PERTEMUAN PERTAMA Seperti biasa di suatu sore sepulang dari lelahnya berkerja Aku bersinggah dan duduk di sebuah bangku taman yang berada di jalan komplek rumahku lalu Aku pun mengeluarkan cemilan dari dalam tas dan memakannya hingga tiba-tiba saja sesosok wanita cantik yang tidak Aku kenal mendekat kearahku lalu dia duduk disampingku dan Aku pun menawarkan cemilan yang Aku punya namun ia tolak. Kemudian Aku menaruh kembali cemilan yang Aku punya kedalam tas dan mengulurkan tangan.
“Hai, Aku Dana.” lalu dia menjabat tanganku. “Oh, Aku Mirna salam kenal ya” “Ngomong-ngomong Mir, kamu bukan orang sini ya?” “Gak kok, aku tinggal di daerah komplek ini.” “Kenapa emangnya?” “Oh itu … kan aku sering duduk di disini tapi hari ini baru pertama kali aku ngelihat kamu” “Aku emang jarang keluar rumah, Dan.” Ucapnya lalu ia tersenyum bahagia.
“Kayanya kamu hari ini lagi bahagia banget pasti bahagia karena petemuan kita sekarang ini, kan?” “Gak lah, Aku bahagia karena beberapa hari yang lalu aku baru saja resmi berpacaran dengan seorang cowok tampan yang aku sukai.” “Oh, gitu.. tunggu bentar.” Ucapku lalu aku mengeluarkan selembar kertas dari dalam tas.
“kertas itu mau kamu apain?” “Aku mau membikin sesuatu.” kemudian aku pun melipat-lipat kertas yang aku punya hingga berbentuk burung.
“Ini untukmu. anggap saja ini hadiah ucapan selamat dariku atas resminya kamu berpacaran dengan dia” lalu dia mengambilnya dan tertawa. “kamu ini ada ada saja, terimakasih hadiahnya aku akan menaruh burung ini didalam kamar.” “Oh ya, aku mau pergi dulu .” “Sebelum kamu pergi boleh gak kita foto bareng dulu.” “Fotonya mau aku simpan buat kenangan.siapa tahukan setelah ini kita gak akan bertemu lagi.” “Iya boleh, kalo itu maunya kamu.” Lalu aku pun mengeluarkan Handphone dari dalam saku dan kami berdua pun berfoto bersama.
PERTEMUAN KEDUA Tidak lama setelah Mirna pulang Aku juga ikut pulang lalu sesampainya di rumah Aku langsung berbaring diatas kasur sambil melihat fotoku dengan Mirna dan memikirkan andai saja dia gak punya pacar mungkin aku memiliki peluang untuk menjadi pacarnya. Rasa kecewa mengetahui bahwa Mirna sudah memiliki pacar sungguh terasa aneh bagiku padahal kita baru saja bertemu atau mungkin saja karena diriku yang tidak pernah mempunyai pacar selama ini dan meskipun begitu Aku tetap menyakinkan kepada diriku bahwa suatu hari nanti Aku pasti akan menemukannya.
Di suatu sore seperti biasa sepulang dari berkerja Aku bersinggah dan duduk di bangku taman lalu berharap bahwa hari ini Aku akan bertemu lagi dengan Mirna dan waktu terus berjalan namun Mirna tidak juga kunjung terlihat kemudian Aku hanya bisa melamun dan memikirkan bahwa Mirna mungkin saja tidak akan pernah datang ke bangku taman ini lagi.
Lalu seorang wanita yang tidak aku kenal berdiri didepanku tapi wanita itu bukanlah Mirna. dIa duduk disampingku dan tiba-tiba saja berkata. “Jika dilihat dari auramu.” “Sebentar lagi kamu akan mendapatkan pacar.” Sontak aku pun kaget “Hah, Kamu peramal?” “Iya aku bisa meramal.” “Gak gak aku gak percaya dengan ucapan seorang peramal.” “Yaudah kalo gak percaya.”
