Bandung, 14 Desember 2018 merupakan hari kelahiran Larik yang ke-19. Di mana pada saat itu, Larik mendapatkan ucapan ulang tahun dari Mala yang membuat harinya lebih berwarna dan bahagia. “Happy Birthday yah Rikkk… semoga segala yang kamu harapkan dan cita-citakan dapat segera terkabul, bisa menjadi lebih baik lagi untuk kedepannya, do’anya yang terbaik” “Aamiin… makasih banyak yah Malaaa…” “Hehe… iyaahh Rikkk… masamaaa…” Ucapan dari Mala pun membuat Larik semakin mencintainya.
Keesokan harinya, tepatnya pada hari Sabtu, Larik mengajak teman-teman dekat di kelasnya dan juga Mala untuk datang ke rumahnya, karena rencananya pada hari Minggu akan diadakan acara makan-makan bersama keluarganya di rumah. Larik pun menghubungi salah satu teman dekatnya di kelas yang bernama Dani.
“Dan… hari Minggu ini mau ada rencana makan-makan di rumah, tolong kasih tahu yang lainnya ya, siapa tahu pada bisa, suruh datang aja ke rumah hehe…” Dani pun membalas pesan dari Larik “Okey Rikkk… siapsslah berangkat…” “Okey-okey… makasih Dan… ditunggu ya…” “Siappp…”
Setelah menghubungi Dani, Larik pun kemudian menghubungi Mala kekasihnya. “Malaaa…” pesan dari Larik. “Iyahh Rikkk… gimana?” balas Mala. “Besok di hari Minggu aku ada rencana makan-makan bareng keluarga di rumah, anak-anak juga ada yang mau datang, kalau kamu bisa, nanti aku jemput yahh…” “Kayaknya aku gak bisa dehh… soalnya besok saudara aku ada yang nikah, maaf yah” Membaca pesan dari Mala membuat Larik sedikit kecewa, karena dirinya ingin sekali memperkenalkan Mala kepada Ibu dan keluarganya di rumah, dengan menutupi sedikit rasa kecewanya, ia pun membalas pesan Mala “Ohh… hehe… iya-iya Mala gapapa kok, sok lanjut saja yah” “Hehe… iyaaa Rikkk maafin yahh…” “Hehe… iya-iya gapapa Malaaa” Perbincangan antara Larik dan Mala pada hari itu pun selesai.
Keesokan harinya, Dani, Deya, Mus, Nur, dan Fitri yang merupakan teman dekat Larik datang ke rumah. Mereka berlima berbincang-bincang dengan Larik sembari makan bersama-sama. Di tengah perbincangan, tiba-tiba saja Fitri bertanya kepada Larik perihal Mala.
“Rikk… dianya ke mana?” tanya Fitri. Larik pun balik bertanya “Dia siapa maksudnya Fit?” “Malaaa… kok gak ada…” “Oh… Malaaa… dia lagi ada acara nikahan saudaranya katanya, jadi gak bisa datang, tadinya sih mau dijemput” “Ohh… iya-iya deh Rikkk… ntarmah ajakin Rik…” “Hehe… iya-iya insyaallah semoga ntarmah dianya bisa” ungkap Larik seakan berharap lain waktu Mala bisa hadir bersamanya untuk dikenalkan pada Ibu dan keluarganya di rumah.
Setelah makan-makan selesai, perbincangan Larik dan kelima teman dekatnya pun berakhir. Kemudian, kedatangan Dani, Deya, Mus, Nur, dan Fitri pun diakhiri dengan berpamitan bersama Larik dan keluarganya di rumah.
Hari demi hari pun terlewati dengan pasti. Akan tetapi, Larik mulai merasakan ada hal yang berbeda dari Mala. Mala seakan-akan sering menghindar dan sedikit menjauh dari Larik. Hal tersebut terlihat pada saat teman-teman kelas memberikan kue kepada Larik sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke-19, meskipun hari ulang tahun Larik sebenarnya sudah terlewat beberapa hari. Pada saat itu Larik tidak melihat Mala berada di kelas, sedangkan teman-teman yang lain malah terlihat bahagia memberikan kejutannya kepada Larik. Tanpa pikir panjang, Larik pun mencoba menghubungi Mala melalui pesan whatsapp.
