Pagi itu, seorang gadis berlari di koridor kampus dengan tergesa-gesa. Ia Reya Latifa, seorang k-popers akut dan suka halu yang saat ini berada di semester empat jurusan Ilmu Komputer. Dulu saat SMA Reya pikir kuliah itu santai dan banyak drama percintaannya seperti di film-film Korea yang ia tonton. Namun, nyatanya sangat berbeda sekali, dunia perkuliahan sangatlah sibuk. Ada sih, yang jadi incaran Reya di jurusannya, hal itu yang membuat Reya sedikit bersemangat.
Sampainya di dalam kelas, Reya lega dikarenakan dosennya belum masuk. Reya duduk di samping Weli dengan nafas yang ngos-ngosan. Seperti biasa sebelum dosen masuk ke kelas beberapa Mahasiswa sibuk dengan gawai masing-masing. Begitupun Reya, ia baru saja akan membuka salah satu aplikasi pemutar musik, akan tetapi segera dihentikannya ketika seorang laki-laki tinggi dan berpakaian rapi masuk ke kelas dengan gaya santai, dia bukan Dosen Reya. Weli menyikut lengan Reya, dan memberikan kode kalau ada David.
David merupakan kakak kelas dari Reya, David orangnya kalem dan manis. Ngapain David masuk ke kelas ini? Pikir Reya. Teman-teman David yang lain juga masuk ke kelas, rupanya mereka memberi info mengenai beberapa program kerja di himpunan. David termasuk salah satu pengurusnya. Trobos aja langsung, ikut. Otak halu Reya bekerja dengan cepat, akhirnya Reya mengisi data dan mantap memutuskan untuk ikut kelas desain. Terpenting bagi Reya, dia bisa melihat David dan dekat dengan David.
—
Awal perkenalan di kelas desain Reya merasa sangat gugup, dikarenakan yang ikut disana adalah teman-temannya yang memang jago membuat desain. Akan tetapi, demi melihat David, Reya memberanikan diri. Kelasnya dimulai dengan teknik-teknik dasar terlebih dahulu, dan para pesertanya diberi tugas setelah mengikutinya. Sebenarnya Reya mulai tidak nyaman di sana, dikarenakan ada penugasan. Tugas kuliah saja udah merepotkan, apalagi ditambah tugas dari kelas desain, pikir Reya.
Satu minggu kelas itu berjalan, Reya mulai malas untuk mengikutinya. Reya pun berinisiatif untuk menghubungi penanggung jawab kelas tersebut, yaitu David. Reya beralasan kalau dia sakit. Namun nyatanya Reya asik streaming MV Korea dan menonton Variety Show. Hidup Reya hanyalah seputar itu, bermain sosial media, dan ujung-ujungnya jadi penonton story WhatsApp. Namun, Reya heran ada snap dari David, ia bersorak riang, ternyata David langsung menyimpan nomornya.
Harapan melihat wajah David dan berinteraksi dengannya secara terus-menerus pupus ketika kampus mengeluarkan kebijakan kuliah online, dikarenakan Covid-19. Reya kesal bukan main, dia akan jauh dengan David. Begitupun dengan Weli, teman akrabnya. Weli berbeda kota dengannya. Reya memutuskan untuk pulang ke kampung. Namun kedekatannya dengan David melalui gawai media sosial tetap berlanjut. Sikap David sangat ramah, caranya bersikap sangat dewasa dan berbeda dengan laki-laki yang pernah Reya temui.
Snap yang dibuat Reya sering dibalas oleh David. Reya asumsikan jika David tertarik padanya. Reya senang bukan main, orang yang dikaguminya meresponnya dengan baik. Disaat kita mengagumi seseorang, kita akan menjadi bersemangat, Reya mengakui hal itu. Dia sangat bersemangat untuk membuka notifikasi WhatsApp setiap hari. Biasanya Reya akan lama membalas pesan dari teman-temannya, namun untuk David berbeda. Ketika ada notifikasi dari David, Reya langsung membalasnya dengan cepat. Hampir setiap hari mereka berbalas pesan, awalnya David akan mengomentari snap dari Reya, lama-lama obrolan mereka pun berlangsung lama. Kadang-kadang David iseng, sengaja membuat Reya kesal, dan perhatian-perhatian kecil lainnya. Hal-hal kecil yang selalu David ingatkan membuat Reya merasa diantara mereka ada hubungan. Mengenal David, walaupun secara virtual membuat hari-hari Reya lebih bewarna.
Sebelumnya Weli sempat mengingatkan Reya agar jangan terlalu baperan, namun Reya tetaplah Reya yang keras kepala. Benar, yang terjadi adalah Reya baper dengan David. Bukan. Lebih tepatnya dengan ketikan David. Bagaimana tidak, Reya dan David memiliki satufrekuensi, kesukaan yang sama. David suka membaca buku, Reya juga. David suka dengan puisi, Reya juga. Bahkan bahan obrolan mereka tidak pernah habis.
