Aku Chandra. Aku akan menceritakan sedikit pengalaman pahitku dengan orang yang paling kucintai dulu. Aku tidak bisa mengungkapkan semua ini dengan kata-kata. Jadi, kulampiaskan semua perasaanku lewat tulisan ini. Berawal dari kesalahpahamanmu. Seminggu setelah kau pergi, suasana hatiku kian sulit menerima semua keadaan ini. Ya, hatiku ibarat kapal di lautan yang terombang-ambing oleh dahsyatnya ombak laut. Kau meninggalkanku, dengan menggoreskan luka di hatiku.
Memang ini bukan masalah yang kecil. Tapi, seharusnya kita bisa menyelesaikannya dengan kepala dingin. Sesuai perkiraanku, kau langsung meluapkan semua emosimu padaku. Padahal tidak seperti yang kau lihat. Kebetulan dia meminta bantuanku untuk menyelesaikan tugasnya, tidak lebih. Kenapa hanya karena dia hubungan kita menjadi goyah?
Kau mengatakan ingin berpisah denganku. Ayolah! Aku tidak mau berpisah denganmu. Aku ingin mempertahankan hubungan kita yang sudah cukup lama ini. Tapi, kau tetap bersikukuh dengan keputusanmu.
Tidak mau mengalah, sifatmu itu yang membuatku harus sabar menghadapimu. Kumohon mengertilah! Kau hanya salah paham. Aku mencoba meluruskan perihal masalah ini. Namun, kau masih tak percaya. Kau lebih percaya apa yang kamu lihat dibandingkan dengan penjelasanku.
Kau memintaku untuk menjauh darimu. Dan, sejak hari itu, kau mengakhiri hubungan kita. Betapa hancurnya, hati dan jiwaku. Ucapanmu itu bagaikan sambaran petir, dengan tegasnya suaramu menggetarkan hatiku.
Sahabatku Tommy, yang mengetahui hubungan kita berakhir. Mencoba menghiburku. Setiap kali aku bertemu dia. Dia selalu menanyakan ‘Kau masih belum bisa move on darinya?’ Sialan! umpatku. Aku sedang mencoba melupakannya, malah kau buka lagi pintu kenanganku tentangnya.
Tommy yang sudah pakar tentang cinta, memberikan sedikit kata-kata penyemangat untukku. Ia berkata ‘Sudahlah! Lupakan saja dia. Kalau dia percaya padamu, seharusnya dia tidak meninggalkanmu semudah ini. The world is wide, bro! Kau masih bisa mencari perempuan yang lebih baik darinya.’
Aku tersenyum, lalu berkata ‘Memang masih banyak (perempuan) di dunia ini. Ketika masih bersama, aku orang yang paling tulus mencintainya. Tapi, ketika berpisah, aku orang yang paling sulit untuk melupakannya.
Ya, melupakan orangnya, melupakan kenangannya, melupakan tentang semua yang ada padanya. Aku memang tak sehebat kamu dalam perkara melupakan. Tidak bisa bagiku secepat itu merelakan. Namun percayalah, detik demi detik berlalu akan kucoba melupakanmu.
Satu hal yang menyebalkan dari orang yang kucintai adalah, tiba-tiba saja kau meminta hal yang tak pernah terbayangkan. Dengan mudah kau mengatakan, ‘Lupakan saja aku!’ atau ‘Cukup sampai disini kisah kita’, dan seterusnya. Padahal kau hanya sedang bosan. Bagaimana mungkin tak ada angin tak ada hujan, hubungan yang sudah lama kita pertahankan begitu saja ingin kau jadikan kenangan. Begitu kejam kau melukaiku.
Setahun setelah kau pergi, hari demi hari kulalui, Setelah lepas dari patah hati dan rapuhnya hati. Aku mencoba membuka lembaran baru. Menulis cerita hidupku sendiri. Semua rencana yang kita ingin jalani berdua, lenyap begitu saja. Bagaimana pun, aku harus tetap berjalan. Aku harus tetap bertahan hingga waktu yang tidak ditentukan. Dan, sedikit penyemangat dari sahabatku Tommy. Thanks Tom! atas supportnya.
Hari ini aku menjalani aktivitas seperti biasa layaknya anak kuliahan. Sibuk dengan segala tugas yang diberi dosen. Tidak lupa dengan kesibukanku di luar jam-jam kuliah. Aku bekerja sebagai penyanyi di cafe dekat alun-alun kota Bandung bersama Tommy sebagai pemain gitarnya. Pendapatannya juga lumayan untuk kebutuhanku sehari-hari. Fyi, aku tinggal (nge-kost) di Bandung untuk kuliah, sedangkan orangtuaku tinggal di Jakarta. Aku memilih menjauh dari orang tua karena aku ingin hidup mandiri.