“Eh, tapi selain aku medapatkan pacar kira kira apalagi yang akan terjadi kedepannya?” “Katanya tadi gak percaya.” “Ya.. kan aku cuma penasaran doang.” “Selain mendapatkan pacar kamu juga nantinya akan menerima kejadian yang tak terduga” “Kejadiannya baik apa kejadian buruk dulu, nih?” “Gak tau gak kelihatan soalnya.” “Lah gimana sih, kan kamu peramal.” “Ya mana aku tau. kemampuan aku meramal cuma sampai situ doang.” Ucapnya dengan kesal.
PERTEMUAN KETIGA Di perjalanan pulang Aku hanya bisa tertawa sendiri karena memikirkan betapa lucunya pertemuanku dengan wanita tadi dan baru pertama kali ini tanpa disengaja Aku bertemu dengan seorang peramal.
Lalu ketika malam hari tiba Aku sedang makan malam sendiri di meja ruang tamu dan tiba-tiba saja hatiku menjadi gelisah memikirkan bagaimana jika seandainya yang dikatakan peramal itu nantinya menjadi kenyataan. Jika ramalan mendapatkan pacar itu menjadi kenyataan pastinya Aku akan merasa sangat bahagia tapi bagaimana jika dengan ramalan menerima kejadian tak terduga itu menjadi kenyataan, masalahnya peramal itu pun juga tidak tau apakah itu kejadian buruk atau kejadian baik. Untuk menghilangkan kegelisahan Aku tetap berusaha menyakinkan diri bahwa itu hanyalah ramalan dan Aku pun memutuskan untuk kembali makan dengan hati yang tenang.
Di suatu sore sepulang dari lelahnya bekerja Aku duduk bersantai di tempat biasa sambil melihat-lihat keadaan disekitar dengan harapan siapa tau hari ini Aku bisa bertemu lagi dengan Mirna atau wanita peramal itu namun selama aku duduk disini tidak ada tanda tanda kehadiran mereka berdua hingga tak lama kemudian tiba tiba saja sesosok wanita cantik yang tidak aku kenal berjalan menuju kearahku lalu dia mengulurkan tangannya.
“Sendirian aja?” “Pekenalkan aku Amel.” lalu aku pun menjabat tangannya. “Aku Dana.” “Iya nih aku sendirian aja dari tadi disini” Lalu dia pun duduk disampingku dan berkata “Ketika malam hari aku sering duduk berduaan dengan pacarku dibangku ini.” “Tapi itu dulu karena sekarang kami sudah putus.” “Putus gara-gara apa?” “Entalah, gak ada hujan gak ada badai tiba-tiba saja dia memutusiku.” “Aku harap kamu bukan lelaki seperti dia, karena kasian aja gitu dengan pacarmu” lalu aku pun tertawa geli “Pacar apa, Aku gak punya pacar” “Kalo gitu berarti kita bisa kenal lebih dekat lagi dong karena gak ada orang yang cemburu” “Iya benar, gimana kalo kita tukaran nomor kontak saja Mel” “Iya boleh,” Lalu aku pun mengeluarkan Handphone dari dalam saku. “Silahkan Mel, masukkan nomor kontak kamu disini!” “Kamu juga masukkan nomor kontak kamu disini!” lalu kami bedua pun saling bertukar nomor kontak panggilan.
Keesokkan harinya Aku memutuskan untuk tidak bersinggah dibangku taman karena Aku Ingin langsung pulang ke rumah dan menyelesaikan semua pekerjaan kantorku. Ketika aku mulai sibuk bekerja di depan Laptop dengan berkas berkas yang menumpuk di atas meja. Tiba-tiba saja Handphoneku berdering dengan menampilkan nama Amel di layar. Aku pun segera mengangakat telponnya.
“Iya Halo mel” “Iya mel, hari ini aku gak bisa kesana soalnya aku lagi sibuk.” “Besok ya, bisa bisa. pukul delapan malam kan?” “Iya mel aku janji. Aku pasti kesana.” “Oke, dah,” setelah menutup telepon aku pun melanjutkan pekerjaanku.