—
Tidak terasa berbulan-bulan kuliah online membuat Reya hampir mati kebosanan. Reya pun meminta izin kepada Ibunya untuk pergi ke kampus, alasannya untuk bertemu teman-teman. Ibu Reya mengizinkan, asalkan Reya bisa jaga diri.
“Nanti gua sekalian ketemu sama David,” ujar Reya saat teleponan dengan Weli. “Udah dekat banget ya lu sama David,” ceroteh Weli di seberang sana. “Iya dong, oke sampai jumpa besok yaa.” Reya mematikan sambungan ponselnya. Jantung Reya berdebar-debar dengan kencang. Dia dan David nanti akan membahas apa ya nanti? Bagaimana sikap David nantinya ketika mereka bertemu? Reya memikirkan banyak hal dan tersenyum. Reya memejamkan matanya, dan berharap mimpi indah menghampirinya.
Pagi hari Reya langsung menuju kampus menggunakan mobil Travel yang dikemudikan kakak iparnya. Reya sampai di kampus sudah agak siang, dikarenakan jarak rumahnya dengan kampus cukup jauh. Reya segera menemui Weli di tempat yang telah dijanjikan, setelah turun dari mobil.
“Ya ampun Reya, giliran mau ketemu David aja lu dandan,” ujar Weli saat dihampiri Reya. “Iya dong, kan mau ketemu gebetan, harus maksimal.” Reya merasa percaya diri. Reya adalah tipe orang yang jarang dandan, dengan alasan tidak mau ribet, tapi demi ketemu David, Reya melakukannya.
Reya dan Weli jalan-jalan mengelilingi kampus, mereka sudah sangat merindukan suasana kampus, kecuali tugas-tugas menumpuk yang diberikan dosen. Mereka juga mengambil beberapa photo untuk di post di media sosail. Selesai jalan-jalan, Reya dan Weli makan di salah satu tempat langganan mereka di kampus.
“Mau ketemu sama David jam berapa?” tanya Weli saat Bu Teten menghidangkan dua mangkuk siomay. Bu Teten adalah pemilik tempat makan langganan Reya dan Weli. “Kayaknya sore, ntar malam gua mau pulang,” ujar Reya. “Kok cepat amat pulangnya, nginap di kos gua dulu aja ya Re, besok pagi baru pulang.” Weli sudah membayar kosnya selama delapan bulan di dekat kampus. Namun, karena covid-19 beberapa bulan belakangan tidak ia tempati.
Dengan ragu-ragu Reya mengangguk. Reya sebenarnya juga khawatir jika pulang malam. Reya langsung mengirim pesan kepada Ibunya kalau ia akan pulang besok. Ibu Reya hanya mengiyakan, asalkan Reya bisa menjaga diri. Hal yang selalu diingatkan sang Ibu.
Reya dan Weli memakan makanan mereka dengan sangat lahap, namun tiba-tiba dihampiri oleh seorang laki-laki yang tidak Reya kenal. Namun kemudian Weli berdiri dan mempersilahkan laki-laki itu untuk duduk. Raye memberi isyarat kepada Weli, seakan mempertanyakan “ini siapa?”. Weli hanya tersenyum.
“Re, maaf ya pasti lo bingung, ini Arga, sepupu gua. Gua cerita banyak tentang lo ke dia, dan ketika dia tau lo ke kampus ini, dia maksa mau gabung, rese emang,” cerocos Weli.
Laki-laki yang bernama Arga itu sedari tadi terus menatapi Reya. Akan tetapi perasaan Reya hanya biasa saja. Berbeda ketika dia berinteraksi dengan David. Satu pesan saja masuk dari David, akan membuat Reya tersenyum.
“Hai, lo pasti Reya kan? Kenalin gua Arga, dari jurusan Ekonomi, gua sepupu Weli.” Arga menjulurkan tangan untuk bersalaman. “Salam kenal Arga, gua Reya.” Reya menerima uluran tangan itu.
Mereka akhirnya mengobrol dengan seru, Arga ternyata juga asyik diajak mengobrol. Mulai dari hal-hal random sampai kepada cerita horror kampus. Tanpa disangka Weli berusaha mendekatkan Reya dengan Arga. Padahal Weli tahu kalau Reya menyukai David, kakak kelasnya. Namun, Weli hanya tidak mau Reya kecewa.
“Oiya, gua pamit dulu ya, soalnya ada urusan yang penting,” ujar Reya ditengah obrolan seru mereka, dikarenakan ada satu notifikasi dari David. Reya bergegas untuk menemui David, di tempat yang ditentukan David. Weli dan Arga hanya menghela nafas, ketika melihat Reya dengan semangat meninggalkan mereka. Sebenarnya ada kekhawatiran dari Weli melihat Reya, pasalnya anak itu sangat gampang senang dan juga gampang sedihnya.