“Malaaa… kamu di mana?” pesan dari Larik dengan hati yang sedikit resah. “Lanjutkan saja yah Rikk acaranya” balasan singkat dari Mala. Melihat jawaban pesan dari Mala membuat Larik bertanya-tanya di dalam hati “Kenapa yah Mala kok beda? Ada apa sih sama Mala? Dari isi pesannya saja Mala sebenarnya tahu, tapi kok dia malah pergi???” Pada waktu itu Larik masih bertanya-tanya perihal sikap Mala yang seakan-akan mulai berubah terhadapnya.
Sampai akhirnya, Bulan Desember Tahun 2018 akan segera berakhir. Mala pada waktu itu sempat bertanya dan berbincang-bincang dengan Larik. “Rikkk… kamu kalau malam tahun baruan ke mana biasanya?” tanya Mala. Larik pun menjawab sambil balik bertanya “Di rumah aja sih biasanya kalau akumah, tapi kalau ada yang ngajakmah paling keluar bentar, kalau kamu ke mana Laaa…?” Mala pun menjawab pertanyaan dari Larik “Kalau aku sih kayaknya ada job, kalau kamu gak ada job emangnya?” “Oh… iya-iya, hehe… enggak ada Laaa… sepertinya” jawab Larik sedikit malu. Dengan harap-harap cemas, Larik berkata di dalam hati “sepertinya bakalan enggak bisa tahun baruan bareng Mala deh, soalnya dia ada job”. Perbincangan mereka berdua pun akhirnya selesai sampai di situ.
Hari terakhir di Bulan Desember Tahun 2018, ialah hari di mana Larik sore itu diajak saudaranya yang bernama Januar untuk main ke Curug Pelangi yang berada di daerah Cimahi. Larik pun menyetujui ajakan dari Januar dikarenakan ia tahu bahwa Mala sedang ada job, sehingga ia tidak akan bisa tahun baruan bersama dengannya. Dari pada jenuh diam di rumah, akhirnya Larik pun pergi bersama Januar dengan menggunakan sepeda motor. Sesampainya di Curug Pelangi mereka berdua pun foto-foto dan mengabadikan momennya di akhir Tahun 2018. Setelah dirasa puas, mereka berdua pun kembali pulang untuk merayakan malam tahun baru di lingkungan sekitar tempat tinggalnya masing-masing.
Malam pergantian tahun yang ditunggu-tunggu itu akhirnya tiba. Larik melihat kembang api yang silih berganti mewarnai langit, kemudian terdengar suara-suara petasan yang seakan-akan menemani kehampaan hatinya pada malam itu, tanpa kehadiran Mala sang kekasih pujaan hati yang selalu ia cintai, hanya pesan selamat tahun baru saja yang dapat Larik persembahkan pada Mala.
Keesokan harinya, Tanggal 01 Bulan Januari Tahun 2019. Larik mendapatkan sebuah pesan dari Mala. “Rik…” pesan dari Mala. Larik membalas pesan Mala “Iyah Laa?”, kemudian Larik berkata di dalam hati sambil tersenyum bahagia “Uhhh… Malaaa, udah lama enggak dapet chat duluan kayak gini hehe… ada apa yahh… jangan-jangan dia mau ngajak main… kan hari ini hari jadian hubungan kita yang kesatu bulan”. Belum lama Larik berharap, Mala pun kembali mengirimkannya sebuah pesan “Rik… kayaknya kita lebih baik berteman aja deh, lagian kita juga pasti bisa lebih deket lagi kalau jadi temen dibanding jadi pacar” Mendapatkan pesan dari Mala, membuat Larik tak berdaya, ia seakan-akan terbangun dari mimpi buruknya semalam. Dengan menegar-negarkan hati Larik pun membalas pesan dari Mala, seolah-olah ia menyetujui dengan keadaan yang baik-baik saja, padahal di lubuk hatinya yang paling dalam ia hancur sehancur-hancurnya. “Ohh… hehe… iya-iya Laaa… yaudah… gapapa kok… iya bener kata kamu, kita kayaknya lebih baik kalau jadi teman” Larik membalas pesan ini kepada Mala, karena ia sadar, bahwa cinta itu datang dari hati nurani tanpa adanya paksaan dalam bentuk apapun, walaupun hati Larik yang sebenarnya sudah ambyar.
Pada suatu waktu Larik dan teman dekatnya di kelas yang bernama Fauzi sedang mengerjakan tugas sembari nongkrong di Bapusipda. Saat sedang asyik mengobrol, tiba-tiba saja terlihat Mala dan Fazrin yang sedang berjalan menuju Bapusipda untuk mengembalikan buku yang telah dipinjamnya. Pertemuan yang tidak sengaja itu pun menjadi kesempatan antara Larik dan Mala untuk membicarakan perihal kejelasan hubungan di antara keduanya secara tatap muka, dengan saksi nyata Fauzi dan Fazrin.
