Rutinitas Bonita tak pernah berubah sejak empat tahun belakangan, berangkat pagi dan kembali ke rumah hampir malam hari. Tak terasa memang sudah empat tahun ia mengabdikan dirinya di perusahaan tempat ia bekerja, dan sudah enam bulan Zeno, mantan pacarnya menjadi atasannya.
Malam itu, setelah membersihkan diri dan makan, ia menyandarkan tubuhnya melepas penat di sofa ruang keluarga menonton berita di televisi [BMKG mengingatkan agar warga mewaspadai cuaca ektrem yang terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia]. Memang hal itu dirasakan oleh Bonita, siang hari tadi begitu terik lalu petang harinya hujan. Ia yang tadi pulang kerja naik ojek online harus pulang dengan keadaan basah kehujanan.
Keesokan harinya sepulang kantor, hari mulai gelap selain sudah petang cuaca juga sedang mendung, agak telat ia keluar kantor karena harus menyelesaikan pekerjaannya, seperti biasa Bonita memesan ojek online dari ponselnya dan ia lihat di aplikasi, driver sedang menuju ke arah Bonita. Bonita memandangi langit yang sudah terlihat sangat gelap. Ah, mudah-mudahan hujan turun setelah aku sampai ke rumah, batinnya.
Bonita menunggu dekat pos keamanan sendirian saja. Rupanya yang diharapkan tidak menjadi kenyataan. Baru saja ia menaruh ponsel kembali ke dalam tasnya, hujan datang tanpa permisi dengan lebatnya, Bonita berlari untuk berlindung di bagian luar atap Pos Keamanan, tapi tetap saja basah. Ia memutuskan untuk menumpang di dalam Pos sebentar.
“Pak, saya boleh ya numpang berteduh sebentar disini?” tanyanya kepada security yang ada di situ. “Iya bu, silakan … sedang nunggu jemputan ya bu?” tanya si bapak. “Iya pak … bapak security baru ya, kok rasanya saya baru lihat bapak?” tanya Bonita membuka obrolan. “Iya bu, saya memang baru empat bulan bekerja di sini” “Ooh … pantas, karena saya sudah hafal betul dengan semua security disini”
Tak terasa dua puluh lima menit sudah mereka mengobrol, Bonita mulai resah yang ditunggu belum datang juga. Bonita mengambil ponsel dari dalam tasnya.
Sebuah mobil melaju dari arah parkir kantor hendak keluar, tiba di samping pos ia membunyikan klakson mobil dan membuka sedikit kaca mobilnya, terlihat sekilas oleh Bonita, Zeno ada dibelakang kemudi, dia buru-buru berpaling pura-pura tak melihat. Rupanya Zeno melihat Bonita, ia pun menghentikan mobilnya.
“Pak … sejak kapan ada bidadari jadi penunggu pos security?” tanyanya agak berteriak pada pak Priyono, nama pak security itu, Zeno senyum-senyum bermaksud menggoda gadis itu. “Ha… ha… ha… bidadarinya sedang menunggu jemputan pak!” jawab pak Pri agak keras juga agar suaranya tak kalah dengan suara hujan. Bonita seakan tak peduli dengan godaan Zeno, ia pura-pura sibuk membaca pesan di ponselnya. Huh … ternyata pesanan ojolnya dicancel, pantas saja tidak sampai-sampai, gerutunya. Dibatalkan pasti karena hujannya yang lebat dan angin kencang ini, batinnya. Ia berniat memesan taksi online saja, mungkin itu lebih baik, pikirnya.
“Bon … ayo pulang bersamaku!” teriak Zeno pada Bonita. Bonita melihat ke arah Zeno. “Engga usah, terima kasih” katanya datar “Maaf Bu, daripada nunggu ojol ngga datang-datang, ngga sebaiknya diterima saja tawaran pak Zeno? cuaca begini kan agak susah cari kendaraan bu, lagipula enak ada yang menemani” ujar pak Pri pada Bonita. “Ngga usah ngga papa pak, saya sudah biasa sendiri dan sudah pesan taksi online juga” padahal sejak tadi pun pesanannya belum ada yang menerima. “Ayolah Bon, jangan keras kepala, hujan lebat banget ini, jalanan pasti macet, belum tentu jemputanmu datang” bujuk Zeno. Bonita tetap tak acuh dan bergeming.
