Pagi ini Asha sangat resah, bagaimana tidak ia akan mengikuti UN dan harus datang pagi pagi tapi pak Wawan sopir rumah itu tidak bisa mengantarnya ke sekolah karena harus mengantar Sarah dulu dan Sarah tidak mau mengalah. Oiya Sarah adalah adiknya Aman umurnya setahun lebih muda daripada Asha dari awal Sarah membenci Asha apalagi setelah Asha sangat akrab dengan kakaknya, ok lanjut cerita akhirnya bu lcha menyuruh Aman untuk mengantar Asha ke sekolah memang biasanya yang mengantar dan menjemput juga Aman tapi bedanya hari ini harus lebih pagi. Di pertengahan jalan Aman malah mengehentikan mobilnya tanpa sebab.
“Kok berhenti?” “Hehe. Sengaja” “Ih jalanin lagi dong nanti kalau aku telat gimana? Emang kamu mau tanggung jawab? Jalanin dong cepetan, Aman baik deh” “Sssstt. Aku mau ngomong sesuatu yang penting sama kamu” “Sambil jalan juga bisa kali” “Dari tadi kamunya baca terus pas aku berhentiin kamunya gak berhenti bicara gimana mau dengerin”
“Yaudah deh mau ngomong apa?. Penting banget emang” “A..aku se..sebenarnya suka sama ka..kamu. Ka..kamu mau kan ja..jadi pacarku” Ucap Aman gugup. “Gak” “Loh kok nggak sih yaudah mobilnya nggak akan aku jalanin ya” “Jangan gitu dong, aku mau kok, tadi itu cuma bercanda”
Mereka kini menjadi sepasang kekasih yang sangat serasi Asha cantik dan Aman juga sangat tampan. Hari hari telah berlalu dengan cepat UN pun selesai dilaksanakan dan hari ini adalah acara kelulusan namun sayang ibu Asha tidak dapat datang hingga diwakilkan oleh tante lcha dan Aman tentunya. Asha mendapat pringkat tertinggi di sekolahnya namun ada satu hal yang membuat Asha sedih, ia takut kalau pak Hantoro melamarnya karena sekarang ia sudah lulus namun ia sama sekali tidak menceritakan masalahnya pada siapapun termasuk pada Aman kekasihnya.
“Aku ada sesuatu untukmu” ucap Aman sambil melepas kalung yang ia pakai dan memakaikannya di leher Asha. “Bukankah ini kalung pemberianku dulu waktu kita kecil” tanya Asha heran. “Iya, kini aku tidak membutuhkannya lagi. Aku kan sudah punya kamu”
Aman dan Asha jarang sekali bertengkar kalau bertengkar juga gak pernah lama. Asha dekat dengan sahabatnya Aman seperti Candra dan Bagas begitupun Aman ia dekat dengan sahabatnya Asha seperti Anita, Mira dan Okta. Mereka selalu saling mengerti hingga suatu hari Aman pergi ke suatu tanpa Asha ia juga berjanji jika sudah pulang akan mengajak Asha jalan jalan. Namun di siang harinya ibu Isna datang dan menjemput Asha pulang. Asha sangat senang dengan kedatangan ibunya namun ia juga sedih karena harus meninggalkan Aman. Setelah berbincang bincang dan berterimakasih pada bu icha Asha dan ibunya pun pergi. Di taxi yang mereka tumpangi ia melihat Aman. Ingin sekali rasanya ia memanggilnya namun ia tidak bisa berkata kata hanya ada air mata yang keluar di pelupuk matanya.
Sampai rumah Aman berteriak memangil mangil nama Asha sambil berlari mencari ke setiap sudut ruangan di rumah itu. Tentu saja ia tidak akan pernah menemukanya karena orang yang ia cari sudah pergi. Ia pun bertanya “Bi, Asha mana bi kok saya cari cari nggak ada sih” tanya Aman namun bi Siti hanya diam “Bi kok nggak jawab sih, Asha mana bi” “Cewek genit itu udah pulang, tadi ibunya yang jemput” terdengar suara seseorang di belakang Aman. Sarah adiknya. “Loh kok dia nggak pernah bilang ya” “Mana gue tau lagian gak penting juga”
Sudah seminggu ini Aman hidup tanpa Asha, waktu baginya terasa sangat lama apalagi setelah ayahnya menjodohkanya dengan Citra (putri bungsu pak Hantoro) ia sebenarnya sudah menolak namun ia tidak bisa membantah perintah ayahnya.
“Hai! Kok melamun saja sih” suara itu terdengar jelas di telinganya. Citra. “Kalau kamu datang kesini untuk menggodaku aku tidak akan pernah tergoda” “Enak saja. Memang aku cewek murahan”. “Wah itu foto pacarmu ya, cantik” sambil menunjuk hp Aman “Ngapain kamu kesini?” “Jutek amat. Aku kesini cuma mau bilang kalau aku nggak setuju dengan perjodohan itu a…aku sudah punya pacar. Pacarku itu Chandra sahabatmu kan” “Kenapa baru bilang. Kalau gitu kan aku jadi merasa sedikit lebih lega.”
