Aku sering mendengar berita di tv orang suaminya diambil sama pelakor. Aku tidak pusing. Bagiku yang penting selalu memasak, mengurus anak semua akan aku lakukan sepenuh hati.
“Ya semua lelaki begitu karena kurang komunikasi antar pasangan, sehingga dia akhirnya meninggalkan istri demi gadis lain.” ujar aku menyapu lantai. “Alah, palingan itu Bu istrinya terlalu nuntut udah biar saya yang nyapu.” jawab Pratiwi Babysitter kedua putriku. “Betul, kalau gitu saya ke kamar anak saya dulu mereka belum makan dari tadi pasti lapar.”
Aku ke kamar kedua putriku. Anak itu asyik bermain game di ponsel. Sehabis mengerjakan pr sekolah. Bukannya beristirahat malah asyik bermain jadi aku menyuruhnya untuk makan. Anak itu menolak alasan Yafsa belum ada di meja makan.
“Lho kok gak mau makan? Ntar sakit Ayah pasti marah sama kalian, udah kita makan nanti main lagi.” “Iya Bu.” jawab salah satu anak paling kecil, meletakkan gadget harga puluhan juta.
Sampai was-was datang menghampiri menemukan kemeja wangi sang suami. Yafsa Hendry namanya dia paling aku cintai. Memiliki dua anak bernama Ririn dan juga Elya aku paling bahagia di dunia. Sampai di mana Elya jatuh sakit dan Yafsa tidak ada di rumah.
“Mas kamu di mana?” Airmataku bercucuran. Sudah pukul setengah dua belas malam belum juga kembali.
Aku mengucap astagafirullah dalam doaku. Takut sekali. Yafsa pulang memberitahu jika tugas kantor numpuk langsung tidur, bahkan untuk mengecek Ririn saja tidak sanggup. Katanya tinggal kasih obat penurun demam. “Nanti kamu kasih penurun panas, aku capek habis meeting, padat.” jawab Yafsa masuk ke kamar. Tumben dia berkata dengan nada tinggi.
Mungkin kalian menganggap kisahku ibarat ftv yang sedang trend, atau sinetron berjubel episode tapi ini nyata. Baru saja menonton drakor Married Of The World kecemasan aku tumpah ruah juga. Segera aku merias wajah. Mencoba memperhatikannya. “Ada jerawat!” jawab aku.
“Dimitri kamu lagi ngapain?” tanya Ibu mertua. “Dandan Bu, tapi aku gak pede…” “Yafsa pasti terima kamu apa adanya.” Tersenyum kecil. Padahal hatiku sedang sakit.
Aku membeli keperluan belanja di supermarket besar. Di sana juga menjual berbagai mainan anak, makanan lengkap keperluan rumah-tangga juga lengkap. Lalu menubruk troli seseorang. “Maaf, aku nggak sengaja.” “Tidak apa-apa.” jawabku santai mendorong lagi.
Gadis itu berambut coklat pirang cantik berpakaian layaknya wanita kantoran. Tinggi cukup semampai, beda sama aku pendek, kecil mungil dan memakai jilbab.
Di sana ada seseorang berdiri membayar belanjaan. Kakiku lemas terkulai airmata bercucuran. Aku bukan wanita lemah ribut di sana, tapi ini menyangkut aku dan anak-anak.
“Jadi Mas selingkuh sama gadis muda ini? Aku kecewa Mas.” “Kamu salah paham, dengarin aku dulu.” Yafsa menarik tanganku berusaha menjelaskan. Matanya menatap tajam ke arahku “Oke, lima menit.” Menghembuskan napas, menerima. “Aku gak kenal siapa dia? Dan dia bukan siapa-siapa aku.” “Bohong.” Tanyaku melotot jadi bahan tontonan.
“Siapa ya? Kenalkan saya Yasmin.” “Tadi saya kemari cuma mau beli peralatan kantor pulpen sama beberapa alat tulis lainnya dengan kacang soalnya lagi pengen ngemil di kantor.” “Terus mana belanjaannya?” “Anu… saya belum beli soalnya lagi nyari pulpen yang biasa udah habis, terus ada telepon mau meeting jadi saya buru-buru tapi tadi ngeliat ini.” Menunjuk kacang atom segera membayar.
Mencoba percaya adalah kunci utama sebuah hubungan. Sampai di mana perasaan sama hadir. Selalu aku merasa curiga sama suami. Aku menyambangi Yafsa di kantor tengah mengerjakan banyak file di komputer. Sekertaris masuk membawa buku laporan. Mereka melalukan interaksi kecil.
“Dasar pelakor berani-beraninya pegang tangan suami saya.” Airmata menghiasi pipi.
Penampilanku memang kurang modis, aku tidak berdandan cantik, hanya bergaya seperti Ibu rumah tangga. Mungkin ini alasan Mas Yafsa berpaling dariku. “Pelakor itu gak ada sayang, buat aku cinta cuma untukmu.” Sudah malas berkelahi aku diam saja.
