Pada malam ini bulan terlihat cerah tetapi tidak secerah terlihat dua insan sedang beradu mulut, tentang siapa yang salah dan siapa yang benar. Mereka mengeluarkan segala kemarahan yang keluar dari hati tanpa tau mereka akan merasa menyesal atau tidak.
“Udahlah kamu enggak bisa ngelak lagi,” ucap sang perempuan. “Aku enggak ngelak!, aku sama dia enggak ada hubungan apa apa,” ucap sang laki laki.
Mereka tidak berusaha menahan ego masing masing, kata demi kata yang menyakitkan keluar tanpa bisa dicegah. “Tapi kamu selalu ngabisin waktu kamu sama dia!, harusnya kamu paham pacar kamu tuh aku bukan dia!” suara sang perempuan semakin meninggi. “ALERA!” sang laki laki pun juga semakin menaikkan nada suaranya. “IYA APA!, GARA GARA DIA KAMU UDAH BERANI NGEBENTAK AKU, KAEL!” Alera mulai mengeluarkan air matanya. “AKU NGEBENTAK KAMU KARENA SIKAP KAMU YANG NGEBUAT AKU MUAK!” Kaelos mengusap wajahnya frustasi. “KAMU UDAH MUAK SAMA AKU?” keadaan mereka semakin runyam. “Enggak, maafin aku,” Kaelos merendahkan nada suaranya, mencoba sabar dengan sikap Alera. “Let’s break up,” ucap Alera, ia terlalu lelah dengan semuanya. Apa gunanya bertahan jika sakit yang selalu didapat?. “Gak,” Kaelos menolak. “Kamu gak sadar hubungan kita itu udah terlalu rusak,?” ucap Alera. “Maaf, ayo kita perbaiki lagi,” Kaelos memohon. “I can’t live without you, don’t leave me Alera,”. “Sorry, I’m tired Kael,” ucap Alera dengan tatapan kosong.
Jederrr Sekali lagi air mata Alera turun dan bertepatan dengan petir yang menyambar menandakan hujan akan turun. Sepertinya alam mengetahui keretakan hubungan mereka.
“Sampai kapanpun aku nggak akan mau kalau kita putus!” ucap Kaelos. “Kita, putus,” ucap Alera menekan. Setelah mengatakan itu, Alera pergi meninggalkan Kaelos tanpa mendengarkan segala ucapan yang keluar dari mulut Kaelos. “ALERA!” teriak Kaelos, hujan pun mulai turun membasahi seluruh isi dari bumi.
Kaelos tetap terdiam selama beberapa menit, tidak peduli dengan hujan yang membasahi tubuhnya. Menatap pedih kepergian Alera tanpa menoleh kearahnya. Alera tetap berjalan lurus membiarkan tubuhnya dibasahi hujan entah ia akan sakit atau tidak, Alera tidak peduli. Setidaknya ia bisa teriak dan menangis sekuat mungkin, melepas semua rasa sakit yang terpendam. Ingin rasanya melepaskan tetapi kenangan yang selalu menahan, sadar betapa rusaknya hubungan.
Pagi ini Alera meringkuk di bawah selimut tebal karena dingin yang menyerang, setelah hujan kemarin ia malah menggigil, mungkin kemarin adalah terakhir kali ia membiarkan dirinya dibasahi oleh hujan. Sungguh merepotkan!.
Dringgg Dringg Alera mengecek siapa yang meneleponnya, ternyata yang meneleponnya adalah Kaelos, ia membiarkan telepon itu.
Dringg Dringg Suara itu masih saja bordering, Alera menjadi kesal, Alera mematikan ponselnya agar tidak terdengar lagi. “Berisik,”. “Aku udah putus apa belum ya?” Alera bertanya pada dirinya sendiri. “Tapi aku nggak mau putus, masih sayang banget sama Kael,” Alera menyembunyikan kepalanya dibawah bantal.
Lelah berfikir bagaimana kelanjutan hubungannya dengan Kaelos, Alera lebih memilih untuk mengisi perutnya yang kosong. Alera membuka pintu kamarnya dan berjalan keluar menuju dapur. Walau sedang sakit ia masih kuat untuk membuat makanan sendiri. Alera membuka lemari makanan, ternyata hanya ada mie instan. Alera menghela nafas. “Gapapa deh, daripada ga makan,”. Alera memanaskan kompor dan mulai memasukkan mienya.
Tok tok tok “Siapa sih,” dengan terburu buru Alera mematikan kompor dan menuju keruang tamu untuk melihat siapa yang mendatanginya, Alera membukakan pintu.
