“Huuuuuf!” Anya, seorang gadis cantik berusia 21 tahun tengah menarik nafas panjang, seraya mendudukan tubuh langsingnya di sebuah kursi taman yang tak jauh dari rumah miliknya.
Wajahnya terlihat memerah, dadanya berdebar luar biasa, jantungnya berdetak tak seirama, rasa gemetar tengah menyergap tubuhnya. Bagaimana tidak, hari ini Anya akan bertemù dengan seseorang yang sudah 1 tahun ini mengisi kekosongan hatinya, menyentuh batinya dan menghiasi hari-harinya dengan penuh canda tawa dan air mata, namun bodohnya, cinta yang bersemayam di dalam hati dan perasaanya itu, bukanlah cinta biasa, tapi cinta aneh terhadap seseorang yang belum pernah dia lihat wajahnya sama sekali, tak tau keberadaan aslinya dimana, hanya melihat sebatas foto yang belum bisa dipastikan kebenaranya, yang pasti Anya tengah jatuh cinta sedemikian hebatnya terhadap seseorang, hanya melalui chating tanpa mendengar suara. (Aneh memang).
Cinta Anya terhadap seseorang yang bernama Dafi, membuatnya sedikit dipandang aneh oleh semua sahabat terdekatnya, bagaimana tidak, Anya terkadang menangis tanpa sebab, tak tau apa masalah yang tengah dihadapinya, Ànya bahkan dianggap sedikit gila karena kadang dia juga terlihat tertawa riang.
Semua sahabatnya mulai menjaga jarak, bahkan mereka berkali-kali mengingatkan Anya, bahwa cintanya itu tak nyata, Anya belum tau siapa lelaki yang sangat dicintainya tersebut.
“Aku heran, bagaimana kau bisa sangat-sangat mencintai Dafi, sementara tak sekali pun kau menatapnya.” Tegas Dewi salah satu sahabatnya. “Entahlah, yang pasti aku merasakan bahagia tiap kali dia menghubungiku, Dafi memang jauh dan aku belum melihatnya, tapi setiap hari dia selalu mengingatkan agama kepadaku, selalu menyuruhku menghadap Allah tepat waktu, dan yang sangat aku heran, Dafi faham diriku, lebih dari kalian yang kini ada di sampinku, karena lewat chat saja, Dafi tau aku sedang berduka, dia faham saat aku sedang kecewa dan terluka.” Jelas Anya yang membuat Dewi mengaga. “Oke, dia bisa faham kamu tanpa menatap, tapi apa kamu yakin, dia itu ada, bagaimana jika namanya bukan Dafi, bagaimana jika ternyata dia itu wanita, atau pria tua yang sudah memiliki istri?” Tanya Dewi lagi.
Anya terdiam, dia hanya memapu menuduk sejenak, air mata mulai membasahi wajahnya, rasa takut itu mulai merasuk dalam hati kecilnya. “Bagaimana, jika apa yang Dewi katakan benar adanya.” Rasa ragu itu mulai ada. “Ah, tidak-tidak, dia sudah mengirim foto kepadaku berkali-kali.” Batin Anya lagi. Namun tak bisa dipungkiri, apa yang diucapkan Dewi mulai mengacau batinya.
“Kenapa dia tidak menemuimu? Kalian sudah saling mencintai selama 8 bulañ lebih?” Sergap Dewi lagi. Anya tersenyum sendu. “Dia sakit, dan sekarang tengah dirawat, bukan maiñ-main, Dafi menderita Autoimun sudah hampir 5 bulan ini, dia tak bisa menemuiku, karena tengah sakit parah, itu kenapa, kadang aku menangis tak jelas, sebab dari chat saja aku merasakan penderitaanya.” Jelas Anya dengan mata berkaca-kaca. “Hahahaha, kau ini polos atau lugu sih? Bagaimana jika dia hanya alasan saja dan dia nyatanya tak sakit parah seperti apa yang dia katakan padamu, sia-sia airmatamu itù.” Dewi menasehati lagi. “Terserah kau mau bilang apa, ini hidupku ini hatiku, diamlah, jangan katakan apa pun lagi, selama tak merugikanku, semua akan kujalani, jadi berhentìah ceramah!” Amarah Anya yang sangat luar biasa.
Namun ucapan Dewi itu mulai meracuni hatinya, ragu mulai mengobrak abrik perasaanya.
—
“Kau siapa? Dan kenapa kau tak menemuiku? Apa kau sedang bermain-main dengan perasaanku?” Anya mengirim pesan untuk Dafi. Kekasih onlinenya itu hanya mengirim emoticon senyum. Hal itu memancing amarah Anya, gadis itu mulai marah-marah lewat chatnya, semua kata-kata kasar Anya keluarkan, Anya mengucapkan kata-kata Dewi beberapa waktu lalu kepada Dafi.
“Pergi jika memang kau ingin pergi, jàuhi aku jikä kau mulai ragu, jika aku ingin berbuat jahat, kejahatan apa yang kulakukan padamu? Apa aku memerasmu, atau aku menyebarkan fotomu dengan hal-hal aneh, apa aku melakukan hal yang merugikanmù?” Dafi terlihat kesal dan kecewa ketika Anya meragukan siapa dirinya.
