yang bersandingan, ada rasa sakit dan rindu saat aku melihatnya. Tanganku bergerak meremas pakaian putih yang kukenakan, tapi seketika segera menjauhkan tanganku dari pakaian putih yang kini ternoda merah.
Saat mengangkat kedua tanganku, seluruh telapak tanganku ternoda merah. Beberapa gambar terbesit di kepalaku dan membuatku mengernyit sakit. Aku ambruk jatuh dengan kepala yang tertunduk. Sebuah anak panah terlihat menembus tepat dimana jantungku berada, pakaian seputih salju kini semerah darah. Serupa dengan bunga indah disekelilingku. Aku bangkit perlahan menahan sakit dan perih di kakiku yang telanjang, berjalan menuju pohon mapel yang daunnya sewarna langit senja.
Rasa sesak dan sakit membuat air mataku jatuh, tubuhku seolah kehilangan tenaga dengan cepat. Hanya selangkah, hanya selangkah lagi aku bisa duduk dibawah pohon mapel besar itu. Namun kakiku sudah ambruk, aku terjatuh dan hanya bisa menatap pohon mapel indah didepan, dengan mata yang berair aku sejenak melihat seseorang yang kucintai disana. Berdiri memegang busur, aku tidak bisa melihat bagaimana ekspresinya. Saat sinar terakhir matahari sebelum tenggelam menyinari wajahnya, aku melihat air mata turun di wajah tampannya ataukah itu hanya karena mataku yang berair?
“Ke…na…pa?”
Sebelum mataku tertutup sepenuhnya, hal terakhir yang kulihat adalah sosoknya yang merosot jatuh dan bahunya gemetar. Setelah itu kurasakan banyak tangan meraih tubuhku dan menarikku kebawah, ke dalam kegelapan abadi. Ah, aku ingat sekarang. Mereka yang mati ditanganku dan aku yang mengkhianati orang yang paling kucintai. Ingatan itu kembali berputar di kepalaku,
Menjadi mata-mata dan akhirnya jatuh cinta, mengambil satu keputusan sulit untuk membunuh orang paling berkuasa di kerajaan Selatan atau mati. Aku ingat apa yang kau katakan di malam itu, malam saat kau melihatku membunuh seluruh keluargamu.
“Inikah balasan yang kudapat setelah mencintaimu sepenuh hatiku?”
Aku terdiam melihat raut wajah kecewa dan terkhianatimu, namun aku memilih tersenyum sinis meskipun hatiku berteriak kesakitan.
“Genggam tanganku dan kemarilah, kembali kemari lalu kita tinggalkan istana membosankan ini, hm?”
Nadamu selembut biasanya, meskipun bahumu gemetar, tangan yang kau ulurkan padaku terlihat sangat kokoh. Aku hanya diam dan menatap tangan kokoh itu, menahan mati-matian agar tidak meraihnya.
“Haruka!!” Teriaknya penuh putus asa saat salah satu pengawal kepercayaannya masuk dan mengarahkan anak panahnya padaku. “Jangan tembak! Haruka! Kemari… kumohon!”
Dengan katana di tanganku, aku maju. Menerjang maju tanpa sedikit pun niat didalam hatiku untuk menyakitinya. Kulihat dia merebut busur dan panah dari pengawal kepercayaannya dan menembakkannya padaku tepat di jantungku. Aku lega… sangat lega karena dialah yang melakukannya.
Aku berbisik pelan saat jatuh di pelukannya,
“Tolong… jangan.. memaafkanku.. Aku mencintaimu… Ryuu…”
Seandainya… aku diberi satu lagi kesempatan, aku hanya ingin hidup bersama dengannya di sebuah rumah kecil dengan taman bunga penuh spider lily kesukaanku di halaman rumah kami. Tapi semuanya percuma, yang terjadi biarlah terjadi dan aku menerima takdirku. Setidaknya, membayangkan hal itu di napas terakhirku mampu membuatku tersenyum.
– Spider Lily selesai –
Cerpen Karangan: GummyGum