Zeno tidak tega membiarkan Bonita, akhirnya ia memundurkan mobilnya dan memarkirkan mobilnya tak jauh dari pos keamanan tersebut. Ia keluar mobil dengan melebarkan payung yang sudah ada di tangannya dan menuju pos keamanan di mana Bonita berada.
“Pak, saya boleh ikutan di sini?” tanyanya pada pak Pri. “Ya monggo pak, saya senang kok, jadi ngga kesepian saya, he..he..he, duduk pak…” Pak Pri menyodorkan sebuah kursi pada Zeno. Pos Keamanan cukup luas untuk mereka bertiga, Pak Pri berinisiatif menjauh dari Zeno dan Bonita dengan berdiri di depan pintu.
“Tugas sendiri pak?” tanya Zeno pada pak Pri “Berdua pak, tapi pak Karim izin datang agak telat” “Gimana kerja di sini pak, betah?” “Ya pak, saya bersyukur bisa kerja di sini, terima kasih bapak udah bantu saya” “Ah, saya kan cuma kasih info lowongan saja ke bapak, ngga usah sungkan pak” Zeno melirik Bonita yang masih tidak acuh dengan kehadirannya di dekatnya.
“Bon…” “Ngapain kamu ikut-ikutan di sini Zen, nanti istrimu mencarimu” ujar Bonita sekenanya. “Hey … aku ini free tidak ada yang menungguku di rumah, lebih baik aku di sini menemani kamu” “Aku sudah terbiasa sendiri, untuk apa menemaniku?” “Ya karena aku memang mau … hmm … kenapa sih selalu menolakku? Kuajak makan siang bareng menolak, kuajak pulang bareng pun begitu, aku ngga akan macam-macam sama kamu kok, belum percaya sama aku?” “Cuma modus doang” jawab Bonita. Zeno hanya tertawa mendengarnya.
“Aku seneng deh akhirnya cuaca mendukung kita he..he..he, kita jadi bisa ngobrol disini …, kamu ngga mau menanyakan bagaimana aku bisa di Semarang?” “Kenapa?” tanya Bonita cuek. “Aku sengaja mengambil kuliah di Yogya agar aku bisa jauh dari Elena dan bisa putus darinya…” “Jahat sekali kau, kenapa? sudah bosan?” Bonita memotong. “Ngga begitu sih, sebenarnya sejak dari dulu aku ingin memutuskannya, tapi dia selalu menolak, dia terlalu posesif, ngga nyaman aku sama dia, dia selalu pengen tahu aku ada dimana …ha ha..ha… kayak intel saja, nah lulus kuliah aku terima pekerjaan di Semarang sampai akhirnya aku dipindahkan kesini … dan ketemu kamu, mungkin kita berjodoh ya …ha..ha..ha… kamu lebih cantik Bon…” rayu Zeno. “Uh, mulai kan keluar playboynya …” “Ha..ha..ha… ini bukan gombalan Bon, aku serius…”
Cukup lama mereka berbincang, hingga tak terasa malam kian larut, namun hujan tak kunjung reda, masih lebat disertai angin kencang, dedaunan pohon terlihat melambai-lambai cepat terkena hembusannya. Bonita bersyukur akhirnya ada driver yang menerima pesanannya. Mudah-mudahan segera sampai ke sini, batinnya.
Hening sesaat, Zeno memperhatikan gadis yang ada di dekatnya itu dan berbicara dalam hati, Aku senang bisa mengobrol lebih lama seperti ini Bon, kamu boleh saja ngga percaya lagi kepadaku karena dulu aku pernah membohongimu, tapi aku berkata sejujurnya bahwa semenjak pertemuan terakhir kita dulu, aku tak bisa berhenti memikirkanmu. Kamu berbeda dengan gadis lainnya, aku benar-benar jatuh cinta padamu Bon.
Taksi online yang dipesan Bonita telah sampai, ia bergegas menaikinya setelah mengucapkan terima kasih pada pak Pri dan pamit pada semua orang di situ. Zeno pun pamit kepada pak Pri dan pak Karim yang memang sejak tadi mengobrol di depan pintu. Zeno berniat mengikuti kendaraan yang ditumpangi Bonita, hanya untuk memastikan Bonita baik-baik saja hingga sampai di rumahnya. Zeno sungguh-sungguh sayang pada gadis itu dan ia tak ingin sesuatu terjadi pada Bonita di jalan. Ia berjanji akan terus mengejar cinta Bonita sampai gadis itu luluh dan menerima cintanya.
Cerpen Karangan: Zusan W
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 10 Mei 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com