Daun berguguran tak terasa kini sudah musim gugur, waktu pertama kali kau menyatakan cinta padaku hingga kita melanjutkan cinta kita ke jenjang yang lebih serius.
“Sekarang aku sedang mengandung anakmu Rino usia kandungan bayi kita sudah memasuki 8 bulan bentar lagi aku akan melahirkan, bagaimana kabarmu disana?.” “Iya Sina, aku disini baik-baik saja kok, bentar lagi aku akan pulang dari kerjaanku ini. Maaf banget aku belum bisa di sampingmu, menemani hari-harimu yang sedang hamil.” Air matanya mengalir keluar ketika mengucapkannya, sungguh sedih rasanya ketika istri yang sedang hamil tapi tidak bisa menemaninya disampingnya karena ada kerjaan yang menuntutnya.
“Gak apa-apa Rino, kamu disana jaga diri baik-baik, aku disini akan nunggu kamu pulang.” Wajahnya menyimpan begitu banyak kesedihan tapi harus tetap kuat karena bagaimanapun dia akan menjadi seorang Ibu yang pasti harus penuh kesabaran untuk mendidik anak nantinya. “Makasih sayang jaga kesehatan disana yah.” Suaranya penuh dengan kesedihan tapi harus tetap tersenyum mengingat istrinya yang bahkan begitu hebat bisa melalui semua itu, tentu saja dia harus tetap bisa juga.
“Iya, bye.” “Bye juga.”
Mas Rino aku akan tetap setia menunggumu pulang kesini dan aku akan mengerti dirimu bahkan jika kamu tak bisa hadir disaat aku melahirkan.
Disaat-saat seperti ini aku teringat kembali dengan masa-masa kita dulu, masa-masa dimana kita yang belum menikah dan sedang dimabukkan dengan sebuah cinta. Kita melalui masa-masa itu dengan begitu banyak cobaan yang datang hingga kita pernah hampir putus tapi kita tetap berhasil melalui semua cobaan itu sampai akhirnya kita memutuskan untuk ke jenjang yang lebih serius.
Waktu itu ditengah turunnya hujan yang begitu deras aku memberi taumu bahwa aku hamil dan kau begitu senang dengan menampilkan senyumanmu yang begitu cerah sekaan tidak peduli dengan turunnya hujan yang begitu deras di luar. Dunia ini adalah miliki kita berdua saat itu. Sampai-sampai kau mengajakku untuk membeli perlengkapan anak kita, padahal aku baru saja hamil beberapa minggu saja, tapi dirimu seakan sudah tak sabar menantikan anak yang ada di perutku ini lahir.
Waktu-waktu pun sudah berlalu begitu saja, musim-musim pun sudah berganti, burung-burung mulai berterbangan untuk pulang kerumah disaat datangnya senja.
“Sekarang.” “Bagaimana kabarmu.” “Apa yang kau lakukan disana.” “Anak kita sudah lahir, dia benar-benar mirip denganmu. Aku memberinya nama Dino padanya dan kini dia sudah berumur 8 tahun sungguh tak terasa begitu cepat waktu berlalu.”
Ini sudah 8 tahun kepergianmu meninggalkan aku disini Dino, aku masih bertahan sampai sekarang ini karena ada harapan yang masih harus aku jaga yaitu satu harapan darimu, anak kita.
Sekarang aku dan Dino sedang berada di bawah senja kuceritakan semua kisah tentangmu dan aku, kuceritakan bahwa kau sangat menyayanginya dan kau itu tak pernah meninggalkan dia.
Air matanya mengalir dan aku bahkan tak bisa juga menahan air mataku ini akhirnya aku dan Dino menangis di bawah senja yang indah ini.
Cincin yang kau berikan padaku dihari pernikahan kita masih tersimpan rapi di jemari tanganku.
Aku akan melanjutkan hidup dengan harapan yang kau berikan ini, bahagia disana dan tunggulah aku menyusulmu ketika diriku sudah berhasil membesarkan anak kita menjadi orang yang baik dan mempunyai seorang istri.
Daun-daun tetap berguguran bahkan disaat ini bukan musimnya untuk berguguran.
Cerpen Karangan: Nurul Ani Facebook: Nurul Ani