Saat sampai di tempat yang telah dijanjikan David, Raye bingung. Dia pikir David akan menemuinya seorang diri saja, namun sangat berbeda dengan apa yang Reya harapkan. David bersama teman-temannya yang lain. Entah kenapa perasaan Reya agak sedih. Namun, Reya berusaha terlihat baik-baik saja. Lebih terkejutnya lagi adalah ketika ada seorang perempuan yang sangat anggun dan cantik bergabung bersama mereka.
“Hai semuanya. Maaf telat, lagi bahas apa nih?” tanya perempuan tersebut. “Nggapapa kok Lia, santai aja,” ujar David. Aku tersadar, cara David menatap perempuan yang bernama Lia itu berbeda. Tatapan David sangat dalam. Lalu David melihat ke arah Reya, dengan buru-buru Reya menetralkan ekspresi wajahnya. “kenalin guys, ini Reya, adek kelas, eh bukan, teman gua yang asyik banget anaknya,” ujar David.
Reya hanya memaksakan senyum, seharusnya Reya tidak menemui David disini. Namun, Reya si keras kepala. Ia masih saja menganggap David memperlakukannya dengan spesial. Padahal baru saja David mengatakan kalau dirinya adalah sebatas teman. Obrolan berlangsung dengan seru, iya, obrolan David, Lia dan teman-temannya, sedangkan Reya hanya diam merasa seperti asing diantara mereka. Walaupun sesekali David mengajaknya bercanda. Lagi-lagi David menatap Lia, bukan Reya.
Reya tidak tahan, akhirnya ia pergi darisana. Tentu saja David menyusul, heran kenapa Reya tiba-tiba pergi. Sebenarnya Reya sudah ingin menangisi kebodohannya, namun masih Reya tahankan. Ketika David menahan tangan Reya, Reya berbalik. David terlihat bingung.
“Reya, kenapa?” tanya David. “Aku mau semuanya jelas,” ujar Reya dengan susah payah. “Maksud kamu apa? Aku ada salah?” tanya David. “David, sebenarnya aku kagum dan baper sama kamu, udah lama.”
David terdiam, mukanya terlihat bersalah. “Jangan baper sama aku Reya, karena kamu bakal kecewa.” “Aku pikir hubungan kita spesial, ternyata cuma aku yang berharap. Kamu cuma menganggap aku sebagai teman.”
Reya menitikkan air matanya, ia sudah terlanjur kecewa, bukan salah David juga, dirinyalah yang terlalu berharap. Nyatanya David hanya sekedar ramah, David hanyalah singgah bukan menetap. Dengan pikiran yang mulai kacau, Reya ingin memastikan sekali lagi, walaupun sayapnya telah patah. Percuma saja ia berdandan, sedangkan David menatap mesra perempuan lain.
“Kamu suka sama orang lain kan?” tanya Reya untuk yang terakhir kalinya. Untuk memastikan, walaupun Reya telah tahu jawabannya. “Iya, aku suka sama orang lain dari dulu, bahkan masih sampai sekarang,” ujar David dengan mata yang menerawang. David tidak mengucapkan maaf. David ingin dirinya dan Reya kembali berteman seperti sedia kala. David tidak mau kehilangan Reya sebagai temannya.
Sampainya di kos Weli, tangis Reya menjadi-jadi. Weli tidak perlu lagi bertanya ada apa gerangan. Semuanya sudah tertebak oleh Weli. Reya menceritakan pertemuannya dengan David, dan Weli merasa sangat kasihan. Akan susah bagi Reya untuk mengembalikan moodnya untuk beberapa hari kedepan jika gadis itu sudah menangis. Dari awal Weli sudah mengingatkan Reya agar tidak baperan dengan David, namun mau bagaimana lagi, nasi sudah menjadi bubur. Firasat seorang teman tidak pernah salah.
Paginya Reya pulang dengan perasaan kecewa, sedih bercampur aduk. Reya kecewa pada dirinya sendiri, telah berharap kepada laki-laki yang bernama David. Reya merutuki kebodohannya. Beberapa notifikasi dan pesan masuk ke ponselnya, namun Reya diamkan, Reya butuh tenang. Ia merasa sangat lelah. Reya memutar lagu kesukaannya dan memejamkan mata. Reya berjanji pada diri sendiri, bahwa kedepannya ia tidak akan mudah baper hanya dengan ketikan, ia tidak akan mudah lagi menaruh harapan kepada orang lain.
Cerpen Karangan: RenaiLikeRain Blog / Facebook: Reni Putri Yanti Penulis bernama asli Reni Putri Yanti. Ua sedang menempuh pendidikan di Universitas Andalas. Ig: renai6_
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 29 Juli 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com