Sejak hari itu, Anya tak bisa lagi menghubungi Dafi, kekasih onlinenya itù menutup semua akses komunikasi, selama 3 bulan lamanya, hingga rasa bersalah menyergap batin Anya. Setiap malam Anya mengirim pesan, permintaan maaf kepada Dafi, selama 3 bulan, tanpa adanya balasan, tapi Anya terus melakukan. Hingga malam itu, Anya mulai tak tahan lagi, dengan gejolak batinya saat ini.
“Dafi, jika kau mencintaiku datanglah dan temui aku! Jika kaü nyata buktikan padaku, aku tunggu hadirmu 2 hari lagi, jika kau tak datang, maka aku akan membunuh diriku sendiri, karena aku tak sanggup dengan semua ini!!” Ancam Anya, gadis itu memberi alamat lengkap dimana Dafi dapat menemui dirinya.
Tak disangka, 7 jam kemudian Anya mendapat balasan IYA, dan hanya kata itu yang Dafi tulis selama 3 bulan tak menyapa Anya.
Dan kini Anya benar-benar menunggu kedatangan Dafi, dan hari ini hari dimana dia meminta Dafi untuk menemuinya di sebuah taman yang tak jauh dari rumah miliknya. Balasan IYA yang Dafi kirim, membuat Anya yakin orang yang telah diragukan sahabat-sahabatnya itu akan datang harì ini.
1 jam sudah berlalu, tak ada tanda bahwa Dafi akan datang, namun Anya tetap sabar menunggu hingga akhirnya sudah 2 jam lebih gadis itu berada di sana. Anya merasakan dadanya sesak, tubuhnya panas, matanya memerah air matanya keluar tanpä sadar, hatinya sakit luar biasa, bahkañ berkali-kali Anya meremas-remas tanganya sendiri, dan memengang dadanya yang terasa begitu sesaknya.
“DAFI…!” Pekiknya tapi hanya di dalam hati. “Kau benar-benar membunuhku pelan-pelan, kau renggut duniaku, hingga semua kini menjauhiku, dan ternyata kau sebenarnya tak ada, kau itu tak nyata!” Tangisnya lirih.
Gadis itu mengangkat tubuhnya pelan, yang kakinya mulai terasa berat, Anya membalik tubuh langsingnya. DAN Seorang laki berwajah tampan, berkulit putih, kini sedang tersenyum manis di hadapanya. Tampan dia benar-benar tampan, tapi dia hanya mampu duduk di kursi roda, dengan berat badan yang tak sesuai dengan tinggi tubuhnya.
“Anya.” Sapanya lirih dengan senyum begitu menawan. “Kau!” Anya justru memundurkan langkah kakinya. “Kenapa kau menjauh, apa kau jijik melihatku?” Tanya Dafi seraya tersenyum sendu. “Bu_bukan itu, kau benar-benar laki-laki yang ada di foto itu, kau lebih tampan, ternyata.” Anya mulai mendekat. Anya dan Dafi kini saling menatap, wajah yang satù tahun ini sangat ingin dilihatnya.
“Apa aku membohongimu?” Dafi tersenyum Anya hanya mampu menggelengkan kepalanya. “Maafkan aku!” Pinta gdis itu lirih. “Ini alasanku tidak menemuimu.” Dafi membuka penutup yang memnutipi kedua kakinya. “Aku lumpu, lihatlah ruam itu, terlihat begitu menjijikan, kulitku mengeras, aku tidak bisa apa-apa. Lalu apa kau tidak mual melihat kondisikù?” Anya kembali tertunduk. “Aku tidak akan jijik, dan aku tidak akan mual!” Ucapnya tapi Anya tidak mendekati Dafi. “Dengan kondisiku seperti ini, apa kau masih mencintaiku? Apa kau masih ingín meníkah deganku?” Tanya Dafi tanpa ragu. Anya menggangguk.
“Tidak akan terjadi Anya, aku tidak mungkin menyiksa anak gadis orang dengan menjadikan dia istriku. Aku tidak mungkin membuat wanita yang aku cintai menderita karenaku, kau akan menangis setiap hari melihat kondisiku, jadi aku tak akan pernah menikahimu.” “Haaah…!” Anya terdiam hanya air mata membasahi wajah cantiknya.
“Dengarlah, jika kita berjodoh, Allah akan mempertmukan aku dan kamu suatu saat nanti, tunggu aku 1 tahun, aku akan datang padamu dengan kondisi baik-baik saja, tapi jika dalam 1 tahun aku tak datang, carilah orang lain karena aku pasti sudah berada di surga. Terima kasih telah mencìntaiku, dan tugasku sudah selesai hanya untuk membuktikan bahwa aku ini nyata, bukan halu dan penipu seperti ragumu itu”. Setelah itu Dafi pergi dari hadapan Anya dengan meninggalkan senyum tak biasa.
Anya sedih itu pasti, karena dia menyesali keraguanya, tapi tak dipungkiri dia juga bahagia, karena selama ini dia benar-benar mencintai manusia, bukan penipu yang diragukan sahabat-sahabatnya.
“Terima kasih telah menemuiku! Maafkan jika aku pernah meragukanmu! Kutunggu kau 1 tahun lagi, di sini dan di tempat ini temui aku kembali.
Dafi menoleh lalu mengangguk, lelaki tampan itu mengiyakan permintaan kekasihnya. Keduanya pun berpisah, dengan harapan yang lebih nyata.
JODOH PASTI BERTEMU
Cerpen Karangan: Shanty Fadillah Blog / Facebook: Shanty Fadillah
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 3 September 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com