Hembusan angin membuat rerumputan yang menjadi alas tempat dudukku mulai bergoyang. Daun-daun juga mulai berjatuhan dari atas pohon menimpa diriku yang ada di bawahnya. Aku mendongakkan kepala melihat awan berjalan di atas langit yang begitu cerah. Kedua telingaku hanya mendengar suara hembusan angin dan kicauan burung yang membuat suasana menjadi tenang. Namun, dari belakang terdengar suara langkah kaki yang membuatku segera menoleh ke arah belakang yang ternyata Anna seseorang yang sudah aku nantikan kedatangannya.
Anna menghampiriku dengan duduk disampingku yang beralasan rumput sama sepertiku. Kedua mata kami tertuju kepada sebuah danau yang ada di depan mata kita. Tempat ini tidak asing bagiku dan Anna sebab, aku pertama kali bertemu dan mengenal Anna ada di danau ini. Berawal dari pertemuan yang tidak disengaja antara aku dan Anna di waktu itu yang aku kira pertemuan singkat. Ternyata, pertemuan ini awal dari kisah persahabatanku dengan Anna selama lima belas tahun lamanya.
Dibawah pohon aku duduk menikmati keindahan danau dengan ditemani Anna yang sedang bercerita tentang kejadian lucu di masa lalu. Tawa pecah antara aku dan Anna pun tak bisa dihindarkan lagi saat mengingat masa-masa lucu yang dulu pernah aku alami dengan Anna. Keasikan menikmati cerita dari Anna membuatku sampai tak sadar kalau langit yang tadinya cerah membiru ini sudah berubah menjadi langit yang terbakar membara dengan memperlihatkan sang surya mulai perlahan menghilang. Di Momen ini aku dan Anna menikmati keindahan tuhan yang begitu indah meskipun hanya sementara.
Anna yang lelah habis bercerita panjang lebar menyandarkan kepalanya di bahuku. Aku membalasnya dengan memberikan rangkulan sambil mengelus-elus pelan tangannya. Pada momen ini aku berucap dalam batinku “Hari ini, jam ini, menit ini, detik ini aku serasa ingin mempunyai kekuatan untuk bisa menghentikan waktu, agar bisa dekat denganmu dan bersamamu untuk selamanya.
“Mungkin ini pertemuan terakhir kita Al.” ucap Anna buka suara. “Kamu ngomong apa sih Na, jangan ngada-ngada deh. Kita bisa kok bertemu setiap hari, lagian jarak rumahku dan rumahmu dekat.” “Rumah yang ada disini akan dijual. Aku akan akan pindah ke pulang seberang.” ujar Anna yang membuatku sangat terkejut dan nggak terima hal ini terjadi. “Kenapa kamu pindah sih Na. Udah bosen ketemu aku, terus kalau kamu sakit yang menemanimu siapa?” “Aku udah besar kali Al, bisa jaga diriku sendiri. Lagian aku sekarang sudah sehat.” ucap Anna tersenyum manis dengan memperliahatkan otot kecil lenganya untuk menyakinkan diriku bahwa dirinya sudah sehat. Aku memeluk tubuh Anna erat dengan berkata “Aku nggak akan melepaskan pelukan ini sampai kamu janji Na ngga akan pergi jauh dariku.”
Anna mendorong tubuhku untuk melepaskan pelukanku. Akhirnya aku melepaskan pelukanku dari Anna. Anna memegangi kedua tanganku sembari berkata “Al di dunia ini pasti ada namanya pertemuan dan perpisahan. Sesungguhnya aku juga nggak mau pergi dari sini tapi, ada faktor yang membuatku harus pergi.” “Kalau itu sudah keputusanmu untuk pergi. Berarti tugasku adalah agar bisa menyusulmu ke pulau sebrang nantinya. Nggak akan ada yang bisa memisahkan kita Na selain ajal.” “Semoga bisa Al, sekaligus mau mengucapkan terima kasih untuk semua kebaikan yang pernah kamu lakukan kepadaku.” “Iya sama-sama Na. Sebelum kamu pergi aku mau bilang sesuatu kepadamu boleh?” “Iya Al bilang aja.” “Sebenarnya Aku menci…” Tiba-tiba hujan turun dengan deras yang membuatku gagal untuk mengatakannya. Segera aku dan Anna berlari di tengah derasnya hujan sambil melindungi tubuh Anna dengan jaket yang aku bawa. Sungguh aneh padahal tadinya langit sangat cerah tapi, kenapa tiba-tiba turun hujan.
Itulah pertemuan terakhirku dengan Anna, sejak saat itu aku tidak pernah lagi bertemu dengannya lagi. Seakan dia menghilang dan tak pernah kembali lagi.
Beberapa bulan setelah kepergian Anna Aku menyandarkan tubuhku di kursi teras rumah dengan ditemani secangkir kopi. Kopi yang masih hangat itu mulai aku seruput dengan rasa pahit untuk sedikit menghilangkan rasa pusing yang ada di kepala. Pikiranku terus terbayang-bayang dari sosok Anna yang kini tidak pernah memberiku kabar dan membalas pesan yang aku kirimkan kepadanya. Hal itu yang membuatku bertanya-tanya, ada apa? kenapa? yang terjadi padanya disana pikirku terus mengenai pertanyaan itu tanpa ada jawaban yang jelas. Padahal Anna berkata bahwa dirinya hanya berpindah rumah bukan menghilang dariku tanpa kabar seperti ini.