Waktu terus berlalu hingga malam hari pun telah tiba. Aku hanya terbaring diatas kasur dan dengan hati yang gelisah Aku memikirkan seandainya besok Aku langsung menembak Amel apakah dia langsung menerimaku atau justru malah ditolak tapi jika tidak dicoba Aku tidak akan pernah tau hasilnya dan lagian mumpung dia masih jomblo tidak salahnya jika Aku mencobanya. Oh tunggu dulu jika besok dia menerimaku berarti ramalan wanita itu benar.
Keesokkan harinya sekitar pukul 08:00 malam Aku berjalan membawa kantong plastik berisikan eskrim dan coklat menuju ke bangku taman kemudian Aku menemui dia yang sedang duduk disana. Dia tersenyum kearahku dengan senyuman yang begitu hangat lalu Aku pun duduk disampingnya.
“Bentar aku punya sesuatu untukmu.” Lalu aku pun mengluarkan eskrim dan coklat dari dalam kantong plastik “Mel, kita sama sama gak punya pacar.” “Iya terus kenapa?” “Gimana kalo kita pacaran saja,Mel” “Kamu serius mau jadi pacarku.” Ucapnya sambil menatap tajam mataku. “Atau gini saja kalo kamu pilih eskrim kamu mau jadi pacarku tapi kalo pilih coklat artinya kamu gak mau” “Bentar aku mikir dulu.” Tidak lama kemudian Amel mengambil eskrim dari tanganku. “Seriusan mel, kamu mau jadi pacarku.” Ucapku dengan penuh rasa bahagia. “Iya aku serius, sekarang kita resmi bepacaran.” Lalu dia pun memakan eksrimnya.
Keesokkan harinya Aku menemui dia lagi di bangku taman, kita makan, saling bercerita, berfoto dan tertawa bersama lalu malamnya ketika di rumah Aku hanya bisa tersenyum senyum sendiri karena merasa sangat bahagia bisa menemukan seorang pacar dan Aku juga teringat dengan ramalan wanita itu tentang diriku yang akan mendapatkan seorang pacar yang artinya mungkinkah ramalan dari wanita itu sudah menjadi kenyataan dan tiba-tiba Amel menelponku.
“Halo.” “Iya Sayang, gak papa kalonya kamunya lagi sibuk.” “Kan kita bisa ketemuan di hari lain.” “Iya selamat malam sayang” Lalu aku menutup telpon.
Pada keesokkan harinya saat Aku sedang berjalan melewati bangku taman tanpa disengaja Aku melihat Mirna sedang duduk disana dan sontak hal itu membuatku kaget lalu aku pun bersinggah dan duduk disampingnya.
“Mir, udah lama ya kita gak jumpa. Kabar kamu gimana?” “Buruk sangat buruk. Aku baru saja diselingkuhi pacarku.” “Hah! berarti kamu udah putus sama dia.” lalu dia menganggukkan kepala. “Ngomong-ngomong kamu masih sendiran, Dan?” “Awal pertama kali aku bertemu sama kamu iya aku masih sendiri sekarang udah gak lagi.” “Oh, andai saja kamu masih sendiri aku siap membuka hati.” “Iya Mir, sayangnya aku udah punya pacar dan aku juga gak mungkin selingkuh.” “Aku doain semoga kamu mendapatkan jodoh yang setia.” “Amiin.. Boleh aku minta kertas” Lalu Aku pun mengambil selembar kertas dari dalam tas dan memberikannya ke dia dan dia pun melipat-lipat kertas itu hingga berbentuk burung. “Oh, ternyata kamu bisa juga bikin burung dari kertas.” “Iya gara-gara kamu, aku jadi ikutan belajar cara membikin burung dari kertas.” Lalu dia pun memberikan burung itu kepadaku. “Burung ini untuk kamu.” “Anggap saja ini hadiah ucapan terimakasih karena kamu telah mendoakanku tadi.” “Iya mir, terimakasih burungnya.” Ucapku lalu ia tersenyum.
Malam harinya ketika Aku berada di rumah Aku pun menaruh burung pemberian Mirna di atas meja kerja lalu Aku memandangi burung itu sambil memikirkan apa yang dia katakan soal membuka hati dan hatiku juga bertanya-tanya apakah Aku boleh selingkuh.