“Ngapain kesini?” Tanya Alera. “Aku tau kamu sakit, kamu enggak kuat hujan hujanan,” jawab Kaelos. “Sok tau!” ketus Alera, padahal sekarang ia sudah baper dengan perlakuan Kaelos. “Ga usah ngelak, aku bawain makanan buat kamu,” ucap Kaelos. “Gak, aku udah makan, udah sana pergi, aku muak liat muka kamu,” Alera masih saja berkata ketus.
Kaelos menghela nafas. Tanpa pikir panjang, Kaelos mengambil tangan Alera dan menaruh makanan yang ia bawa agar Alera memakannya, dan segera pergi dari rumah Alera. Karena Kaelos tau jika Alera akan gengsi untuk menerimanya setelah pertengkaran mereka kemarin malam.
Setelah Kaelos pergi, Alera menjadi tersenyum sendiri. Ternyata Kaelos masih peduli padanya. Namun mengingat pertengkarannya kemarin malam, spontan Alera menggelengkan kepala. Alera menjadi lebih kesal dengan Kaelos. “Apa sih, gini aja baper,” kesal Alera.
Keesokkan harinya, Alera sudah bersekolah karena merasa badannya sudah membaik, Alera membuka pintu rumahnya dan ingin menuju garasi untuk mengambil motornya. Namun tanpa disangka, Kaelos sudah menunggu didepan. “Kael jemput aku?” Alera bertanya pada dirinya sendiri. “Ngapain diem disitu?, ayo naik,” ucap Kaelos. Alera hanya menurut dan menghampiri Kaelos untuk menaiki motornya. Didalam perjalanan mereka hanya diam, tidak ada yang membuka topik pembicaraan. Mungkin masih canggung. Karena tidak ada yang mengajaknya berbicara, Alera menjadi melamun.
“Udah,” ucap Kaelos. Alera pun turun dan pergi menuju kelasnya. Kaelos hanya diam memaklumi. Sebenarnya Kaelos merasa lelah jika selalu debat dengan Alera hanya karena kedekatan Kaelos dengan Nara.
“Kemana aja kemarin?” Tanya teman Alera. “Aku sakit, abis ujan ujanan kemarin,” jawab Alera. “Pasti abis ribut lagi sama Kaelos,” ucap teman Alera. “Hehe, kok tau,” Alera terkekeh. “Bukan rahasia lagi kalo kalian selalu ribut,” ucap teman Alera.
“LE!” salah satu teman Alera berteriak dengan berlari. “Huftt, liat ini,” teman Alera menunjukan sebuah foto antara Kaelos dan Nara yang sedang berduaan di rooftop sekolah. Bukan hal baru lagi Alera menciduk Kaelos sedang bersama Nara. Tetapi yang namanya cemburu ya cemburu, benar benar ia tidak rela jika Kaelos bersama dengan Nara. Padahal hubungan mereka masih dalam keadaan perang dingin, tetapi Kaelos kembali membuat ulah.
Alera berlari menemui Kaelos, lagi lagi ia harus rela bertengkar hanya karna seorang laki laki. Sepanjang jalan Alera terus berlari, tak peduli jika ia baru saja sembuh dari sakitnya. Alera mengatur pernapasannya setelah berlari. Alera mengambil sebuah wadah yang berada di tempat itu dan mengambil air. Tanpa babibu Alera menyiram dua manusia yang sedang berduaan.
BYURR “Akhh,” Nara berteriak karena terkejut. “Stop Le!, kamu kelewatan” Kaelos membentak. Nara menjadi panik dan hanya diam saja ketika dilabrak oleh Alera, bukan hal baru jika Alera melabraknya. Nara tau bahwa perbuatannya ini salah, tapi ia membutuhkan Kaelos.
“YANG KELEWATAN ITU AKU ATAU KAMU?!” teriak Alera. “Kamu apaan sih nyiram aku sama Nara?” Kaelos mencoba bersabar. “CEWEK MANA YANG BISA NGELIAT COWOKNYA BERDUAAN SAMA CEWE LAIN?!” teriak Alera. “KAMU NGEBUAT AKU SEOLAH OLAH BERSAING SAMA DIA, KAELOS!!” Alera kembali meneteskan air matanya. “HARUSNYA KAMU SADAR, AKU SAMA NARA ITU SEKEDAR TEMAN, KITA EMANG DEKAT DARI KECIL, HADIRNYA KAMU NGEBUAT HUBUNGAN AKU SAMA NARA RENGGANG!!” kesabaran Kaelos mulai habis. “KETIKA KAMU MEMUTUSKAN UNTUK BERHUBUNGAN SAMA AKU, KAMU JUGA HARUSNYA SADAR HARUS JAGA JARAK SAMA CEWEK LAIN” Alera kembali berteriak.
