Nabila, sosok gadis sederhana, ceria dan berjiwa sosial tinggi. Salah satu temannya yaitu Beni, tertarik dengan sikap Nabila. Nabila dan Beni hanya sebatas teman biasa mereka juga tidak begitu akrab, hanya mereka saling kenal. Nabila juga sosok gadis yang aktif dalam berorganisasi, jadi tidak heran kalau ia cukup dikenal banyak orang di sekolah. Sudah beberapa kegiatan yang pernah diikuti, baik didalam ataupun luar sekolah.
Berbeda dengan Nabila, Beni adalah siswa yang cukup terkenal karena julukan preman sekolah. Banyak yang takut berurusan dengan Beni, tetapi sebenarnya Beni sosok yang baik ia hanya orang yang berani dan terlihat galak. Ia juga sering terkena hukuman karena bertengkar dengan sekolah lain. Untuk yang sudah mengenal Beni, ia akan lebih tahu bagaimana sifat dan kesehariannya. Ia sosok yang memiliki jiwa sosial dan juga baik.
Sepulang sekolah Nabila dan Desy mencari kado untuk Beni, kemudian bersiap untuk pergi ke kafe tempat perayaan ulang tahun. Sesampainya di kafe, sudah banyak tamu yang datang. Nabila sedikit canggung karena tidak begitu akrab dengan tamu yang ada. Beni menyapa para tamu termasuk Nabila, suasana begitu meriah dengan menyanyikan beberapa lagu. Salah satu teman Beni membawa kue ulang tahun berjalan mendekati Beni, diiringi lagu ulang tahun dari Jamrud. Beni meniup lilin berangka 19 tahun, kemudian ia memotong kue. Potongan pertama ia berikan pada sahabatnya yang membawakan kue, kemudian potongan kedua ia berikan pada Nabila. Seketika banyak tamu yang terdiam dan bingung, begitu juga dengan Nabila. Desy mencoba mencairkan suasana kembali, dengan mengejek Beni dan Nabila kemudian diikuti dengan teman yang lain.
Perayaan ulang tahun sudah berlalu, teman-teman masih membicarakan Beni dan Nabila. Mereka menebak-nebak kedekatan kedua temannya. Nabila tidak begitu memikirkan hal itu, ia tetap beraktivitas seperti biasa di sekolah. Waktu berjalan dengan cepat, hari ini Nabila mengikuti kegiatan bakti di luar sekolah untuk beberapa hari, ketika istirahat ia membuka telepon genggamnya, ada beberapa pesan yang masuk. Salah satu yang mengirim pesan adalah nomor tidak dikenal, dibacanya pesan tersebut ditanya siapa yang mengirim pesan tersebut. Ternyata Beni yang mengirim pesan, Nabila sedikit kaget kenapa tiba-tiba Beni memgirim pesan padanya.
Berawal dari kekaguman beni terhadap Nabila, membuat Beni sering menanyakan kesibukan dan hal lain yang dilakukan Nabila. Keduanya mulai dekat, sering mengobrol dan bertemu. Setiap Nabila mengikuti kegiatan di luar sekolah Beni selalu datang menemuinya. Beni memang mempunyai rasa dengan Nabila entah dari kapan, semua itu berawal ketika ulang tahunnya.
Tahun terakhir di sekolah Nabila disibukan dengan persiapan ujian, sehingga membuat Beni dan Nabila jarang berkomunikasi. Ujian tinggal beberapa bulan lagi sedangkan Beni beberapa minggu ini tidak masuk sekolah, temannya meminta bantuan pada Nabila untuk mencari tahu keberadaan Beni dan menasihatinya agar kembali bersekolah. Beni memang terkenal dengan kenakalannya, sehingga guru juga bingung mengatasi kenakalan Beni. Ia sering tidak masuk sekolah, membolos, bertengkar, bahkan tidur di kelas. Nabila juga sudah sering sekali menasehatinya, tetapi Beni selalu mengulangi perbuatannya.
Hari ini, bunda Beni datang dari Malaysia. Seperti biasa bunda rindu pada Beni, ingin mengetahui bagaimana keadaan putra sematawayangnya. Beni menunggu Nabila di gerbang sekolah, ia ingin mengajak Nabila untuk bertemu bundanya. Nabila dan bunda Beni memang sering berkomunikasi lewat pesan singkat, tidak heran jika bunda menanyakan Nabila. Hubungan Beni dan Nabila memang sedikit ada masalah, namun Nabila tidak bisa menolak permintaan bunda Beni yang sudah seperti bundanya sendiri.
Nabila berangkat menuju rumah Beni, sesampainya disana bunda beni menyambutnya sangat hangat seperti halnya bertemu dengan putri kandungnya. Mereka menghabiskan waktu untuk saling bercerita, dari pertanyaan bagaimana persiapan ujian, dan melanjutkan kemana setelah lulus. Hingga bunda banyak cerita tentang Beni, jika sampai ujian nanti ia tidak memperbaiki sikapnya maka bunda Beni akan mengajaknya tinggal di Malaysia bersama ayah dan bunda. Nabila hanya terdiam dan mendengarkan curhatan dari sang bunda, masalah apa yang membuat Beni seperti ini hingga bundanyapun bingung menghadapi dan menasehati dengan apa lagi. Jarak yang membuat bunda Beni tidak bisa mengawasi pergaulan dan juga kesehariaannya.
