Aku hanya mengaduk aduk juice semangka yang kupesan. Kulirik wajah tampan cowok jangkung berkulit putih, beralis tebal dan berhidung mancung yang duduk tepat di depanku yang asyik dengan ponselnya. Sudah 30 menit ini kami duduk di cafe sore ini dan tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut kami.
“Kla, jadi maumu apa?” Tanyanya memecah keheningan sore itu. “Aku cuma ingin kepastian darimu kak, kamu lebih memilih aku atau Helena”, jawabku dengan nada tinggi. “Sudah kukatakan berkali-kali padamu Klarissa, aku dan Helena tidak lebih dari seorang sahabat. Jadi aku harus bagaimana lagi? Bagaimana bisa membuatmu percaya?” “Tapi aku gak suka kakak terlalu dekat dengan Helena, bahkan kakak tega membatalkan kencan kita nonton film hanya karena Helena memintamu untuk menemani pergi ke Perpustakaan”. “Sudahlah Kla, aku lelah” jawabnya lagi sembari berdiri. “Kamu mau kemana?”, tanyaku “Aku besok ada ujian, kamu tahu kan disini ujian mata kuliah kalo sampai tidak lulus 3X kita harus di DO, dan aku sudah 2x tidak lulus, aku tidak mau kita berdebat sesuatu hal yang menurutku sangat tidak penting”, jawabnya bergegas pergi. “Sesuatu tidak penting” teriakku, namun teriakanku hanyalah sia-sia karena dia sudah melaju dengan cepatnya mengayuh sepeda.
Sejak sore itu aku tidak pernah bertemu lagi dengan Bryan, cowok super cool yang sudah satu tahun ini menjadi kekasihku. Teringat kisah kasih selama satu tahun ini, meskipun dia sangat cool tapi dia sangat baik dan perhatian. Kami sering bersepeda menyusuri hutan, atau sekedar duduk duduk di tepi sungai Rhein untuk membuang kepenatan kami, bahkan kami pernah dinobatkan sebagai sweet of the couple oleh perhimpunan pelajar Indonesia di kota ini. Tapi sekarang semuanya telah sirna. Bahkan aku kemarin juga melihat Bryan pergi berudua dengan Helena. Aku merasa telah dikhianatinya.
Matahari sudah mulai redup, saat jingga senja menampilkan keindahannya, dalam kesunyian ini aku terus saja terpaku memikirkan Bryan tapi aku sangat membencinya. Di bawah langit resahku tak terbendung, rinduku menjadi sengit. Kurobek foto Bryan yang ada di meja belajarku, terngiangku akan senyumnya yang menyejukkan hati, sorotan tajam matamu yang membuat aku mabuk kepayang, namun kini semuanya telah sirna, dan apa salahku hingga kamu lebih memilih gadis bermata biru itu. Tak terasa mataku terasa hangat, tangis yang sedari tadi aku tahan tetap saja tak terbendung, aku tidak ingin menangis untuk seseorang yang telah melukai hatiku, namun dada ini penuh sesak tak kuasa menahan rindu.
Aku menata pakaianku dalam koper. Rencananya aku akan pergi liburan, aku merasa penat memikirikan Bryan ditambah banyaknya ujian yang harus aku kerjakan dalam seminggu ini. Rencananya aku akan pergi ke sebuah kota kecil di daerah Bavaria. Aku benar-benar ingin menyepi, menenangkan pikiran dan ingin mengubur dalam dalam kenangan dengan Bryan. Rasa-rasanya aku malas untuk bertemu dengan teman-teman, karena setiap aku jalan sendiri pasti teman-teman akan menanyakan dimana Bryan.
Tepat pukul 6 aku berangkat ke stasiun kereta, dan kereta akan berangkat pada pukul 7. aku menyusuri halaman stasiun dan menaiki tangga menuju kereta. Aku benar-benar ingin menyepi dari hiruk pikuknya kehidupan kampus di kota. Aku ingin menyendiri menenangkan pikiran dan aku tak ingin terlalu lama larut dalam kesedihan, untuk apa aku harus bersedih sementara disana Bryan sedang tertawa bahagia.
Aku termenung di dalam kereta, dan pikiranku tetap saja tidak bisa melupakan Bryan. Aku menerawang ke arah jendela, ku melihat daun daun yang berguguruan, pohon-pohon diselimuti salju tipis menandai dimulainya musim dingin. Aku menatap pohon demi pohon dengan penuh harapan, seolah itu adalah Bryan. Jujur aku bosan bersama membisu.
“Selamat pagi nona, apakah nona yang bernama Nona Klarissa”, tiba-tiba suara kondektur kereta ini membuyarkan lamunanku. “Iya betul, ada apa?” tanyaku. “saya mengantarkan ini dari seseorang” jawabnya sambil menyerahkan bucket bunga cantik, dan kulirik ada nama Bryan di balik bunga itu. “Tunggu..” kataku kepada Kondektur itu. “Apakah orang yang memberi bunga ini ada di kereta ini?” tanyaku “Tidak nona, dia hanya menitipkan bunga ini untuk anda, Dia datang ke aparteman anda namun anda sudah pergi”.
Kupandang bucket bunga ini bertuliskan I love you. Bryan kenapa kamu datang lagi disaat aku sedang berjuang untuk melupakanmu. Rasanya begitu berat melepas rasa ini, rasa yang sudah merasuk di dalam hati, namun egoku berbicara aku membencimu.. entahlah besok atau lusa namun hari ini aku ingin sendiri, meskipun dalam kesendirianku aku berharap ada secercah cahaya yang mampu menghangatkanku dalam keterpurukan ini.
Cerpen Karangan: Hezkia Blog / Facebook: alianove
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 9 Januari 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com