Tulisan ini juga kuselipkan sedikit kisahku bertemu denganmu, Ratih. Karena apa? Karena pasti setiap kesedihan akan ada yang namanya kebahagiaan.
Jam kuliah berakhir. Aku dan Tommy pergi ke cafe untuk bekerja. Ketika sampai depan cafe, tiba-tiba ada seorang perempuan yang membawa kertas bertumpuk. Tak sengaja, ia menabrakku. Membuat kertasnya terjatuh berceceran. Ia langsung merapikan, dan aku ikut membantunya. “Maafkan aku! Aku buru-buru. Aku jadi tidak melihat orang-orang disekitarku.” ucapnya meminta maaf. “It’s Okay. Lain kali hati-hati.” balasku. “Terimakasih”. ‘Tung–’ lalu ia pergi. Kau meninggalkan salah satu kertasmu. Dan di kertas itu ada nomor telepon. “Ini pasti nomornya. Nanti akan kuhubungi.” ucapku dalam hati. Sekarang aku bergegas masuk untuk bekerja.
Selesai kerja, aku mencoba menghubunginya. Benar saja nomor itu punya dia. “Halo” suara dari seberang sana. “Halo, aku Chandra. Orang kau tabrak waktu di cafe tadi.” “Aku minta maaf Chandra. Sekali lagi aku minta maaf! Jangan kau hukum aku.” “Hei! Hei! Kau sudah kumaafkan. Hanya saja aku telepon untuk mengembalikan kertasmu yang terjatuh saat itu. Kita ketemuan di cafe nanti malam. Bagaimana?” “Baiklah. Lagian aku sudah tidak sibuk.” “Oke. Sampai jumpa.” “Sampai jumpa”
Tepat pukul delapan malam, kau datang. “Disini!” kataku memanggilnya. Menghampiriku lalu kusuruh duduk. Kita mulai berbincang, dimulai dengan perkenalan. “Hai, kenalkan namaku Chandra.” menyodorkan tanganku. “Hai, aku Ratih.” kau menjabat tanganku. “Kau tinggal dimana, Ratih?” “Aku tinggal tak jauh dari sini. Dan kau sendiri tinggal dimana?” “Aku ngekost. Dekat dengan tempat kuliah ku.” “Ohh..” Aku membuka tasku, mengambil kertasnya yang terjatuh sore tadi. “Ini kertasmu.” “Oh terimakasih.” “Btw, kau kuliah dimana?” tanyaku. “Aku…”
Tak terasa hampir satu jam kita berdua berbincang tentang kehidupan masing-masing. Aku baru tahu ternyata kau satu angkatan denganku, tetapi beda jurusan. Aku jurusan informatika, sedangkan kau jurusan farmasi. Aku memang tidak terlalu peduli dengan lingkungan kuliahku. Kalau ada jadwal kuliah, ketika masuk, aku langsung ke kelas. Waktu istirahat biasanya aku di kelas saja, kalau tidak ke perpustakaan meminjam buku. Setelah selesai kuliah, aku pergi ke cafe untuk bekerja. Begitulah hari-hariku. Selalu ditemani dengan kesibukan.
Sudah satu bulan lebih aku mengenalmu. Muncul sebuah perasaan bergejolak di hatiku. Entahlah! Aku tidak mengerti. Ketika aku ingin tidur, aku selalu memikirkanmu. Membayangkan hal-hal indah yang sudah kelewati bersamamu selama satu bulan ini.
Kau sekarang selalu datang ke cafe untuk melihatku bernyanyi. Dan, kau meminta kunyanyikan lagu favoritmu yaitu; Naff – Akhirnya Ku Menemukanmu.
Selesai bekerja, kau biasanya mengajakku pergi ke suatu tempat untuk menenangkan pikiran dan menghilangkan stres. Kau mengajakku ke rooftop. Ketika disana, kita bisa melihat suasana indahnya kota Bandung pada malam hari. Sungguh indah! Siapapun yang melihat pasti akan terpukau.
Kembali pada perasaanku. Bertanya pada diriku sendiri. Apa aku akan merasakan jatuh cinta lagi?
Mungkin sudah saatnya aku kembali bahagia. Tuhan memberikan kebahagiaan itu lewat dirimu. Kalau memang benar, aku akan memperjuangkanmu. Tetapi, jika bukan, aku akan mundur dan menganggapmu hanya teman saja.
Dan, semoga kejadian yang dulu. Tidak akan terulang kembali.
Cerpen Karangan: LazyBoy Blog / Facebook: Andrye D’garaz II Follow IG: @_andresf11 Happy reading, readers Salam dua jari