Sudah empat tahun berlalu sejak perpisahan kita. Lucu sekali hubungan ini, diawali mula dengan sebuah janji menonton kembang api bersama lalu diakhiri dengan menonton kembang api lagi. Kenangan yang sangat terkesan bagiku, sebuah hal yang tak terduga kalau seseorang sepertiku, orang penyendiri yang tak begitu handal dalam sosial bisa menikmati momen momen yang sangat menyenangkan. Setiap kali aku melewati tempat tempat saat dulu kita berkomunikasi selalu mengangkat jiwaku ke bawah alam sadarku.
Aku begitu ingat apa saja yang kau lakukan untuk membuatku kesal kepadamu, bukan kesal yang menyebalkan akan tetapi kesal yang menyenangkan. Duduk di bawah pohon rindang mendengarkan kisah percintaanmu, mengobrol dan bercanda sampai kau dengan sengaja melempar tanah yang tak begitu kotor ke celanaku hanya untuk menjailiku. Namun begitu aku malah sangat bahagia merasakan hal tersebut, bahkan aku ingin mendapatkan candaanmu itu sekarang. Duduk berdua di depan minimarket sambil menunggu hujan reda, mendengarkan ceritaku saat SD dan SMP, kau begitu antusias mendengarkannya walaupun kurasa ceritaku tak ada yang menarik sama sekali.
Mengantarmu pulang dengan mengendarai motor, mencari cari jalan yang jauh ke rumahmu supaya bisa bercerita sepanjang jalan. Sangat mengasyikan sekali, hal itu pun selalu teringat ketika ku mengendarai motor ke jalan yang sama saat kita pulang dulu. Satu hal yang selalu membuatku teringat adalah ketika ku berjanji padamu di ketinggian 2 KM lebih di atas permukaan laut. Aku berjanji ingin menikahimu, sungguh pernyataan yang sangat egois sekali dariku untukmu.
Tak sadar, waktu berlalu dengan cepat dan perlahan kita menjalani cerita masing masing. Apakah perasaanmu memudar ataukah kau sudah menemui hal yang baru? Semua itu tidak membuatku gentar untuk terus memegang janjiku bahkan sampai hari ini pun ku masih memegang hal itu. Tak mudah untuk terus memegang hal ini, banyak sekali cobaan di mana aku harus melepeskan janji ini. Bukan karena perempuan lain, tapi karena aku tak mau terus sakit dengan hal seperti ini. Seharusnya aku sudah menyudahi hal ini dari dulu, saat tiba tiba ia mengucapkan ia menyukai seseorang dari kelas lain saat SMA, atau saat ia mulai mempertanyakan pada dirinya apakah ia masih memiliki perasaan dengan orang yang pernah ia sukai saat SMP. Aku hanya mengiklaskan saja apa yang ia inginkan, aku selalu mengucapkan “Aku tak masalah jika kamu ingin mencintai seseorang asalkan itu yang membuatmu senang.” Meski aku mengucapkan hal seperti itu, perasaanku tak begitu menerimanya.
Saat ini yang bisa kulakukan adalah di mana ia benar benar menemukan seseorang yang cocok baginya dan memulai kehidupannya berdua, saat itu terjadi janji sepihak yang kubuat akan menghilang dariku. Apakah aku bakal terasa lega ataukah aku akan lebih menderita, aku tak peduli asalkan janji yang melingkari diri kita terhapus kan.
Ada hal lain yang bisa menghilangkan lingkaran janji ini selain menunggumu menemukan seseorang, yaitu aku menepati janji sepihakku. Apakah ini akan berhasil atau kah tidak aku tak peduli, perasaanku padamu masih sama.
“Aku masih mencintaimu.”
Cerpen Karangan: Rikivic Blog / Facebook: rifki dhiya ramdhani