Perbincangan di ruang tamu menjadi kabar gembira untuk Cherry.
“Dadi Ibu arep menyang Jakarta. (Jadi Ibu mau ke Jakarta)” jawab Sinar berbicara pada Lanang dan Cherry. “Ibu mau bertemu Fera sahabat lama Ibu,” “Iya Bu.” jawab Lanang menunduk sedih. “Yes, aku bisa bebas sama Kenang.” ucap Cherry dalam hati. “Ingat jangan ngapusi (Bohong) sama Ibu.” “Iya Bu, aku pasti jaga Lanang dengan baik.” Cherry memeluk Sinar.
Sinar mulai mengepak pakaiannya. Dan pulang bersama ketiga cowok itu. Besok mereka berangkat naik pesawat Lion Air. Ada rasa bahagia ditampakkan Cherry ketika ibunya mau pergi. Bukan menangis seperti Lanang.
Di luar teras Cakra merenung. Malam itu duduk tanpa banyak bicara. “Kamu kenapa?” tanya Utara. “Aku gak tenang, ninggalin anak Bu Sinar.” “Kenapa?” “Takut, dia berbuat macam-macam.” ujarnya menghisap sebatang rokok. “Ngapain khawatir kan kalian gak ada hubungan apa-apa, apa kamu suka sama dia?” tanya Lengkara. “Idih ogah banget aku naksir sama dia.” Masuk ke dalam kamar. Membaringkan tubuh.
Setelah kepergian Sinar Kenang jadi bebas masuk rumah. Dan suatu hal terjadi sehingga membuatnya sakit hati.
“Ibu ora ngalang-alangi nanging sampeyan kudu ngelingi yen pergaulan bebas bisa mbebayani kanggo sampeyan sing isih remaja. (Ibu tidak melarang kamu tapi harus diingat pergaulan bebas bisa berhaya untuk kamu yang masih remaja)” suara di telepon terdengar nyaring.
Memang benar. Tapi ibu tidak berhak mengatur dengan siapa lingkup pergaulan. Kenang sudah dia kenal sejak lama.
“Aku sedih yen ibu tansah ngatur kaya ora tresna aku. (Aku sedih selalu diatur sama ibu kayaknya dia tidak sayang sama aku)” Curhatnya pada Kenang saat mereka sedang berada di ruang tamu. “Sabar ojo padu, aku tansah tresno karo kowe, opo wae, tetep ibumu, nglairake kowe. (Sabar dan jangan ngelawan ada aku selalu bersama kamu mau bagaimana pun dia tetap Ibu kamu dia yang lahirkan kamu)” “Iyo, yowes kita ke kossan kamu.” jawabnya berjalan keluar rumah.
Sampai di kosan kami duduk menikmati gorengan. Tidak lama telepon masuk dan gadis itu abaikan itu dari Cakra. Gadis itu larut dalam kisah romansa yang seharusnya bisa dia hentikan jika tidak ingin terjebak pada situasi berbahaya.
—
“Gak di angkat Bu!”
Malam menjelang lalu gadis itu keluar. Airmatanya berderai. Tidak tahu harus bagaimana lagi. Kabar bahwa Ibu akan pulang terdengar. Sinar bersama Cakra. Di kamar Cherry terus menangis. Foto Ibu dia peluk erat. Sebagai bukti penyesalan. “Assalamualaikum Ibu pulang.” “Ibu aku minta maaf, aku hamil.” jujur Cherry bersujud di kaki sang Ibu.
—
Cakra sudah menduga bahwa dampak buruk akan terjadi. Dari gaya cowok itu Cakra terus dipenuhi firasat buruk. Memutuskan ikut kembali ke Yogyakarta.
“Kita temui dia harus tanggung jawab kamu bangun…” “Aku gak mau, aku malu Bu,” “Biar Ibu sama Cakra ke sana.” Sampai di kossan cowok itu. Kata pemilik kosan Kenang pulang kampung halaman neneknya di Subang.
Hati Sinar teriris jauh di lubuk hatinya kecewa. Kandungan Cherry semakin membesar. Akhirnya Cakra bersedia menikahi gadis itu membangun rumah tangga. Segera mereka menikah di kantor urusan agama tanpa mengundang tamu. Setelah selesai Cherry dan Cakra kembali ke rumah. Supaya tidak terus mendapat cacian mereka pindah ke kota Jakarta. Fera sudah tahu dan bertemu mantunya.
“Maafin aku ya semua jadi kacau, aku udah bikin malu ibuku.” Merenung menyesal sepertinya percuma nasi sudah jadi bubur. “Kamu gak usah sedih, semua pernah salah tinggal minta ampun sama Allah yang di atas.” Bener kata Cakra. Lengkara dan Utara mengaku kaget mereka sampai tidak percaya akan hal ini.
—
Di waktu yang sedang terik matahari bersinar cerah. Cherry berbelanja sayur di tukang keliling. “Tetangga baru ya? Istrinya Mas Cakra yang mahasiswa hukum itu.” “Kok bisa sih kalian nikah muda? Hamil diluar nikah, maaf ngomong saya agak kasar permisi suami udah nunggu saya.” Mendengarnya terasa menohok di hati.
Setelah Rayyan lahir perlahan pekerjaan bertambah mengurus baby. Tapi semua Cherry lakukan dengan sepenuh hati. Sementara Kenang datang meminta maaf.
“Aku mau kita kembali, aku bisa nikahi kamu.” “Aku udah punya suami Nang, maafin aku.” ucap Cherry dengan senyuman. “Maafin aku, anak kita mana namanya siapa?” “Rayyan Cakra Ardiawan.”
Subhanallah namanya indah sekali. Kenang berlutut. Semenjak pergi ke kampung nenek dan bertani kehidupannya hancur menyesal telah meninggalkan orang yang dia cintai. Hari itu tepat di mana Kenang khilaf. Dan melakukan perbuatan keji.
Semua sudah terjadi biarkan takdir berjalan sesuai ketentuan Tuhan. Cakra baru pulang kampus. Dan melihat cowok itu kemudian melakukan bogem mentah. Kenang tersungkur.
“Dasar bajingan!” “Stop!” “Tapi dia yang bikin kamu rusak.” Sementara itu Cherry ke dapur mengambil obat merah. Menyuruh Kenang mengobati lukanya, bagiamana pun kelakuan dia di masa lalu, dia tetap Ayah kandung dari Reyyan.
Perlahan Cakra saling berjabat tangan. Sebentar lagi Daddy Cake akan terbuka. Kenang diberi pekerjaan dan membantu toko kue. Mereka akhirnya saling memaafkan satu sama sama lain. Dan berjanji akan menjadi manusia lebih baik.
Sebuah kesalahan akan tampak indah jika bisa memperbaikinya.
Selesai
Cerpen Karangan: Hardianti Kahar Blog / Facebook: TitinKaharz Nama Pendek: Titin Wattapd: @titinstory
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 21 Desember 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com