Tak lama kemudiah Amel menelponku. Di telpon kami saling bercanda gurau dan dia juga menyanyikan sebuah lagu untukku. Dia begitu baik dan sayang kepadaku dan kini Aku mengurungkan niat hati untuk selingkuh.
PERTEMUAN KEEMPAT Satu minggu pun telah berlalu kini Aku melihat dia saling bermesraan dengan lelaki yang tidak Aku kenal di sebuah persimpangan jalan dan sungguh hal itu membuat Aku kesal hingga pada suatu malam kami pun saling betengkar di telpon sampai akhirnya kami pun putus lalu sekarang Aku merasa putusnya aku dengan dia. Mungkin saja itu merupakan bukti dari ramalan kejadian tak terduga yang akan kuterima.
Kini Aku dan Mirna memiliki nasib yang sama yaitu sama-sama diselingkuhi pacar dan Aku pun memiliki niat hati untuk menyatakan perasaan namun sayangnya beberapa kali Aku ke bangku taman Aku tidak pernah melihat dia lagi hingga di suatu sore Aku melihat wanita yang tidak Aku kenal sedang duduk di bangku taman. Wajahnya terlihat begitu murung lalu Aku pun duduk disampingnya.
“Kamu kenapa, kok murung gitu?” “Adek perempuanku.” “Bunuh diri!” “Hah apa, Bunuh diri!” Lalu dia menangis dan aku pun menepuk-nepuk pundaknya. “Yang sabar ya kamu harus kuat. Kenapa dia jadi bunuh diri?” “Dia bunuh diri karena dia tidak terima putus dengan pacarnya.” Ucapnya sambil mengusap air mata. “Aku sangat menyanyangi adek perempuanku dan aku belum bisa menerima kepergiannya.” “Hanya gelang ini sebagai pengobat rinduku karena dia juga memakai gelang ini ketika dia masih hidup.” Ucapnya sambil memperlihatkan sebuah gelang bertulisan “Putri” “Oh, Putri itu nama kamu.” “Oh Bukan. Itu nama belakang adek ku.” “Dia sangat membenci nama belakangnya tapi aku tetap menuliskannya di gelang ini.” “Gara gara itu kami pun saling betengkar.” Ucapnya kemudian tertawa sedih . “Oh gitu. Kalo kamu namanya siapa?” “Benar juga dari tadi kita belum kenalan. Aku Naya” “Aku Dana.”
Malam harinya Aku bekerja di depan laptop sesekali Aku melihat kearah burung itu sambil memikirkan bagaimana caranya agar Aku dapat bertemu dengan Mirna lagi lalu keesokkan harinya Aku duduk di bangku taman dan berharap akan kehadirannya namun dia tidak juga hadir hingga akhirnya Aku bertemu dengan Naya lagi dan dia pun memperlihatkan kepadaku foto mantan pacar adeknya. Saat Aku melihat lelaki di foto itu Aku pun terkejut karena aku menyadari bahwa lelaki di foto itu adalah selingkuhan mantan pacarku namun Aku tidak memberitahukannya karena jika tidak dia pasti menyalahkanku atas kematian adeknya.
Kemudian malam harinya ketika di rumah Aku membuka galeri Handphoneku dan menghapus beberapa fotoku dengan Amel lalu tanpa sengaja Aku menemukan foto pertama yang aku ambil ketika bertemu dengan Mirna. Aku pun menyadari bahwa di foto itu Mirna sedang memakai gelang tangan mirip dengan yang dipakai Naya untuk menyakinkan apakah gelang itu adalah gelang yang sama yang dipakai Naya atau bukan.
Aku pun memperbesar foto itu dan betapa terkejutnya aku melihat tulisan Naya ada digelang itu. Kini aku menyadari bahwa Mirna telah tiada dan sungguh hatiku terasa sesak sekali dan aku pun masih belum bisa percaya wanita pertama yang aku temui terlihat sangat bahagia kini mengakhiri hidupnya dengan cara tragis.
Selesai
Cerpen Karangan: Satria Muliia Jaya Blog / Facebook: Satria Mulia Jaya