Rencananya malam ini Aman akan kabur dari rumah dan menemui Asha di runahnya. Namun ia berfikir lagi bagaimana ia akan menemukan alamat rumahnya Asha?. Lama Aman berfikir hingga ia menemukan alamatnya di foto mereka waktu kecil. Tanpa pikir panjang Aman langsung menyiapkan motor tapi ia ketauan ibunya. Aman terpaksa menjelaskan semuanya kirain ibunya bakal marah besar tapi dugaannya salah. Setelah minta izin pada ibunya Aman langsung pergi ke alamat yang dituju ia sampai disana jam 8 pagi. Sebenarnya rumahnya juga tidak jauh jauh amat karena ia kesasar jadi lama deh di perjalananya.
Sampai disana Asha tidak ada hanya ada ibunya saja lalu ibunya menceritakan apa yang telah terjadi, ternyata mereka telah dirampok begitu sampai di desanya sendiri. Setelah itu dua hari kemudian pak Hantoro berserta anak buahnya datang dan membawa Asha pergi karena tidak bisa membayar hutang. Rasanya hati Aman hancur berkeping keping saat mendengarnya. Sekitar tiga jam kemudian datanglah Bagas, Citra dan Chandra. Citra mengabarkan bahwa ia tau dimana keberadaan Asha dan mereka berencana akan menculik Asha dari tempat itu nanti malam.
Malamnya mereka melakukan aksinya, mula mula Citra masuk ke tempat dimana Asha di kurung dan mencari jalan keluar disana dan Aman menunggu Asha di luar sementara Bagas dan Chandra berjaga jaga supaya tidak ada yang ngintip. Asha pun bisa keluar dengan selamat namun ternyata salah satu anak buahnya pak Hantoro melihatnya dan memanggil teman temanya alhasil mereka pun di kepung. Baku hantam pun akhirnya terjadi. Mereka saling memukul satu sama lain dan darah bercucuran di tempat itu walau tak sebanding antara tiga lawan dua puluh satu orang namun Aman dan kawan kawan memenagkan pertarungan itu. Sembilan belas orang sudah luka parah dan tak berdaya sedangkan sisanya malah melarikan diri.
Setelah merasa semuanya telah bebas Aman pun menggenggam tangan Asha dan berjalan menuju mobil namun secara tidak sadar seseorang menancapkan pisau di perut Aman hingga ia tergeletak dan tidak bisa apa apa siapakah ia ternyata pak Hantoro. Karena masih sadar Aman pun berteriak memanggil teman temanya tapi ternyata Bagas, Chandra dan Citra sudah tertangkap oleh anak buahnya pak Hantoro. Asha pun hanya bisa menangis, tangannya ditarik secara paksa oleh pak Hantoro untuk kembali dikurung. Tak lama kemudian suara sirine polisi pun terdengar jelas dan sepertinya menuju tempat tersebut.
‘Siapa yang telah menghubungi polisi’ batin Aman bingung. Ternyata ayahya Aman yang telah memanggil polisi dan akhirnya pak Hantoro berserta anak buahnya dibawa ke kantor polisi dan akan di adili dan selain polisi ada beberapa ambulans juga hingga Aman pun dilarikan ke rumah sakit.
“Jangan menangis aku baik baik saja” Ucap Aman lirih sambil menghapus air mata Asha. “Bagaimana aku tidak menangis. Aku takut terjadi apa apa denganmu” jawab Asha “Tidak akan terjadi apa apa, percayalah padaku” ucap Aman sementara Asha hanya menganggukan kepala.
Setelah di rumah sakit dokter bilang lukanya cukup parah dan Aman mesti dioperasi. Akhirnya Aman pun dioperasi. Dua jam Asha, teman teman dan orangtuanya Aman menunggu sampai dokter keluar.
“Oprasinya berjalan lancar tapi sebaiknya Aman jangan di temui dulu karena sekarang ia harus istirahat yang cukup bila ingin menemuinya datanglah esok pagi” ucap dokter dan semuanya pun pulang untik membiarkan Aman istirahat dengan cukup.
Esoknya sekitar jam sembilan pagi Asha dan ibunya datang ke rumah sakit ternyata disana juga sudah ada orangtuanya Aman Bagas, Candra dan Citra juga lalu dilihatnya Aman yang sepertinya sudah lebih membaik walau masih terbaring. Mereka pun berbincang bincang cukup lama hingga.
“Asha bolehkah aku minta sesuatu darimu?” tanya Aman tiba tiba “Boleh” “Maukah kamu menikah denganku dan tinggal bersama lagi di rumahku?. Boleh kan ayah?” “Kali ini boleh nak tapi kamu harus sembuh dulu” “Makasih ayah. Asha kamu mau gak?” “Ya. Aku mau”