“Bahas jangan Rikkk?” ungkap Fauzi terhadap Larik. “Udah gak usah Ziii…” ungkap Larik, karena dirinya tidak mau berdebat dan membesar-besarkan masalah yang sudah-sudah, melainkan ingin damai. “Tuh kan… orang Lariknya juga gak mau dibahas… yaudah” ungkap Mala. “Yahh… ketemu, nyesel deh datang ke sini, da gitu tea udah dibilangin berapa kali juga, tetep weh gak berubah, lagian sekarangmah udah ada yang baru kan ya Laa…” ungkap Fazrin seakan-akan mengetahui seluk-beluk hubungan yang sebenarnya antara Larik dengan Mala, sekaligus menjatuhkan mental Larik, seakan-akan Lariklah manusia yang paling bersalah.
Mendengar perkataan yang dilontarkan Fazrin, Larik pun terdiam menahan segala emosi dan perasaan yang tak karuan ia rasakan tanpa ada satu kata pun yang terucap dari mulutnya, melainkan ia berkata di dalam hati “Aku bisa saja bertindak kasar, tapi bukan untuk menyakiti wanita” kata-kata yang terucap di dalam hati Larik itu merupakan kata-kata yang pernah ia dengar dari salah satu teman di komunitasnya.
Larik pun kemudian mencoba perlahan-lahan untuk tetap tenang, setelah ia merasa tenang, ia pun mulai angkat suara secara singkat, padat dan jelas, yang langsung ia tujukan kepada Mala “Kalau cinta emang gak bisa dipaksakan kan Laaa… jadi… yaudah” Mendengarkan pembicaraan yang diucapkan Larik, Mala pun membalasnya “Maaf yah Rik… tapi… kamu jangan jadi beda yahhh” Mendengarkan kata-kata terakhir dari Mala, Larik pun tersenyum, kemudian terdiam kembali tanpa sepatah kata pun yang terucap, seakan-akan mengiyakan.
Hari demi hari pun dilalui oleh Larik dengan perasaan yang hampa, karena dirinya kini sudah putus dengan Mala. Namun, walau begitu, hubungan di antara keduanya masih tetap berjalan dengan sewajarnya layaknya seorang teman. Sampai suatu ketika mereka berdua mengikuti UAS ganjil dan menyelesaikan jalannya perkuliahan di semester satu secara bersama-sama.
Beberapa waktu terakhir, tepatnya setelah beres menyelesaikan jalannya perkuliahan di semester satu, Larik pada saat itu berniat untuk membantu usaha Ibunya yang bekerja sendiri menjalankan bisnis Kangen Water. Sehingga, mau tidak mau ia pun kembali pindah ke Kelas B/Karyawan karena membantu Ibunya menjalankan bisnis kecil-kecilan dengan memproduksi air kesehatan Kangen Water. Oleh sebab itu, Larik pun segera menghubungi pihak Program Studi dan pihak Fakultas, sehingga status mahasiswa Larik pun diubah kembali menjadi Kelas B/Karyawan, Semester II.
Awal Februari 2019, di mana pada waktu itu Larik dan teman-teman seangkatannya membantu kakak tingkat semester 5 yang sedang melaksanakan ujian mata kuliah Sanggar Sastra 4 sks di Gedung Rumentang Siang. Pertemuan Larik dan teman-temannya di Gedung Rumentang Siang, menjadikannya pertemuan yang membahagiakan sekaligus menjadi ajang perpisahan yang mengharukan tersendiri bagi Larik. Hari itu merupakan hari terakhir Larik bersama-sama dengan teman-temannya, walaupun bukan menjadi akhir dari segalanya, karena baginya tidak ada seorang pun yang mengetahui segala kemungkinan yang akan terjadi di masa mendatang, melainkan Sang Maha Pencipta. Pertemuan sekaligus perpisahan itu pun pada akhirnya ditutup dengan saling berjabat tangan dan memberikan senyuman di antara kita. Terutama bagi Larik yang pada waktu itu menjabat tangan Mala, saling bertatap muka dan saling memberikan senyuman manis yang tulus, sehingga kisah Larik dan Mala pun berakhir dengan senyuman.
Cerpen Karangan: Ramadhan Attalarik Iskandar Blog / Facebook: Ramadhan Attalarik Iskandar Tempat, Tanggal Lahir: Bandung, 14 Desember 1999
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 6 September 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com