Mungkinkah waktu bisa diulang kembali? Sungguh aku menyesalinya kini. Ketika kulihat kau jauh lebih bahagia dengannya.
Aku masih duduk di bangku panjang taman ini. Tempat dimana dulu kau biasa menungguku untuk bertemu. Di saat kita masih bersama. Dimana kau seolah-olah menjadi sekuntum bunga di taman yang menunggu diriku. Dan diriku bagaikan kupu-kupu yang selalu kau nanti untuk hinggap di bunga itu. Tidak, mungkin lebih tepatnya aku bukanlah kupu-kupu yang selalu kau nanti. Aku bahkan lebih buruk dari hama tanaman. Miris, andai saja dulu aku tidak bodoh. Melupakan bunga yang selalu menungguku dulu, hanya untuk kesenangan sementara.
Senyummu selalu menjadi sapaan hangat bagiku. Layaknya bunga yang kupandang bermekaran di pagi hari. Sebelum hari itu aku merusaknya. Aku kehilangan sapaan hangat itu untuk selamanya. Bibir indahmu yang dulu tidak pernah berhenti mengucapkan cinta padaku. Seketika berubah mengucapkan kebencian padaku. Pelukan hangat yang dulu selalu kau berikan padaku setiap kita bertemu. Tapi saat itu, ketika kita berpisah kau bahkan tidak menoleh padaku.
Ya, aku yang salah. Aku yang bodoh. Aku yang jahat. Aku yang pengkhianat.
Setetes air mata jatuh di pipiku. Tepat di kursi panjang taman kota yang sepi di kala malam. Aku kembali merasa hancur mengingat kenangan masa lalu. Yang sungguh aku sesali, yang setiap saat selalu menyiksaku. Ingin sekali aku mengulang waktu dan memperlakukan wanita yang begitu mencintaiku dengan tulus sebaik mungkin. Ingin sekali aku menolak wanita yang telah membuatku berkhianat pada wanita yang sebenarnya tulus. Tapi apa yang kini bisa kulakukan selain menyesal. Waktu tidak mungkin diulang kembali. Tidak ada seorang pun yang mampu mengulang waktu. Termasuk diriku yang bodoh ini.
Setelah lama aku melamun menyesali semua yang telah terjadi di masa lalu. Kulihat sekilas dirimu dengan senyum indahmu di seberang taman. Awalnya kukira itu hanya halusinasiku saja. Seperti yang sering kulihat setelah hari perpisahan itu. Namun, akhirnya aku tersadar dan benar itu dirimu. Ini nyata bukan mimpi. Tapi apa yang kau lakukan disini malam-malam begini?.
Aku menghapus sisa air mataku. Dan bangkit dari kursi panjang taman. Dan berjalan mendekatimu. Baru tiga langkah aku beranjak dari kursi taman. Kulihat seorang pria menghampirimu. Kau terlihat menyapa dan memeluknya dengan hangat. Kau terlihat mengobrol dan tertawa bahagia dengannya. Aku masih terus mengamati dirimu dari kejauhan bermesraan dengannya. Hingga akhirnya dia mengeluarkan kotak kecil dan berlutut di hadapanmu.
Aku segera berlari secepatnya dari taman itu sambil menahan air mata yang mendesak keluar. Aku benar-benar tidak kuat lagi, melihat dirimu bahagia bersamanya. Kau sudah berhasil melupakan diriku dan jauh terlihat lebih bahagia bersamanya. Mungkin bukan takdirku untuk bisa bahagia bersamamu. Yang bisa kulakukan sekarang setelah melihatmu bisa tertawa bahagia bersamanya tadi. Hanyalah mendoakanmu semoga kau selalu mendapatkan kebahagiaan bersama dengan pria yang terbaik untukmu, dan semoga saja sekarang kau sudah mampu memaafkan diriku.
Sesungguhnya diriku hanyalah makhluk bodoh. Yang tidak pernah menghargai apa yang sebenarnya berharga. Dan mengejar sesuatu yang sebenarnya tidak berharga. Hanya untuk kesenangan sementara bukan kebahagiaan sejati. Lalu diriku berakhir pada dunia penyesalan selama sisa hidupku.
Cerpen Karangan: Purwa Blog: r1dpvr.blogspot.com
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 15 Agustus 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com