Ini tentang dia yang kucari namun terus menyakiti. Tentang hati yang tertutup tapi hangat saat tersenyum. Tentang mata yang tertutup namun lesung pipi terus tampak.
Aku hanya seorang gadis yang buruk, mencari cinta dari seorang preman sekolah yang tak pernah berhenti berbuat rusuh. Kukira awalnya aku hanya sekedar tertarik pada luka itu. Namun nyatanya bibir yang memiliki goresan diagonal membuatku berdebar dan ingin menyentuhnya. Si pangeran rusuh yang dihormati seantero sekolah terus saja membuat hati berdebar ketika berjumpa.
Yah, awalnya semuanya ini tidak serius hingga yang kutakutkan pun terjadi. Pangeran rusuh menghampiri kelas terujung di lantai dua gedung sekolah. Kelas paling jauh dari tangga masuk dan keluar. Kelas terpencil berisikan orang-orang terlupakan yang tak sekalipun pernah dipandang.
Dia mendatangi kelasku! Dengan sembarangan membanting meja yang menghalangi jalannya menuju barisan kedua di jendela, jarak yang kita-kira 50 langkah dari pintu depan kelas.
Orang itu … Dia mengerikan! Mata tajamnya mengintimidasi seluruh ruangan. Aku terdiam kaku di atas kursi yang bahkan sudah bergetar karena tubuhku yang sangat ketakutan. Bernafas pun rasanya sangat sulit untuk sekarang ini karena bukan hanya dia saja yang datang, melainkan orang yang paling kuhindari selama ini.
Hyungsik, mengapa lelaki yang telah mencampakkanku kini datang di sekolah ini. Ada apa sebenarnya ini?!!!
“Yoona, ada yang mencarimu,” ucap sang pangeran rusuh Kim Woon menatapku tajam. Aku menelan ludah gugup karena tak sanggup dengan tekanan yang diberikan. Seharusnya dia tidak tahu aku pindah ke tempat ini. Seharusnya hanya Rui saja yang tahu. Apa, apa gadis itu yang memberitahu Hyungsik.
“Yoona …” Panggil Hyungsik.
Aku segera berlari ke pintu belakang kelas. Tak bisa, aku tidak bisa bertemu lagi dengan si brengsek itu. Tidak cukupkah dia mencampakkanku dan menghina kakakku dari belakang. Mengapa mukanya begitu tebal setelah memasukkan kak Jonghyun ke penjara karena Toto ilegal yang dijalankannya! Aku sangat membencimu Hyungsik, mengapa kau muncul lagi! Keluargaku hancur karenamu …
“Yoona!”
Aku berlari kencang mendorong orang-orang yang menghalangi pintu. Semua ini sangat berat untukku. Tak sadar akhirnya kakiku malah membawaku ke atas atap lantai tiga. Dimana aku sering bersembunyi ketika sedang mendapat tekanan. Di tempat ini pun aku sering melihat Kim Woon yang memasuki gerbang sekolah.
Pada akhirnya aku terduduk dengan bersandar di balik pintu sambil menatap matahari yang nyaris berada diatas kepala. Ah, sudah siang ternyata.
“Yoona! Yoona! Buka pintunya!” Seseorang dengan suara yang sangat familiar di telingaku mengetuk keras pintu yang menjadi sandaran tubuhku ini. Mengapa jadi seperti ini?
Aku telah lari sekencang mungkin, bagaimana dia bisa mengejarku. Aku segera berdiri mencari sesuatu untuk mengganjal pintu yang tampaknya sebentar lagi akan hancur karena dobrakan sialan dari Hyungsik. Mengapa ini, nasib buruk selalu saja mengikuti ku. Tak ada apapun di atas sini selain kursi-kursi rusak yang dibawa para siswa untuk bersantai.
“Yoona buka sebelum pintu ini kuhancurkan!” Teriak Hyungsik keras membuat tubuhku bergetar hebat. Mengapa dia segila ini hanya untuk bertemu denganku! “Sialan, pergi kau laki-laki brengsek! Jangan ganggu aku lagi orang gila!” Makiku tak tahan lagi dengan semua ini. Setiap detik dobrakan yang dilakukannya membuat seluruh syaraf ototku melumpuh. Hembusan angin sudah tak lagi terasa diatas sini. Mengapa, mengapa harus ketakutan seperti ini?!
