Kesal kesal kesal aku kesal kesal kesal, aku sangat kesal sekali. Pria selalu saja egois. Itulah yang di pikiranku ketika berjalan di jalan yang bisa dibilang distrik merah. Dengan menggunakan earphone dan baju manis serta rok pendek. Rambutku yang hanya sampai bawah daguku dengan jaket yang menutupi bahuku.
Pria yang kukencani dengan mudahnya bermain dengan wanita lain. Padahal ia berjanji akan hanya minum-minum saja dengan diriku. Membuat diriku muak dengan kencan.
Ketika berjalan, sebuah bar menarik mataku. Ibu yang ada di depan pintu memanggilku. Ia memberitahu jasa yang ada di dalam. Dengan kekesalan yang ada, membuatku memegang tasku erat-erat. Tanpa ragu meminta jasa dan ibunya tanpa ragu memberikan nama-nama pemberi jasa.
Dalam waktu singkat, diriku sudah di depan pintu kamar hotel dengan kuncinya di dalam genggamanku. Ketika kubuka, seorang dengan wajah elegan dan mapan, tubuh yang langsing, rambut hitam panjang bagai sutra, menyambut diriku. Mataku terbuka lebar karena terkejut. Begitu juga dengan orang tersebut.
“Guru?!” “Vina?!”
Kami hanya duduk di atas kasur. Keheningan yang menyekik menyelimuti ruangan. “Jadi.. guru.. mm..” “Panggil saja Andy untuk sekarang”
Guruku bertanya, mengapa diriku berada di sini, hingga diriku membeli jasanya. Kuungkapkan perasaanku dan apa yang terjadi. Kemudian ia menjawab, “jadi kau di sini untuk melupakan semua itu”. Mendekatiku yang hanya menjawab dengan mengangguk. Menggunakan jarinya yang panjang dan ramping untuk membuatku menoleh padanya. Mencium bibirku dan memulai jasanya.
Keesokan harinya, ketika pelajaran guru dimulai. Seorang anak menuliskan bahwa guru bekerja di distrik merah sebagai seorang pekerja kasar. Guru marah dan menghapus semua tulisan tersebut dengan malu.
Setelah kelas, kuikuti dirinya yang sedang muntah di dalam toilet. Sepertinya guru benar-benar tidak tahan akan hal yang tertulis di papan. Kemudian tiga dari anak kelasku mendatangi guru. Mereka mengakui bahwa merekalah yang menulis hal tersebut. Mereka mengatakan bahwa mereka melihat guru di tempat kerjanya. Mereka mengancam guru sambil mulai memojokkan dirinya dan mulai meraba tubuhnya.
Ku hanya bisa terdiam takut akan akibat bila membantu guru. Ketika itu mulailah salah satu dari mereka berbicara, “ayo lakukan ke aku dong, bagaimana ceritanya nanti ya? Guru muda yang ped*fil, terus..” Dengan cepat aku keluar dari tempat persembunyian. “Cukup sampai di situ Gin”, kukatakan dengan lantang. Gin yang merupakan pemimpinnya memegang wajah guru dan menjilat wajahnya “mau jadi pahlawan ya, kamu mending tidak usah ikut campur selagi kita bermain ok” “Andy bukanlah mainanmu Gin”, kukatakan selagi berjalan dan dengan cepat mencium guruku tersebut. “Dia adalah pacarku, ok. Kalian main sesama kalian saja”, kudorong Gin sampai ia terjatuh dan dua temannya membantunya berdiri. Mereka keluar terlihat jijik dan menggerutu “tidak asik”.
Sepulang sekolahnya, ku tidak bisa pulang langsung. Berada di Apartemen guru, kami terdiam duduk di atas kasur saling membelakangi. “Orangtuamu pasti khawatir Vin” Ku terdiam dan termenung memikirkan mengapa ku melakukannya juga. Beliau kemudian bertanya, “mengapa kau melakukannya untuk diriku?” “Karena guru, bukan, Andy membuatku melupakan malam yang buruk itu”, itu benar guruku Andy menyelamatkanku malam itu dan tak tahu apa yang terjadi pada diriku bila bukan dia yang berada di balik pintu tersebut.
“Andy, aku mencintaimu”
Setelah malam itu beberapa hari kemudian guru mendatangi kursiku setelah pulang sekolah. Ia memberitahu, kalau ia berhenti jadi guru dan bukan karena Gin dan teman-temannya atau diriku juga. Tetapi karena memang tidak cocok katanya. Kemudian ia berkata, “Vina, setelah diriku mendapat pekerjaan dan kau lulus, maukah kau tinggal bersama?”
Kujawab dengan senyum, “tentu saja”
Cerpen Karangan: Ymir youtube.com/channel/UCYAK-3X57hzjIRVLBxXdSIA