“Maaf, aku salah,” Kaelos lebih memilih untuk mengalah. “TERUS AJA BEGITU KAEL!, KAMU MINTA MAAF DAN KEMBALI BERBUAT ULAH, LAGI DAN LAGI!” Alera benar benar lelah. “DAN KAMU NARA!, KAMU ITU PEREMPUAN PASTI NGERTI GIMANA PERASAAN AKU!” Alera menunjuk Nara. “Maaf Le, aku juga butuh Kaelos,” ucap Nara. Alera semakin emosi mendengar ucapan Nara. Alera pun mulai mendorong Nara namun dihalangi oleh Kaelos. “NGEJAUH KAEL!”, “LAGI LAGI KAMU BELAIN DIA!” hati Alera semakin sakit. Alera kembali mendorong Nara namun Nara menghindar hingga akhirnya Kaeloslah yang terdorong. Kaelos tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya dan terjatuh dari ketinggian 3 lantai. Alera dan Nara terkejut.
“KAEL!” Alera berteriak. “KAELOS!” Nara pun berteriak.
Alera dan Nara segera turun dari rooftop dan menuju dimana Kaelos terjatuh. Murid murid mulai berdatangan ketika mendengar sesuatu yang keras, mereka pun berteriak terkejut, ternyata Kaelos yang terjatuh. Alera menangis melihat Kaelos berlumuran darah, ia tanpa jijik mengguncang tubuh Kaelos yang berlumuran darah. “Maaf, tolong maafin aku,” air mata Alera turun membasahi seragam Kaelos.
Kaelos membuka sedikit matanya, ia merasakan sakit di seluruh tubuhnya dan melihat wajah Alera yang menangis, ia juga mendengar tangisan Alera dan ramainya siswa yang melihatnya. “Ke-napa na-ngis hm?” Kaelos berkata dengan terbata bata, menahan semua rasa sakit yang ia rasakan. “Maaf, aku nggak bermaksud dorong kamu,” Alera sangat menyesal. “A-ku nggak pa-pa, kamu jangan gitu,” Kaelos mengangkat tangannya yang sepertinya patah demi menghapus air mata Alera. “Ja-ngan na-ngis, a-ku nggak suka,” Semua murid yang melihatnya menjadi ikut merasakan apa yang dialami mereka berdua. “Aku selalu sayang kamu, nggak pernah aku kepikiran buat ngeduain kamu, aku sama Nara hanya teman dan selalu seperti itu, Cuma kamu yang selalu ada di hati aku,” ucap Kaelos dengan lirih, ia benar benar tidak ada tenaga hanya untuk sekedar berbicara.
“Aku juga sayang kamu, Kae,l”. “Aku per-gi ya?, ja-ngan na-ngis,” ucap Kaelos. “Enggak, ga boleh, nanti aku sama siapa?” Tanya Alera, ia mengerti apa yang dimaksud Kaelos. “A-ku selalu ada di hati kamu, aku selalu nyakitin k-amu, ma-af untuk hal itu,” Ucap Kaelos. “Aku nggak peduli, ngeliat kamu aja aku udah seneng, kamu tega ninggalin aku?” Tanya Alera,. “Ma-af,” Kaelos mulai menutup matanya perlahan lahan.
“Kaell,” Alera mengguncang tubuh Kaelos. “Bangun sayangg,” Alera kembali menangis. “Kamu ninggalin aku,” Semua murid menjadi histeris melihat kepergian Kaelos.
“Dia udah pergi, Le,” ucap teman Alera dengan sedih. Alera semakin menangis namun sudah tidak mampu untuk bersuara, ia menangis dalam diam, tubuhnya bergetar. Tidak menyangka jika akhir dari kisahnya akan seperti ini.
“Kael…,” Sekali lagi menyebut nama Kaelos dengan lirih.
“Selamat tinggal kehangatan hujanku…,”.
Sebisa mungkin Alera mencoba ikhlas dengan kepergian Kaelos. Kaelos berhasil menjadikan Alera cinta terakhirnya walau dengan sebuah perpisahan yang menyakitkan. Semoga kita dipersatukan kembali di keabadian
Cerpen Karangan: Khoirunnisa Blog / Facebook: @janheavens