“Pergi kau Hyungsik, aku sudah menderita selama ini karenamu. Kau memenjarakan keluargaku satu-satunya hiks … Kau begitu jahat!” Aku menangis diatas pembatas atap yang terbuat dari semen. Biarlah jika memang seperti ini. Daripada kembali melihat laki-laki itu lebih baik aku terjun dari lantai tiga gedung sekolah.
“Berhenti mendobrak! Ji-jika kau masuk, aku akan melompat turun!” Teriakku menutup telinga. “Yoona! Dengarkan aku, aku bukan ingin berlaku buruk padamu. Jadi, jangan bertindak sembarangan,” ucap Hyungsik berhenti. Sudah tak ada lagi dobrakan terdengar setelahnya. Hanya kesenyapan yang membuatku tak nyaman.
“Hyun-Hyungsik?” Aku terbata-bata. Ada apa ini, mengapa terasa sesak sekarang ini. Buk-bukankah Hyungsik sudah berhenti? Ada apa denganku …
Brak! “Yoona … Apa kau bermasalah dengan laki-laki brengsek ini?” Kim Woon menyeret tubuh Hyungsik yang tampaknya sudah pingsang dengan tak berperasaan. “Kim Woon …?” Aku tidak percaya dengan semua ini. Mengapa Kim Woon begitu marah dan melemparkan tubuh Hyungsik begitu saja ke lantai. “Jika ada masalah dengan bedebah sialan ini, katakan saja padaku. Jangan menyia-nyiakan nyawamu seperti ini.”
“Kak Kim Woon kau keren,” ucap Tae Kyung yang selalu ada dibelakang Kim Woon. “Ah, padahal aku tidak berusaha keren. Apa aku memang sekeren itu?” Kim Woon berjalan menghampiri diriku.
Sudut bibirku tanpa sadar mengembangkan sebuah senyuman lebar. Air mataku mengalir deras hingga-hingga aku nyaris memeluk Kim Woon karena perasaan yang begitu menyenangkan. Kim Woon, pangeran yang ingin sekali ku pandangi dari jarak sedekat ini akhirnya berada di hadapanku dengan begitu keren. Ketakutan atas keberadaan Hyungsik sudah hilang karena Kim Woon.
“Yoona, jangan menangis. Seorang laki-laki tidak akan sanggup melihat perempuan menangis dihadapannya hanya karena seekor serangga.” Bolehkan aku terbawa perasaan sekarang.
“Kak Kim Woon, kau membuat anak gadis memerah. Kau harus bertanggung jawab.” “Apakah itu karena aku terlalu keren Tae Kyung?” Tanya Kim Woon yang membuatku semakin kagum pada pangeran yang dikatakan rusuh ini. Padahal daripada rusuh, dia sangat baik dan keren.
“Baiklah, karena ini pertama kalinya aku membuat seorang gadis memerah, aku akan bertanggung jawab.” “Kau keren kak Kim Woon.” “Ah sudahlah Tae Kyung, ayo kembali.” Kim Woon menarik tanganku untuk pergi dari tempat ini, menuruni tangga hingga keluar dari gerbang sekolah.
Apakah ini hanya mimpi? Kim Woon menggenggam erat tanganku sepanjang jalan yang kami lewati. Bisakah kali ini aku juga terbawa perasaan? Bolehkan aku kembali berharap kak Jonghyun? Kuharap kali ini pun kau setuju di penjara sana.
“Yoona … Kau bisa mengunjungi kak Jonghyun sekarang,” ucap Kim Woon mengundang tanda tanya besar di kepalaku. Ada apa ini?! Mengapa dia tau kak Jonghyun?
“Kim Woon, siapa kau?”
Kim Woon berbalik pergi meninggalkanku yang kini berdiri di depan gerbang penjara anak seorang diri dengan kepala yang dipenuhi pertanyaan. Bukankah tidak ada siapa pun yang tahu perihal kak Jonghyun? Siapa sebenarnya Kim Woon?
Cerpen Karangan: Aen Hi … Ku kembali membawa ratusan kata yang membentuk sebuah cerita. Berharap para pembaca suka dengan karya milikku ini. Salam dariku, Aen. Jika ingin mengenalku, bisa kunjungi Instagram dengan username @aen.bubu_
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 19 September 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com