“Paket.” panggil tukang paket dari balik pagar rumah. Aku yang mendengar suara tukang paket segera berdiri dari tempat duduk untuk menghampiri tukang paket tersebut. “Atas nama mas Alfian?” tanya tukang paket untuk memastikan mengirimkan ke orang yang tepat. “Iya mas benar nama saya Alfian.” balasku. Tukang paket menyerahkan sebuah paket berbentuk kotak yang dibungkus kertas hitam. Lalu mengabadikan diriku saat memegang paket dalam bentuk foto sebagai tanda bukti kalau sudah sampai ke penerimanya.
Aku berjalan kembali ke tempat dudukku semula sembari berpikir siapa yang mengirimkan paket ini. Aku membolak-balik paket untuk mencari tahu nama dari pengirim paket ini. Di pojok kanan bawah tertera sebuah kertas kecil yang menyebutkan nama Anna sebagai pengirimnya.
Aku menanti kabar dari Anna yang sudah lama tidak ada kabar sejak pertemuan terakhir di danau. Namun, hari ini ia tiba-tiba mengirimkan sebuah paket yang membuat rindu di hatiku sedikit terobati. Aku yang merasa penasaran dengan isi paketnya langsung membuka paket tersebut dengan merobek-merobek kertas hitam yang membalutinya. Paket yang sudah terbuka memperlihatkan isinya yang berupa buku kecil yang lumayan tebal, jam tangan dan sebuah surat.
Aku membuka surat dari Anna
Dear Alfian Gimana kabarmu disana? semoga kamu baik-baik saja. Disini aku sungguh merindukan kehadiran lawakan dari sosok Alfian yang selalu menemani hari-hariku agar bisa selalu tertawa dan ceria. Namun, hal itu bisa sedikit terobati dengan mengingat-ingat kejadian konyol yang pernah kita lakukan dulu. Terlepas dari itu sungguh hati ini sangat merindukan kebersamaan kita saat ngobrol dan tertawa bersama sembari menikmati senja di danau.
Oh iya kalau Alfian kangen atau rindu sama Anna bisa kok baca kisah kita berdua yang sudah aku tulis di buku yang Anna kirimkan di dalam paket. Sama satu lagi jam tangan yang ada di dalam paket juga untuk Alfian agar selalu mengingat Anna dan waktu, Alfian kan orangnya suka terlambat hehehe. Mungkin ketika Alfian membuka paket ini dan membaca surat ini, aku sudah pergi jauh dan tak pernah kembali lagi. Di saat momen terakhir dari hidupku, sungguh aku ingin sekali bertemu dengan dirimu dan memelukmu untuk waktu yang lebih lama sebelum kepergianku. Tapi aku tak memiliki keberanian untuk melihatmu terluka dan meneteskan air mata di hadapanku.
Aku tahu pasti kamu tidak bisa merelakan diriku dan melupakanku tapi, mau gimana lagi ini sudah takdirku. Penyakit yang ada di dalam diriku semakin lama semakin membuat diriku terus melemah dan tak berdaya. Dan aku tak kuat kalau kamu sedih melihat kondisiku seperti ini makanya, aku memutuskan untuk berpindah ke pulau seberang. Aku juga tak ingin lagi membuatmu merasa khawatir dan terus merepotkan dirimu.
Aku sangat beruntung bisa mengenalmu, bisa mendapatkan perhatianmu dan kasih sayangmu. Aku sangat berterima kasih kepada tuhan telah mempertemukan diriku dengan sosok sepertimu. Aku sungguh sangat bahagia. Kau adalah lelaki terbaik yang pernah aku temui selama aku hidup di dunia ini. Kau selalu membuat hari-hariku menjadi menyenangkan dan membuatku terus bersemangat menjalani hidup ini. Darimu aku mengambil pelajaran begitu sangat banyak mulai dari kesabaran, senyuman, kasih sayang dan masih banyak lagi yang nggak bisa aku sebutkan satu persatu.
Pesan dariku semoga kamu bisa bahagia selalu dan jangan terus-terusan bersedih, lakukan hal terbaik selama di dunia ini. Jangan lupa ibadahnya dan membahagiakan orangtua karena itu penting. Sama Perihal kamu mau mengatakan sesuatu di momen terakhir kita di danau waktu itu sebelum kita berpisah. Sebenarnya aku sudah tahu kata apa yang akan kamu ucapkan, sekarang aku akan menjawabnya kalau aku juga memiliki perasaan yang sama dengan apa yang kamu rasakan. Walaupun di dunia kita sudah tidak bersama lagi, kuharap kita bisa dipersatukan kembali untuk selamanya kelak di surga.
Makasih Alfian dari Anna.
Aku berlari sekencang mungkin menuju ke danau sembari air mata yang terus bercucuran membasahi wajahku. Setelah membaca pesan dari Anna perasaan hatiku sungguh kecewa, sedih, hancur nggak bisa diekspresikan lagi. Kini aku sudah berada di danau dimana tempat pertama kali aku bertemu dengan Anna dan tempat terakhir kali aku melihat wajah Anna. Kedua mataku menatap langit hitam sembari berteriak sekeras mungkin untuk meluapkan rasa kesedihan yang menimpa diriku. Seketika langit juga merasakan kesedihan yang aku rasakan dengan menurunkan hujan yang bercampur dengan derasnya air mataku.
Cerpen Karangan: Aci Adi Iansah Blog / Facebook: Aci Iansah