Beni mengirim pesan pada Nabila dan mengajaknya untuk bertemu. Karena rasa penasaran, Nabila menyanggupi ajakan Beni, siapa tahu ia mau bercerita tentang masalahnya, sehingga Nabila dapat membantu memikirkan solusi dari masalah tersebut. Mereka bertemu di kafe yang biasa ia kunjungi, sesampainya di kafe Beni sudah ada di sana. Nabila berjalan mendekati Beni dan duduk tepat di hadapannya. Mereka saling terdiam, suasana hening terpecahkan dengan lagu-lagu yang dibawakan di kafe. Beni membuka pembicaraan dengan menyodorkan kotak yang terbungkus rapi. Kemudian ia mengatakan akan pergi untuk tinggal bersama ayahnya di Malaysia. Nabila masih terdiam dan memikirkan apa masalah yang membuat Beni harus ikut bersama ayahnya. Nabila tetap dengan posisinya, namun kali ini diikuti dengan tetesan air mata. Nabila sedikit kecewa, tanpa alasan dan perbincangan yang lain, Beni memutuskan untuk pindah.
Nabila mengeluarkan pertanyaan pada Beni tentang alasan kenapa harus pindah, sedangkan sebelumnya ayah Beni memintanya untuk menyelesaikan pendidikan di Indonesia saja. Beni tidak pernah menjawab apa-apa, yang jelas ia akan menceritakan setelah kembali nanti. Pukul 19.00 WIB adalah jadwal pemberangkatan, Nabila berjalan di sebalah Beni dengan tatapan yang kosong. Mereka sampai di bandara satu jam sebelum keberangkatan. Nabila dan Beni menatap keluar dan melihat sisa-sisa senja yang ada, Beni mengatakan satu hal yang dapat menguatkan Nabila. “Senja memang indah, jika senja kali ini terdapat luka ingat indahnya malam dengan sinar bulan dan bintang.” Ucap Beni.
Enam bulan sudah kepergian Beni, Nabila melewati hari dengan penuh harap. Hingga suatu saat Nabila menerima pesan yang membuatnya merasakan patah dan hancur. Beni mengatakan bahwa tidak perlu menunggunya pulang, karena ia akan menetap di Malaysia, Beni juga membebaskan Nabila untuk mencari penggantinya dan tidak perlu lagi berharap dengan Beni. Seperti halnya gelas yang pecah, hati Nabila telah hancur begitupun kepercayaannya pada Beni.
Nabila duduk di kursi stasiun, ia menunggu jadwal keberangkatan kereta. Setelah berpisah dengan Beni, Nabila memang lebih suka bepergian dan mencari suasana baru untuk menghilangkan kesedihannya dan menyibukan diri. Beni memang laki-laki pertama yang dekat dengannya, setia adalah pilihan Nabila untuk menunggu seseorang yang pernah singgah di hatinya. Ia mencoba membiasakan diri dengan hal-hal yang mengingatkannya pada Beni, tanpa melupakannya. Nabila selalu menganggap ini adalah salah satu perjalanan hidup yang harus dilalui, pasti akan ada cerita yang lebih baik nanti.
Nabila memasuki kereta dan mencari kursi yang sesuai nomor pada karcis. Di setiap perjalanan hidupnya ia selalu menunggu kedatangan Beni kembali, ia yakin cinta tidak akan salah untuk berlabuh jika memang sudah takdirnya akan dipertemukan kembali. Sepanjang perjalanan di kereta, ia selalu yakin takdir cinta akan tepat dan ia memang menyembuhkan perasaan kecewanya namun tidak melupakan kebahagiaannya bersama Beni. Nabila bepikir untuk memperbaiki diri, begitu pula Beni yang mencoba memperbaiki dirinya. Berharap mereka akan bertemu kembali. Lamunan Nabila di setiap perjalanannya.
Beberapa kali kereta berhenti di stasiun, Nabila belum sadar pada lamunannya. Tanpa sadar di sebelahnya sudah ada sesorang yang menempati. Sosok laki-laki yang kembali mengingatkan pada Beni, Nabila mencoba tersenyum untuk membalas senyuman dari sosok laki-laki tersebut. Bersama senja yang entah berapa kali dilalui Nabila tanpa Beni, masih sama dengan senja yang kemarin bersama kenangan dan luka yang sama.
Waktu berjalan dengan cepat dan lambat, Nabila tetap menjadi sosok yang menikmati kehidupan dengan melihat indahnya alam. Berganti dari satu tempat ke tempat lain. Memang benar untuk mencintai tidak butuh waktu lama tetapi untuk melupakan tidak akan pernah ada waktunya.
SELESAI
Cerpen Karangan: Anis Fitriyani Blog / Facebook: Anis Fitriyani Anis Fitriyani, asal dari Grobogan Jawa Tengah. Sedang menempuh pendidikan S1 di IAIN Surakarta.
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 10 Mei 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com