“Aku pulang jangan lupa makan sayur asem sama tempe tahu, ayam kecapnya.” jawab aku pergi. “Argh, selalu saja istriku curiga.” Selepas kepergianku yang mendadak.
Gadis itu berjalan ke sebuah apartemen duduk membuka ponsel. “Dia kelihatan mulai curiga sama kita kamu sih mainnya kurang jauh?” “Cuma tempat itu yang dekat dari rumahku.” ucapnya menutup WhatsApp.
Di waktu jam makan siang seorang lelaki tengah duduk bersama gadis muda. Tertawa berbincang sembari menikmati kentang goreng di temani jus jeruk dingin. “Aku akan memberikanmu rumah, kamu mau kan nikah siri sama aku?” “Aku mau jadi istri sah kamu, bukan siri buat apa?”
Kehidupan indah harus didasari salingnya berkomunikasi ini saja dia jarang menelepon, apalagi sekedar menanyakan kabar anak-anak. Aku bosan membaca majalah memilih ke kafe mencari suasana baru. Anak diawasi sama babysitter.
Di sana aku melihat dengan mata kepalaku orang yang selama ini kupercaya tengah berselingkuh. Ini saatnya aku membuktikkan bahwa aku tidak salah. “Mas jadi selama ini kamu jahat sama aku?” Berlari dari tempat keduanya sedang berbincang. “Dengerin aku dulu Dimitri dia gak seperti yang kamu pikirkan.” “Ini yang di supermaket itu kan? Kamu tegas Mas.” Berlari keluar aku segera pulang ke rumah.
Siasat dari suami sudah tidak berguna menggelabui, aku terus berdoa di kamar melakukan sholat istikharah. Mendapatkan pengunjuk akhirnya memilih berpisah.
Yafsa pulang dalam keadaan baik saja seolah tanpa dosa. Kemudian mendekap tubuhku lalu aku menolak. “Barangsiapa yang membiarkan hati isterinya terluka, maka dia menangis seolah-olah menangis takut kepada Allah, dan barangsiapa yang menangis takut kepada Allah SWT, maka Allah akan mengharamkan tubuhnya masuk neraka. … Hal ini bermaksud dosa suami menyakiti istri dan hukum membuat isteri menangis ialah haram.” Aku menjelaskan dalil dari salah satu hadist menyakiti seorang istri.
Mirna Ibu Mertua aku mengetahui pentengkaran kami berusaha melerai dan menjelaskan bahwa Yafsa perlu diberi kesempatan. “Kasih dia kesempatan, Ibu gak mau rumah tangga kalian berakhir seperti ini?” Cemas melingkupi wajah Mirna. “Aku memang tidak cantik, aku kurang bersolek, cuma tau masak di dapur, tapi aku tidak pernah berselingkuh sekarang aku mau cerai dari kamu.” Kepalanya terasa pusing semakin berat memikirkan bagaimana tumbuh kembang Ririn Elya tanpa seorang Ayah.
Di sana ada foto kami menikah waktu itu di Bali betapa indah pemandangan di sana semua tamu hadir menyapa dengan ceria. Ada kebahagiaan datang ketika semua teman kuliah hadir. Bahkan kami dijuluki pasangan serasi.
Sebuah pesan Whatshap masuk mengabarkan hal mengejutkan. Aku meraih ponselnya tapi ditahan oleh Yafsa aku perlu kebeneran. Chat mereka selama ini, di mana Yafsa selalu menyimpan jauh ponselnya. Mengganti kontak sebagai orang lain agar tidak menaruh curiga.
“Yafsa berikan pada Dimitri ponsel kamu!”
Teprkasa dia melakukan semua perintah ibunya, sehingga semua ketahuan dan tertulis pesan bahwa Yasmin hamil mengandung anak Yafsa. Teriris hatiku mengapa baru tahu sekarang aku menyesal. Tertunduk airmataku pecah.
“Aku tetap mau cerai, biar anak aku yang urus.” jawab Dimitri memeluk Yanti Ibu mertua.
Perlahan menutup pintu. Aku menemui kedua anak biarlah takdir memutar balikkan semua hamba boleh terluka, tapi kemudian bangkit tanpa perlu menjadi lemah.
Setelah setahun aku berpisah dari Yafsa aku membagikan kisah aku di blog semua orang memberikan apresiasi padaku, aku dianggap kuat. Sedangkan mereka sudah pasti melakukan hal kasar jika suaminya berselingkuh. Tapi aku membantah itu semua. Aku menikmati rumah tangga bersama Darwis kami bahagia menikmati kehidupan dia percaya kalau Ibu bisa menjaga putrinya dan membawa kami sampai Untill Jannah.
Aku berjalan menuju ke arah piano. Ririn bermain bersama Billa adik tirinya. Walau bukan berasal dari rahimku, namun aku menjaga sepenuh hati buah cinta kami.
Cerpen Karangan: Hardianti Kahar Blog / Facebook: TitinKaharz Nama: Titin Akun Wattpad: @titinstory Akun IG: @titinghai25 akun khusus penulis akun santai aku @titinkahars6 mau DM boleh asal jangan kasar dan aneh-aneh ya
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 18 September 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com